Chereads / Jangan Membenci Jodoh / Chapter 12 - Ronzi Gerhana

Chapter 12 - Ronzi Gerhana

"Lain kali kalo mau jajan siapin uang nya dulu ya," kata lelaki itu seraya melihat kearahnya dengan menerbitkan senyuman tipis seakan sikapnya itu sudah kenal dekat dengannya. Padahal ia sama sekali tidak mengenal pria yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.

"Kamu siapa? Kenapa tiba-tiba membantuku?" tanya Bintang heran.

Di taman itu suasana tampak ramai, namun tatapannya yang serius itu kepada pria yang tidak dikenalinya membuat dunia yang ramai itu serasa milik berdua.

"Kenalin, aku Ronzi," jawab laki-laki itu dengan menyodorkan tangan kanannya pertanda bahwa itu adalah salam perkenalan.

"Bintang Qiandri," jawab Bintang gugup seraya berusaha mengingat-ngingat apakah ia pernah bertemu dengan lelaki itu.

"Apakah aku pernah mengenalmu atau bertemu denganmu?" tanya Bintang yang masih penasaran dengan laki-laki yang ada di depannya itu.

"Anggap saja kamu sudah pernah mengenal," Jawab Ronzi sembari menerbitkan senyuman manisnya kembali.

"Nih lakik murah senyum banget sih! Mana senyuman mah manis banget, duh lama-lama bisa jadi dia betes nih!" gumam Bintang didalam hatinya. Ia cukup tertegun dengan senyuman laki-laki yang baru dikenalnya itu.

"Emm… Lalu mengapa kamu seakan sudah mengenal aku. padahal aku merasa wajahmu itu terlihat sangat asing," kata Bintang.

"Anggap saja tidak asing bagi kamu," jawab Ronzi dengan nada yang sangat santai.

"kamu penguntit ya!" kata Bintang dengan senyuman smirk seraya ia juga mulai memakan buburnya yang hampir dingin.

"Haha," Ronz hanya melontarkan ketawa tipis seraya melihat Bintang yang sedang melahap bubur ayam nya itu.

"By the way makasih yah udah di bayarin tadi," ucap Bintang yang masih menikmati bubur ayamnya, tampaknya Bintang mencoba untuk tidak terlalu ingin mengetahui tentang laki-laki yang hanya menjawab pertanyaannya dengan singkat, asalkan bubur ayamnya itu sudah dibayar ia tidak perlu banyak tanya lagi.

"Lain kali ganti ya uangnya," celetuk Ronz sesaat membuat Bintang terhenti dalam lahapannya.

"Seriusan nih harus di ganti!" jawab Bintang terkejut.

"Haha… Nggak, becanda kok becanda… anggap saja itu sebagai tanda perkenalan kita," jawab Ronz.

"Aish… kamu ini! Bikin aku jantungan tau!" kata Bintang ketus.

"Baiklah... dengan senang hati aku terima traktiranmu ini," sambung Bintang sembari melontarkan senyuman tipis kepada Ronz.

"Sepertinya aku harus pergi dulu melanjutkan jalan santai pagi ini," tukas Ronz sembari berdiri dari tempat duduknya dan melihat kearah jam di tangannya.

"Oh baiklah kalo gitu, sampai ketemu lagi, bye bye…" ujar Bintang.

"Oke bye…," balas Ronz sembari berjalan pergi dari pandangan Bintang dan melambaikan tangannya serta melepas senyuman manis kepada Bintang.

"Manis oh sangat manis, meleyot hatiku ini," gumamnya di dalam hati.

"Orang ini sangat mencurigakan, tiba-tiba muncul lalu tiba-tiba pergi lagi, dia nggak memberi tahukan asal-usulnya, tapi yasudahlah yang penting bubur ayamku ada yang bayarin," sambung Bintang yang segera beranjak dari tempat duduknya lalu ia pun bergegas pulang.

Sesampainya di rumah, Bintang pun pergi kekamar tidurnya dan duduk di atas kasurnya karena sedikit merasa lelah setelah perjalanan jauh.

"Bint, kamu dari mana saja dari tadi?" tanya Bulan yang seperti biasanya. Ya, ia selalu saja tiba-tiba muncul di hadapan Bintang dan masuk kekamarnya itu tanpa permisi.

"Kamu ini Bul, kalo masuk kekamarku gak permisi dulu, aku kaget tau!" jawab Bintang ketus.

"Ya elaah Bint! Kamu kan aku juga, jadi kamar kamu kamar aku juga, its no problem oke!" kata Bulan sembari duduk di sampingnya tanpa merasa bersalah.

