Chereads / DAISIES / Chapter 11 - Pandora Box

Chapter 11 - Pandora Box

2013,

RS penuh dengan mobil-mobil hitam dan penjagaan di setiap sudut RS. Isaac dan Tiur yang baru sampai di RS melihat bingung ke arah penjagaan yang ada, Tiur mengatakan sepertinya ada orang penting yang di rawat di RS. Tahun ini adalah tahun ke 2 Isaac dan Tiur bekerja di RS, Isaac masih membantu Dr.Reza di bedah jantung dan Tiur menjadi asisten Dr.Andry di bedah plastik.

"kau sudah pikirkan apa yang kita diskusikan semalam?" tanya Tiur di dalam lift

"yes.. that was too fast,kita baru 2 tahun di sini dan membuka sebuah klinik akan memakan biaya yang banyak. Tunggulah beberapa tahun lagi. Bukankah kita berencana mempunyai anak?"

"Isaac listen… kalau tidak sekarang kapan lagi? sekarang saat yang tepat, kita masih di awal 30an ini saatnya kita bersinar"

"you right tapi, kita harus punya financial yang kuat juga"

"you can ask your father" pintu lift terbuka dan Tiur menyudahi pembicaraan mereka lalu keluar dari lift meninggalkan Isaac yang menggelengkan kepalanya.

Dr. Reza memanggil beberapa dokter bedah ke dalam kantornya dan menjelaskan situasi yang terjadi. Istri dari orang penting di Indonesia akan di operasi di RS mereka. Beliau meminta untuk di tarik alat pacu jantungnya yang berarti akan mengakibatkan hal yang fatal. Beberapa dokter sudah mengatakan untuk tidak melepaskannya tapi beliau memaksa. Ini akan menjadi sebuah operasi besar dan beresiko bagi mereka semua

"sir.. kenapa tidak kita ubah saja alat pacunya? Mencabut alat pacu tersebut merupakan hal yang besar dan tinggi resiko, dengan beberapa perubahan mungkin akan membuatnya berubah fikiran" kata Isaac yang membuat beberapa dokter menganggukkan kepalanya. Dr.Reza mengangguk dan menunjuk Isaac untuk masuk kedalam timnya, ia mengatakan pada Isaac bila operasi ini berhasil akan menjadi sebuah batu loncatan bagi karir Isaac di RS. Isaac mengangguk senang dan berniat mengabari istrinya hari ini tapi Tiur mengatakan ia akan menemani Dr.Andry untuk sebuah seminar siang itu.

Isabel memasuki apartement Isaac. Ia mendapat akses untuk ke rumah Isaac,sebelumnya ia sudah meminta izin pada Isaac karena ia akan mengantarkan makanan untuk keluarganya. Samar-samar Isabel mendengar sebuah suara rintihan dari sebuah kamar, suara seperti orang kesakitan yang menjerit kencang. Khawatir ia bergegas mencari dari mana asal suara tersebut, semakin ia mendekati kamar Isaac ia semakin yakin itu bukan suara teriakan, lebih tepatnya suara desahan. Ia membuka pintu tersebut dan melihat Tiur yang sedang tengkurap menungging dan seorang pria asing yang sedang menungganginya.

Pria itu kaget begitu melihat Isabel membuka pintu, ia langsung mendorong Tiur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka. Tiur menarik nafasnya dan mencoba mencerna apa yang terjadi, ia melihat Isabel di ambang pintu dengan wajah marahnya lalu membanting pintu.

Tak lama Tiur keluar dengan jubah tidurnya dan melihat Isabel yang duduk di sofa ruang tamu sambil melipat tangannya

"Aha na di ulahon ho, ise baoa i? (apa yang kau lakukan, siapa laki-laki itu?)" Tiur terdiam, wajah dan lehernya masih memerah lalu ia membenarkan rambutnya kebelakang.

"On hasalaanhu kak, unang paboa tu Isaac, au pe na mandok tu ibana (ini sebuah kesalahan kak, kumohon jangan katakan apapun pada Isaac, biar aku yang mengatakannya)"

"Boasa songoni pulut ni roham hape ho sada boru boru parsikkola, ingkon boi manian ho sada sitiruon. Ise baoa i? (kenapa kau tega seperti itu, kau wanita terhormat dan terpelajar Tiur! Harusnya kau bisa jadi panutan. Siapa laki-laki itu)" marah kakaknya. Tak lama pria tersebut keluar dengan bajunya yang acak-acakan. Ia mengenakan kacamatanya dan menarik Tiur ke belakang tubuhnya

"Nunga rittik hamuna, boasa ingkon di jabu on. Dang maila ho? Boasa ho modom dohot baoa asing! (kalian sudah gila, kenapa harus di rumah ini, apa kau tak malu? kau tidur dengan laki-laki lain! )" teriak Isabel, Tiur menutup matanya dan menangis, ia jatuh tersungkur dan pria tersebut memeluk bahunya berusaha menenangkannya.

