Chereads / Jangan Membenci Jodoh / Chapter 9 - Realita Tidak Sesuai Ekspektasi

Chapter 9 - Realita Tidak Sesuai Ekspektasi

"Hai, Pak!" sapa Bulan dengan riang sesaat setelah ia sampai duluan masuk ke perpustakaan, sedangkan dibalik pintu perpustakaan tampak Bintang sedang bersiap untuk masuk kedalam perpustakaan untuk menyusul Bulan.

"Duh! Si Bulan kok malah sok akrab gitu yah?" batin Bintang sesaat langkahnya itupun terhenti yang baru saja menutup pintu.

"Tumben kamu nyapa saya duluan, biasanya kamu hanya diam dengan memasang wajah ketus?" tanya Galaxi dengan raut wajah datar sembari menyiapkan beberapa kertas yang akan di bahas.

"Aduh! Aku lupa kalo si Bintang kan tipe orang yang kalem girl!" umpatnya di dalam hati baru tersadar.

"Tapi…. mana bisa aku menjadi kalem girl kaya si Bintang, yaudah deh aku bersikap apa adanya aku saja," sambungnya tidak peduli apa yang di katakan atau di lihat oleh Galaxi tentang sikapnya itu sembari melihat kearah Bintang yang baru saja duduk di pojokan sana untuk menemaninya.

"Hari ini aku punya kabar bahagia Pak! Jadi hari ini aku terlihat ceria, jadi wajarkan ya hehe…" ungkapnya membuat alasan sembari memainkan pulpen di telunjuknya yang baru saja ia ambil di dalam tas.

"Kabar Bahagia apa? Apakah itu tentang keputusanmu yang akan menerima tawaran syarat dari saya?" tanya Galaxi tiba-tiba membahas tentang hal yang seharusnya tidak di tanggapi oleh Bulan.

"Waduh, gawat nih kalo sudah begini? Aku harus jawab apa nih?" batin Bulan sembari ia melihat kearah Bintang yang tengah duduk itu melihat kearahnya juga. Bulan tampak geleng-geleng kepala kearah Bulan, menandakan kalo Bintang menyuruhnya untuk tidak menjawab.

"Kenapa kamu malah melihat kearah adikmu? Apakah adikmu juga tahu tentang syarat itu?" tanya Galaxi heran.

Bintang semakin cemas, ia takut Galaxi menyadari penyamaran mereka berdua, tampak kedua kaki Bintang pun tidak berhenti berdiam dan Bintang bingung harus melakukan apa untuk melerai pembicaraan yang tidak terduga itu.

Bruk!

Seketika Bulan pun menggebrak meja, lalu ia beranjak dari tempat duduknya. Lalu wajahnya seketika terlihat serius dan menyorot tajam kearah Galaxi.

"Bintang! Kamu baik-baik saja?" tanya Galaxi heran.

"Izin ke toilet sebentar Pak! Pengen pipis…..," ucapnya manja sembari memegangi area miss V nya itu.

Sehingga Galaxi yang melihat tingkah laku anehnya Bulan pun langsung mengalihkan pandanganya dan mengernyitkan keningnya, serta ia pun terlihat sedikit malu-malu sendiri.

"Gadis ini… kenapa sangat polos sekali, dia benar-benar tidak tahu malu," gumam Galaxi sembari memejamkan matanya gemas.

"Sudah! Segera pergi sana!" tukasnya kesal.

Bulan pun segera berlari keluar, lalu tak lupa ia memasang senyuman licik kepada kakaknya sembari memberikan kedipan wink dan mengacungkan jempolnya, pertanda bahwa apa yang sudah terjadi barusan akan baik-baik saja.

"Argh… hampir saja!" gumam Bintang sembari menghela nafas lega.

"Bulan, tumben kamu diam saja di situ?" tanya Galaxi seketika pandanganya itu teralihkan kepada Bintang yang tengah terduduk rapih.

"Ah... i-iya Pak, saya hari ini sedang sakit… sakit… emm… awahh! Sakit gigi pak! Jadi saya mau diam saja," jawab Bintang ragu.

"Sepertinya Bang Gala belum bisa membedakan aku sama Bulan, bagus deh kalo begitu," gumam Bintang di dalam hatinya.

Setelah beberapa menit Bulan pun datang kembali, sembari berkata kepada Galaxi untuk segera memulai bimbingannya itu, Bulan pun tidak lupa mengeluarkan ponselnya dan merekam semua perkataan Galaxi secara diam-diam.