"Gak gitu juga kali konsepnya," seloroh Bintang.

"Haaah, jadi keinget tentang Kak Mars lagi deh," Gerutu dihati kecilnya Bintang sembari menutupkan mukanya pakai bantal.

"Kamu kenapa sih, dari tadi sikapnya aneh banget?" tanya Bulan kebingungan.

"Sudah-sudah, kamu bisa nggak hari ini nggak main kekamar aku Bul, aku ingin hidup tenang, damai dan tidak ada gangguan sedikit pun," kata Bintang dengan suara yang samar karena mulutnya itu tertutup bantal.

"Jadi aku si pengganggunya gitu?" tanya Bulan.

"Maksud aku bukan gitu kok, souzon mulu sih," jawab Bintang sembari menggeserkan bantal yang di taro di atas wajanya itu.

"Jadi maksudnya apa hah?" tanya Bulan mulai kesal.

"Nggak ada maksud apa-apa Bulan…," kata Bintang sembari melihat serius kearah Bulan yang sedari tadi sudah melihat kearahnya.

Seperti biasa, Buintang dan Bulan pun akan memulai perdebatannya sampai ketemu siapa yang akan mengalah sebelum ada yang menyerah. Bintang dan Bulan akan terus berdebat walaupun perdebatan itu nggak terlalu begitu penting.

***

Kesokan harinya di sekolah…

Hari senin sepertinya tidak bersahabat dengan Bulan dan Bintang, sinar Mentari yang cukup panas itu seakan memanggang kepala-kepala yang sedang berjejer melaksanakan upacara bendera. Tidak ada sejuk yang datang atau angin yang meniup, sungguh sangat menguras keringat.

Dari arah belakang barisan, seorang lelaki datang bersama kepala sekolah berjalan menuju mimbar upacara, dengan gayanya yang gagah, hitam manis rupawan, serta bola mata yang indah itu kian mempertajam pesonanya.

"Mohon perhatian!" sahut salah seorang guru di mimbar upacara itu.

"Baik anak-anakku, bapak disini akan memperkenalkan salah satu murid yang baru saja pulang dari study bandingnya di Turki, silahkan dengarkan sepatah dua patah kata yang akan di sampaikan oleh Nak Ronzi Gerhana," kata guru itu yang merupakan kepala sekolah di sekolah Mega Harapan School.

"Hai semuanya, perkenalkan nama saya Ronzi Gerhana, saya kelas 12 Mipa 4, sebelumnya pasti disini sudah ada yang mengenal saya, khususnya yang seangkatan dengan saya dan mungkin ada yang sama sekali tidak mengenal saya, saya sendiri sudah melaksanakan studi banding selama 2 tahun di Turki, wajar saja adik-adik kelas di sini belum mengenal saya."

"Saya akan menceritakan pengalaman saya dengan ringkas selama di sana dan saya harap pengalaman ini bisa bermanfaat bagi semuanya, mohon kerjasama dan bantuannya terimakasih," kata Ronz menyapa satu sekolah yang sedang berjajar rapih di hadapannya.

Semua para siswa di lapangan bersorak tepuk tangan, seakan cuaca panas berubah menjadi sejuk. Mata yang indah nan sayup itu sungguh menyejukkan bagi siapa saja yang melihatnya.

"Sepertinya aku pernah melihat laki-laki itu," pikir Bintang yang sedang mengingat-ingat wajah pria yang sedang berdiri di depan itu.

"Kayaknya saingan Kak Mars nih, para anak-anak cewek sangat terpana kepada Kak Ronzi, lihat ajah tuh ekspresi wajah mereka semua," ujar Bulan.

"Ta-tapi perasaanku kok Kak Ronzi seperti melihat ke arah kita yah Bint, lihat tuh! Betul nggak?" tanya Bulan heran.

"Bentar Bul, kayaknya nih wajah cowok nggak asing deh," jawab Bintang dengan serius menatap balik Ronzi yang tengah melihat kearahnya itu, tampaknya Bintang belum sadar dengan laki-laki yang pernah ia temui sebelumnya itu, padahal jelas-jelas namanya itu sudah di sebutkan.

"Ronzi… Ronz….?" Gumamnya berusaha mengingat.

" Astagfirullah… Oh iya iya aku inget Bul, dia yang bayarin bubur ayamku kamarin pagi," ujar Bintang dengan senangnya karena ia bisa menemukan ingatannya kembali tentang cowok yang berdiri di mimbar upacara itu.