Chereads / Jangan Membenci Jodoh / Chapter 13 - Cemburu dan Penasaran

Chapter 13 - Cemburu dan Penasaran

"Bayarin kamu Bubur?" sahut Bulan terkejut bertanya-tanya apa maksud dari Bintang yang sudah mengenali laki-laki tampan yang sedang berdiri di depan mimbar upacara.

"Maksudnya gimana gimana Bint? Aku kurang paham maksud kamu," sambung Bulan semakin penasaran tentang pernyataan Bintang.

"Jadi gini, kemarin tuh aku sedang ada di taman di dekat sekolah, lalu aku beli bubur ayam kan, ternyata aku lupa bawa uang hehe, dan tiba-tiba saja laki-laki yang sedang berdiri di mimbar itu muncul di hadapanku entah dari mana dan bayarin makananku begitu saja," kata Bintang menjelaskan peristiwa yang ia alami kemarin dengan Ronzi.

"Bubur ayam mempertemukan sebuah takdir antara Bintang dan Kak Ronzi," kata Bulan dengan nada seperti seorang peramal sungguhan.

"Apaan sih Bul, suka mulai deh dengan ramalan kamu yang konyol itu," jawab Bintang ketus.

Bulan pun tertawa tipis, karena sudah membuat kakaknya itu kesal dengan ramalannya yang gak jelas itu. Ya, Bulan memang suka usil kepada kakaknya.

Setelah upacara selesai, Bulan dan Bintan, beserta para murid pun bubar dan berjalan menuju kelasnya masing-masing.

"Sungguh nggak di sangka-sangka ternyata pria aneh yang tiba-tiba muncul kemarin itu adalah Kakak kelas aku dan dia sekolah di sini, satu sekolahan dengaku juga, tapi aku masih saja penasaran kenapa ia seakan-akan seperti sudah mengenal aku dengan dekat, padahal aku baru saja melihat wajahnya. Mmm... tapi ya sudahlah jadi pusing aku," gerutu kecil di hati Bintang menggambarkan bahwa ia sangat kebingungan dan kaget karena lelaki asing itu ternyata satu sekolahan dengannya.

"Aku siang ini nggak bisa nemenin kamu bimbingan yah Bint, soalnya sore ini aku juga mau mulai bimbingan dan bertemu dulu dengan Pak Sri dan juga guru pembimbingku," ujar Bulan.

"Sudah di mulai ya bimbingannya Bul, aku jadi sedih gini deh" jawab Bintang.

"Loh kenapa kok jadi sedih?" tanya Bulan heran seraya melihat kearah Bintang yang memasang raut wajah sedih.

"Nggak papa, aku merasa sedikit lelah saja akhir-akhir ini, bahkan kamu tidak akan bisa menemaniku lagi bimbingan, aku jadi bingung menghadapi Bang Galaxi sendirian saja," jawab Bintang mengeluh.

Tiba-tiba dari arah depan searah dengan gerak langkah keduanya, tiba-tiba Ronzi muncul dan mencegat Bulan dan Bintang.

"Hai, kita jumpa lagi," sapa Ronzi dengan ramahnya serta memasang wajah riang dengan menerbitkan senyuman manis di hadapan Bintang.

Bintang pun terkejut dengan sapaan Ronzi yang terlalu dekat itu, sedangkan Bulan tampak terlihat kebingungan melihat situasi yang ia lihat antara kakaknya dan Ronzi.

"Anu, jangan terlalu dekat-dekat ya Kak, nggak enak di lihat orang," kata Bintang berusaha menghindar dari Ronzi yang sangat dekat dengannya seraya menatap dalam kearahnya.

"Oh baik-baik, maafkan saya Bintang karena saya hari ini sangat senang bisa bertemu lagi dengan kamu, bagaimana tanggapan kamu Bintang, apakah kamu terkejut dengan keberadaanku di sini?" tanya Ronzi yang hanya fokus kepada Bintang.

"Ekhem!" Bintang berdeham sejenak sebelum menjawab pertanyaan kakak kelasanya itu.

" Yah, awalnya aku kaget juga sih, sempat tidak mengenal kakak, setelah aku berusaha mengingatnya ternyata kakak adalah orang yang membayarkan bubur ayamku kemarin," jawab Bintang sembari menerbitkan senyum gugup.

