Chereads / Jangan Membenci Jodoh / Chapter 14 - Hati Yang Tersakiti

Chapter 14 - Hati Yang Tersakiti

Seperti kabut yang menyelimuti dunia, suram terlihat seakan penuh dengan sandiwara, menjadi sok kuat dan tegar nyatanya hanya kebohongan semata.

Di balik arah jendela perpustakaan terlihat sesosok wanita yang menunggu seseorang, tapi semeraut wajahnya tidak menggambarkan apa-apa, datar dan penuh dengan rasa kegelisahan.

"Ya Allah, seandainya perasaan ini tercipta hanya untuk ia, kenapa hanya aku saja yang merasakan cinta ini, rasanya sakit melihat lelaki yang selama ini di cintai jatuh kepada orang lain, bahkan saudara sendiri. Bisakah aku merelakannya walau menyakitkan."

"Bahkan sangat menyakitkan lagi dengan kenyataan bahwa aku akan di nikahkan dengan kakaknya, tidak kah kak Mars tau bahwa sesungguhnya di hatiku ini hanya ada dia, bukan Bang Galaxi," gumam Bintang di dalam hatinya sembari memandangi langit biru di arah jendela.

"Hai!" sahut Bulan tiba-tiba saja di hadapannya bersama dengan Mars yang berdiri di sampingnya.

"Ah iya, emm… kenapa yah, kok kak Mars tiba-tiba juga ada di perpustakaan?" tanya Bintang heran karena ia pikir Bulan akan sibuk dengan bimbingan hari pertamanya. Namun Bulan malah ada di perpustakaan bersama dengan Mars juga.

"Semakin sering melihatnya, semakin besar rasa ini. Ya Allah.. aku harus sesegera mungkin melupakan laki-laki ini, agar tidak terlalu sakit menyimpan cinta yang tak terbalas ini," gerutu kecil di hati Bintang sembari melihat ke arah Mars yang sedang tersenyum manis kearahnya.

"Bintang, guru pembimbing aku ternyata Kak Mars hehe," celetuk Bulan.

"Maafkan saya Bintang karena tidak memberitahumu tadi, awalanya saya ingin mengatakan di tempat yang sama ketika kamu dan Bulan hendak masuk kelas tadi pagi, tapi ada Ronzi di sana dan akhirnya saya pun menarik Bulan saja dan membawanya untuk mengatakan hal penting ini," kata Mars menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya yang tiba-tiba membawa Bulan pergi dari hadapan Bintang tadi pagi.

Klek!

Seakan pita suara Bintang terhenti untuk mengeluarkan suara, kabar dari Bulan tentang Mars yang akan menjadi pembimbing Bulan itu membuat hati dan suara Bintang terpekikkan dan tidak bisa berkata-kata.

"Bint! Bintang! Kamu baik-baik saja kan, kok tiba-tiba bengong seperti itu?" tanya Bulan heran.

"O-ouh iya, aku tidak papa hehe," ujar Bintang yang akhirnya ia paksakan ntuk bersuara dan menjawab pernyataan adiknya itu agar ia tidak telrihat kaget ataupun cemburu, lalu Bintang pun tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya dan hendak pergi.

"Loh! Kamu mau kemana Bintang, bentar lagi Bang Galaxi akan sampai, mungkin sekarang ia sedang berada di jalan untuk datang ke perpustakaan ini," kata Mars seketika heran karena Bintang malah hendak pergi dari perpustakaan.

Gerak Langkah Bintang pun terhenti sejenak, ia yang membelakangi Mars dan Bulan berusaha untuk menahan air matanya itu dan berusaha untuk menerbitkan senyuman palsu.

"Sakit rasanya sakiiiit banget! Kenapa harus Kak Mars!" gerutu Bintang di dalam hatinya. Ia benar-benar merasa bahwa hari itu adalah akhir dari segalanya.

"Iya Bintang, kamu jangan-jangan mau bolos!" sahut Bulan.

"Rasanya aku seperti di khianati saudaraku sendiri," sambung Bintang di dalam hatinya yang terus menggerutu.

Bintang pun menarik nafas panjang, lalu ia keluarkan kembali dan setelah ia sedikit bisa mengontrol emosinya, ia pun berbalik arah dan menerbitkan senyuman tipis yang di paksakan hingga senyuman itu terlihat sangat aneh.