Tidak terasa waktu bimbingan pun telah usai, berbeda dengan suasana bimbingan kemarin yang terlihat serius, hari ini yang merupakan bimbingan keduanya itu terasa lebih santai, tampaknya Bulan berhasil membuat Galaxi nyaman dalam menyampaikan materinya bahkan Bulan tidak segan-segan membuat candaan selama bimbingan itu berjalan agar tidak terlalu jenuh dan serius.

"Baiklah, terimakasih atas kerjasamanya hari ini sehingga bimbingan pun berjalan dengan baik," ujar Galxi sembari merapikan buku-buku itu.

"Kita udahan Pak bimbingannya?" tanya Bulan.

"Yaaa, sekarang sudah pukul setengah enam sore dan sebentar lagi magrib," jawab Galaxi.

"Yaaah, tambahin sejam lagi saja Pak, aku lagi semangat-semangatnya belajar nih," Kata Bulan memohon dengan mata yang berkaca-kaca seakan menaruh harapan yang besar kepada Galaxi agar jam bimbingannya di tambah.

"Gila ni orang, malah keenakan di ajar sama Bang Galaxi!" batin Bintang kesal.

"Ekhem!" Bintang berdeham lalu seketika pandangan Galaxi dan Bulan teralihkan kepadanya.

"Dah sore lah ini, mana lapar lagih," sindirnya sembari melihat kearah jam tangan.

"Besok saja ya.., besokan masih bimbingan," Jawab Galxi dengn santainya sembari mengelus kepalanya Bulan.

Seketika wajah Bulan pun memerah setelah Galaxi mengusapkan tanganya itu ke kepalanya Bulan, hati Bulan pun seketika berdetak kencang, perasaan yang di alami Bulan pun terasa sangat aneh. Mata Bulan tak berkedip dan hanya bengong setelah tindakan Galaxi yang di lakukan terhadapnya itu.

Bintang yang melihat sikap lembut Galaxi kepada Bulan pun sangat membuat dirinya terkejut, ia tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat itu.

"Gawat! Realita tak sesuai ekspektasi, Bulan yang harusnya membuat Bang Galaxi kesal dan benci, malah membuat Bang Galaxi merasa nyaman dan terlihat berbeda dengan sikap dingin Bang Galaxi kemarin, benar-benar si Bulan ini yah!" gerutu Bintang amat kesal keapada adiknya itu, namun Bintang tidak bisa berbuat apa-apa selain melihatnya dari pojokan sana.

"Bintang! Ka-kamu baik-baik saja?" tanya Galaxi.

Bulan tidak mendengarkan pertanyaan Galaxi, tampaknya bulan hanya terdiam membeku dalam lamunannya, saking terkejutnya dengan sikap lembut Galaxi.

"Bintang!" ujar Galaxi sekali lagi dengan nada agak tinggi dari sebelumnya.

"Eh iya iya Pak, ada apa?" jawab Bulan dengan terkejut karena kaget mendengar suara agak keras dari Galaxi.

"Kamu baik-baik saja, soalnya kamu tiba-tiba bengong dan wajah kamu agak memerah?" tanya Galaxi khawatir.

"Aku baik-baik saja Pak hehe.., its everything fine!" jawab Bulan dengan santai sembari tersenyum yang sedikit di paksakan.

"Yaudah kalo gitu, saya pulang duluan," kata Galaxi, lalu pergi duluan dari perpustakaan itu. Tampaknya Galaxi terlihat keluar dari perpustakaan itu dengan menerbitkan senyuman tipis di kedua sudut bibirnya itu.

Bulan pun menghela nafas panjang dan meraup wajahnya dengan kedua tangannya itu, ia pun duduk terlemas begitu saja.

Bintang yang sudah melihat Galaxi pergi dari ruangan itu, segera menghampiri Bulan dan ia tampak terlihat emosi dan berdiri tegap di depan adiknya itu.

"Bulan!" sahutnya dengan nada tinggi sesaat pandangan Bulan pun teralihkan kepada kakanya yang sedang berdiri tegap di hadapannya itu.

"Iya Bin?" jawab Bulan sembari mendongak kearah wajah Bintang yang amat terlihat marah itu. Tampaknya Bulan belum menyadari tentang penyebab sikap kakaknya yang sedang terlihat tidak baik-baik saja itu.

"Jelaskan padaku sekarang, apa maksudnya dengan apa yang aku lihat barusan?!" tanya Bintang ketus seraya menaruh kedua tangannya di atas pinggang.