"Wah wah wah… kak Ronzi hebat banget bisa langsung ngebedain kita berdua, walaupun kami sedang berjalan bersamaan tampaknya Kak Ronzi langsung berbicara to the point dengan Bintang!" celetuk Bulan yang sambil menepuk tangannya yang tiba-tiba melerai pembicaraan Bintang dan Ronzi.

"Eh iya yah, kok kakak bisa langsung tau kalo aku Bintang?" tanya Bintang yang juga kebingungan dengan Ronzi yang bisa membedakannya begitu saja tanpa tertukar atapun tanpa bertanya terelebih dahulu.

"Emm, rahasia!" jawab Ronzi dengan santainya.

Tiba-tiba Mars muncul di hadapan Bulan dan Bintang lalu melerai percakapan mereka.

"Hai! Apa kabar Ronz?" tanya Mars kepada Ronzi sembari menepuk Pundak Ronzi.

"Baik! Kalo nggak salah kamu Mars kan yah," kata Ronzi sembari berusaha mengingat wajah seseorang yang menyapanya itu.

"Betul sekali, kamu parah banget Ronz kalo tidak ingat sama aku, keterlalauan banget sih kalo nggak kenal sama aku," jawab Mars.

"By the way… Aku mau pinjem Bulannya dulu ya Bintang, ada hal penting yang saya mau di bicarakan dengan Bulan," sambung Mars yang tiba-tiba menarik tangan Bulan begitu saja.

Dengan melihat situasi yang sangat mengejutkan itu, Bintang hanya terdiam membisu, terdiam mematung, raut di wajahnya terlihat jelas sangat murung, Bintang tidak pandai menutupi kecemburuannya itu.

Ronzi yang melihat siuasi itu pun, langsung menggandeng tangan Bintang dan mengajaknya pergi ke tempat duduk yang ada di depan kelasnya.

"Wawh cuaca hari ini cerah sekali ya Bintang, sejuk juga, padahal cuaca terlihat sangat panas!" kata Ronzi yang seakan-akan mencoba mengalihkan Bintang yang sedang melamun.

"Kak, bisa nggak jangan tiba-tiba menarik tangan semaunya, aku aneh deh dengan kakak, aku merasa kak Ronzi sok dekat gitu padahal nih yah aku sama sekali belum mengenal kakak, aku yang sedang pusing ini tambah pusing tau kak," gerutu Bintang kesal karena ia memang sedang tidak merasa baik-baik saja perasaanya setelah melihat Bulan tiba-tiba di gandeng Mars dan di ajak pergi sama Mars.

"Bintang, kata aku juga anggap saja kita sudah saling kenal, jangan terlalu di pikirkan,"Jawab Ronz dengan santai seperti biasanya.

"Pasti itu jawabannya deh, sudah kak aku lagi badmood jadi aku pergi dulu yah kak, Bye," ujar Bintang sembari pergi dari hadapan Ronz.

Ronz hanya tersenyum karena ia melihat raut wajah Bintang yang cemberut itu, baginya wajah Bintang yang sedang cemberut itu terlihat sangat imut ketika sedang kesal.

Ronzi pun pergi menuju kelasnya, akan tetapi tidak tersadar oleh Ronzi dan Bintang, ternyata orang-orang sedang melihat ke arah mereka berdua yang sedang berbisik-bisik. Entah apa yang mereka bisikan itu, tapi Ronzi dan Bintang mengacuhkannya.

"Kenapa sekarang kak Mars seperti sedang dekat dengan Bintang, sejak kapan Bulan sedekat itu, ini sungguh tiba-tiba sekali. Lalu mau kemana ia pergi dan pembicaraan penting apa yang Kak Mars maksud? Apakah Bulan dan Kak Mars….? Akh sudahlah, aku jadi overthinking seperti ini," gumam Bintang yang terus menerus menggerutu.

"Bintang! Jangan melamun mulu, Bu guru sudah datang," bisik Aster teman satu kursinya itu.

"Astagfirullah….," ucapnya sembari mengusap wajahnya.

Pelajaran pun di mulai, semua siswa akan memulai pelajaran hari senin ini dengan mata pelajaran matematika, tapi Bintang masih saja memikirkan Mars dan Bulan. Tampaknya ia tidak fokus dengan pelajarannya itu. ia hanya sibuk bergelut dengan batinnya. Entah sampai kapan ia berpikir, yang jelas perasaan cemburu dan penasarannya itu menguasai pikiran dan hatinya, ia pun terjerat dalam lamunannya sendiri.