Chereads / Jangan Membenci Jodoh / Chapter 16 - Kecewa Dan Benci

Chapter 16 - Kecewa Dan Benci

Keesokan harinya di ruangan kelas yang sama seperti kemarin, Bulan menyelesaikan bimbingannya dengan cepat.

Waktu sangat cepat berlalu, tapi bagi Bintang di bombing oleh Galaxi selalu merasa waktu sangat lama dan sangat menyiksa dirinya. Bimbingan pun selesai Bintang segera buru-buru membereskan bukunya dan meninggalkan Galaxi dengan tergesa-gesa.

"Bintang, tunggu saya dulu. Ada hal yang ingin saya katakana kepada kamu,"mtriak Galaxi kepada Bintang yang sedang tergesa-gesa pergi ke luar ruangan kelas.

Bintang tidak menghiraukan panggilan Galaxi. Padahal Galaxi menunggu kelas selesai untuk membicarakan hal penting kepada Bintang.

"Ini cowok sebenarnya mau ngapain sih dari tadi bilangnya jangan dulu pergi habis bimbingan, apa jangan-jangan omongannya benar kalo dia hari ini akan peri kerumah? Argh…. Bodo amat lah. Gak peduli aku," batin Bintang kesal.

Ya, itulah Bintang semakin dirinya di tekan dan di ancam, semakin memberontak juga. Membuat Galaxi kesal kepadanya adlaah tujuan utama. Namun hari itu Bintang merasa ada yang aneh dengan Bulan, karena sebelum memulai Bimbingan sepulang sekolah, Bulan tidak menemui dirinya. Bintang merasa aneh dan harus segera keluar dari bimbingannya bersama Galaxi dan menunggu Bulan lebih dahulu di depan Gerbang sekolah,

Bintang pun pergi ke arah gerbang sekolah menunggu Bulan, tapi suah 20 menit berlalu dirinya menunggu tapi Bulan tak kunjung datang.

"Kemana Bulan, sudah jam segini tapi belum kelihatan batang keningnya yang jenong itu," gumam Bulan sembari melihat jam tangannya.

Tiba-tiba dari arah lapangan sekolah, Bulan akhirnya muncul juga dan berjalan bersamaan dengan seorang lelaki yang sangat dibenci olehnya.

"Pak! Apap-apaan nih, kok bareng sama Bulan?" tanya Bintang heran dengan wajah ketus.

"Gak usah terkejut. Sudah saya katakana kalo saya hari ini akan pergi ke rumah kamu sesuai dengan yang saya katakana kemarin kepada kamu," balas Galaxi dengan raut wajah datar sembari kedua tangannya itu dimasukan kedalam saku celananya.

Galaxi yang bersikap dingin dengan gayanya yang cool itu, semakin membuat Bintang geli dibuatnya, semakin Galaxi menampakan wibawa dan kejantanannya sebagi seorang pria, jusrtu membuat Bintang semakin membencinya, berbeda dengan siswi yang ada di sekolah itu, selalu di buat oleng oleh Galaxi.

"Oek!" gumam Bintang.

"Maaf yah Bulan, aku gak bisa cegang Pak Galaxi untuk tidak pergi kerumah. Dia menahanku dan mengancamku saat aku sedang bimbingan sama Kak Mars,"ujar Bulan sembari menerbitkan raut wajah yang tertekan.

Bintang yang sedang bad mood itu semakin tambah bad mood, karena Galaxi yang ngeselin itu tetap bersikukuh untuk pergi kerumahnya, bahkan Galaxi menyeret Bulan untuk melancarkan rencananya.

"Sekarang aku semakin tahu saja dengan sifat pria ini, bukan lagi perang antar sesame manusia tapi perang antara batin,"Gerutu Bintang seraya menatap tajam kearah Galaxi.

"Pak! Sudah saya katakana saya tidak menerima tamu seperti Pak Galaxi, heran deh aku sama Bapak. Mau bapak itu apa sih?" ujar Bontang dengan nada emosi.

"Menikahimu," celetuk Galaxi.

"Gak!"

"Iya."

"Gak."

"Kamu gak bisa nolak."

"Terserah Bapak. Bodo amat!"

Bulan pun di buat heran dengan Bintang dan Galaxi yang sedang berdebat itu, pasalnya sikap kedua orang yang ada di hadapannya itu bagaiakan teman satu umuran. Harga diri Galaxi sekan hilang dimata Bintang.

"Gila ni si Bintang, sejak kapan dia punya sikap seambyar ini," ujar Bulan.

"Stop!" teriak Bulan melerai perdebatan Bintang dan Galaxi.