Lalu ia pun mengerutkan kembali senyumannya dan segera pergi dari perpustakaan itu dengan jalan yang cepat mengarah lurus kedepam.

"Bintang kenapa yah, kok dia kayak yang sedang badmood gitu, apa ada yang salah denganku atau dia cemburu aku membawa Kak Mars kesini? Tapi selama ini bukankah dia tidak terlalu tertarik dengan Kak Mars, ya walaupun kerap ia selalu terkagum-kagum dengan ketampanan Kak Mars," gerutu Bulan di dalam hatinya sesaat ia merasa ada yang aneh dengan sikap kakaknya itu.

"Ada apa dengan kakak kamu itu Bulan, ia terlihat sedikit aneh?" tanya Mars.

"Heheh, kakak aku memang begitu kak Mars, dia suka aneh," jawab Bulan dengan santainya.

"Oke kita mulai saja yah Bulan, siapkan bukunya yah mungkin ada yang mau di tanyakan terlebih dahulu tentang karya tulismu itu sebelum saya membahsanya," ujar Mars seperti layakanya seorang guru.

"Waah…. Kak Mars, selain tampan dan populer, dia juga baik hati dan tidak sombong, yang penting saat ini Kak Mars terlihat sangat keren seperti halnya Bang Galaxi, terlihat sangat cool, apalagi kerah bajunya yang sedikit terbuka itu terlihat sangat menawan," Gumam Bulan yang malah tertegun dengan ketampanan Mars.

"Bulan!" sahut Mars memanggil Bulan yang tiba-tiba bengong itu.

"Ehhh iya, aku lupa hehe, aku jelasin yah Kak tentang karya tulsiku ini," kata Bulan yang akhirnya tersadar juga dari pikirannya yang sudah traveling itu

Bulan pun mulai menjelaskan satu persatu bab yang ada di buku karya tulisnya yang akan sepenuhnya di jawab oleh Mars.

Sedang Bintang masih terus berjalan tidak tengok kiri dan kanan, ia tampak meneteskan air mata sambil berlari, tiba-tiba saja ia menabrak sesuatu yang tidak keras dan juga tidak lembut di hadapannya, terlihat seseorang yang besar berdiri di hadapannya.

"Ouch!" pekik Bintang seraya mengusap keningnya.

"Kalo jalan hati-hati dong!" sahutnya protes kepada orang yang tiba-tiba menghalangi jalannya.

Bintang pun mendongakkan kepalanya kearah laki-laki yang berdiri tegap di hadapanya, raut wajah yang datar dengan proporsi pahatan wajah yang sempurna itu adalah Galaxi.

"Ba-bang Galaxi!" sahut Bintang terkejut, lalu ia pun segera menghapus air matanya.

"Kamu nangis?" tanya Galaxi.

"Enggak! Aku hanya kelilipan tadi di perpustakaan karena aku tidak sengaja meniup debu yang ada di tumpukan buku yang using," jawab Bintang dengan ketusnya.

"Benarkah?" tanya Galaxi sekali lagi.

"Ih apaan sih Bang Gala ini, rese deh! Aku mau nangis atau enggak bukan urusan Abang yah!" protes Bintang lalu ia pun melangkah pergi dari hadapan Galaxi.

"Kamu mau kemana, sekarang waktunya bimbingan!" tukas Galaxi sembari menarik tangan Bintang.

Seketika gerak Langkah Bintang pun terhenti dan ia sangat terkejut melihat Galaxi tiba-tiba menarik tangannya.

Galaxi ternyata reflex menarik tangan Bintang, lalu dengan cepatnya Galaxi melepaskan kembali tangan Bintang, terlihat jelas dari raut wajah Galaxi bahwa dia gugup saat tiba-tiba tangannya menarik tangan Bintang.

"Ee,,, kalo mau ke toilet jangan lama-lama, saya tunggu di perpustakaan," ujar Galaxi dan langsung melanjutkan gerak langkahnya menuju perpustakaan.

"Kenapa sih dengan pria itu, aneh!" gerutu Bintang yang kesal itu semakin kesal. Lalu Bintang pun pergi ke toilet sekedar untuk mengeluarkan emosinya dan membasuh wajahnya, agar tidak terlihat bahwa dia habis mengeluarkan air mata.