"Aku akan pergi bersama Kak Mars malam ini. Jadi aku pergi dulu, maafkan aku yah Bintang," tukas Bulan dengan gugupnya.

"Loh kok gitu,aku bisa pulang sendirian dong Bul!" bentak Bintang tidak setuju.

"Pak Galaxi, aku titip Bintang yah,dia sedikit penakut orangnya jadi aku minta bantuan Bapak untuk kali ini saja," teriak Bulan sembari berlari meninggalkan Bintang.

"Untuk hari ini saja, aku minta maaf yah Bintang,bye bye aku pergi dulu…" sambung Bulan seraya melambaikan tangannya.

"Tidak… Bulan! Awas kamu yah," teriak Bintang terlihat emosi dengan adiknya itu.

Ya, Bulan juga tidak punyapilihan lain selain meninggalkan Bintang bersama dengan Galaxi. Ia tidak mungkin meninggalkan kesempatan emas untuk pergi bersama Mars.

"Apasih si Bintang ini. Dia benar-benar sudah gila meninggalkan aku bersama pria ini. Aaaarghhh… kalu begini caranya bisa-bisa depresi aku," gerutu Bintang kesal.

"Ayo jalan sekarang," ujar Galaxi sembari menarik tangannya Bintang.

"Pak! Jangan tiba-tiba tarik tangan aku mulu ya," tukas Bintang menggubris tangannya yang baru sja di tarik Galaxi.

"Kalo kamu tidak saya tarik dan pegang. Kamu akan pergi ke bawa angin, cuaca sebentar lagi mau hujan, sekarang kita harus segera masuk kedalam mobil," jawab Galaxi.

"Pa-Pak Galaxi benar-benar ngeselin banget sih, bodyshaming juga yah Bapak. Pak, walaupun badanku kecil, aku termasuk primadona di sekolah ini," balas Bintang semakin dibuat emosi.

"Siapa yang bodyshaming. Bintang, adik kamu itu orangnya periang dan gak moodian kayak kamu, kamu ini tidak bisa membedakan mana candaan mana bukan. Heran saya," kata Galaxi yang juga semakin meninggikan nada bicaranya.

"Oh jadi Bapak sekarang mau main banding-bandingin aku, ingat yah Pak baik-baik! Orang yang paling aku benci di dunia ini adalah banding-bandingin aku dengan kembaranku," ucap Bintang sembari menunjukkan jari telunjuknya kepada Galaxi dengan menatap tajam penuh amarah.

Bintang semakin dibuat kesal dan marah, dia pun pergi begitu saja dan berlari menghindari Galaxi sebisa mungkin. Terlihat jelas di kedua bola matanya bahwa perasaannya sedang sedih dan juga kecewa.

Galaxi yang melihat raut wajah marah Bintang untuk pertama kalinya hanya bisa terdiam seraya menghela napas panjang. Galaxi menyadari bahwa ia sudah salah bicara kepada Bintang

"Argh… sepertinya hari ini aku gagal lagi. Dan yang paling parah aku sudah membuatnya marah seperti iu, sepertinya aku belum mengenal baik sifat gadis itu. Mungkin masa remaja memang memiliki sifat labil yang berlebihan," gumam Galaxi seraya melihat Bintang yang berlari menjauh darinya.

Tak terasa Bintang pun sudah sampai di depan rumahnya dengan napas yang masih terengah-engah karena merasa lelah akibat berlari dengan tergopoh-gopoh sepanjang perjalanannya menuju rumah.

Seketika air hujan pun turun, Bintang segera membuka gerbangnya seraya mengangkatkan tasnyauntuk di jadikan payung sementara.

"Ngeselin banget sih itu Bang Gala, sudah aku benci kepadanya tanpa alasan yang jelas dan sekarang rasa benciku semakin menjadi-jadi kepadanya dengan alasan yang jelas."

"Bulan, awas ajah kamu kalo sudah pulang. Aku di tinggalkan dengan Bang Galaxi sedangkan kamu malah asik-asik bersama Kak Mars. Ini sungguh gak adil," gumam Bintang.

"Assalamu'alaykum Mah….," salam Bintang sembari membuka pintu rumahnya.

"Waa'alaykum salam, Bintang kemana adik kamu?" tanya Bu Asa.

"Bulan sedang main dulu," jawabnya singkat dengan wjah ketus sembari membuka tali sepatunya.

"Astagfriullah, tumbenan banget itu anak main sampai malam begini," tukas Bu Asa terkejut.

"Ya," jawab Bintang singkat lalu pergi melewati ibunya setelah selesai besalaman.

"Aku gak mau nikah sama Bang Galaxi," celetuknya sambil menutup pintu kamar.

"Apah!" sahut Bu Asa terkejut dengan celetukan anaknya itu.