"Boru boru na so tikkos do ho. Dang boi on di pasombu, ingkon paboahon hu tu natorasmu (perempuan yang tidak benar kamu, ini tidak bisa di biarkan, harus aku laporkan pada orangtuamu)" Tiur berteriak dan meminta ampun, ia berjanji tidak akan mengulanginya. Ia memohon pada Isabel untuk tidak melaporkan dirinya pada orangtuanya.

Acara arisan bulan itu di adakan di kediaman Isabel. Isaac mengajak serta Tiur walaupun sebelumnya Tiur beralasan sakit dan tidak bisa datang,Tapi setelah Isaac memaksanya akhirnya Tiur ikut menemani Isaac ke arisan di kediaman Isabel. Selama kebaktian, Isabel tak melepas matanya memelototi Tiur yang membuatnya salah tingkah dan selalu menunduk atau bersembunyi di belakang Isaac. Di tengah perjamuan makan, Isabel melihat Tiur beranjak pergi, ia melihat seorang laki-laki menjemputnya di depan pintu apartementnya yang membuatnya membelagakkan matanya dan memanggil Isaac

"Diboto ho do dohot ise pardijabu mu lao?(kau tau dengan siapa istrimu pergi ?)" marah kakaknya

"dia pergi sama dokter Andry mentornya di bedah plastik, mereka berencana membuat klinik kecantikan bersama" jelas Isaac tanpa rasa bersalah yang membuat kakaknya semakin geram. Ia menarik Isaac ke dalam sebuah ruangan jauh dari orang-orang yang masih memenuhi rumahnya

"ndang mansaritahon horoa si Tiur tu ho boasa au muruk tu ibana?(apa Tiur menceritakan padamu kenapa aku marah padanya?)" Isaac melihat kakaknya dengan pandangan aneh dan menggelengkan kepalanya

"Ho sungkun tu ibana aha na di ulahon ibana dohot baoa i di jabu mi(kau tanyakan padanya apa yang sudah dia lakukan dengan laki-laki itu di rumahmu)" teriak kakaknya

"kakak kenapa sih, mereka tidak mungkin kayak begitu!" marah Isaac lalu keluar membanting pintunya. Ia mengambil barang-barangnya dan permisi kepada sanak saudaranya lalu pergi dari apartement kakaknya.

Jam menunjukkan pukul 11 malam, Isaac duduk menunggu istrinya pulang di meja makan. Ia tidak bisa menghubungi Tiur dari tadi sore, perkataan kakaknyapun teriang di telinganya. Pintu apartement terbuka, Isaac tidak menoleh, Tiur masuk ke dalam dan melihat Isaac yang duduk di meja makan berdiam diri. Ia menaruh barang-barangnya dan duduk di depan Isaac.

"darimana saja kau?" tanya Isaac

"kami dari Tangerang survey ruko yang dokter Andry akan di jadikan klinik" senyum Tiur, lalu ia berceloteh tentang desain klinik tersebut nantinya. Ia begitu semangat yang membuat Isaac tidak percaya dengan kata-kata kakaknya, tapi ia harus memastikan satu hal padanya

"apa yang kau lakukan dengan dokter Andry sehingga membuat kakak marah?" seketika Tiur berhenti tersenyum, Isaac dapat melihat raut bersalah pada wajahnya yang membuat hati Isaac sakit. Tangan Isaac gemetar, ia berusaha menyembunyikannya sebelum mengucapkan kata-katanya

"apa kau tidur dengannya?" tak lama air mata mengalir di kedua pipi Tiur. Ia memundurkan kursinya dan menjauh dari Isaac. Ia terdiam dan tidak berani menatap mata Isaac yang membuat Isaac semakin terluka, air mata mengembang di mata Isaac, ia mengatur nafasnya dan berusaha untuk tetap tenang dan tidak marah di depan Tiur

"jawablah dengan bijak, perkataanmu yang akan menentukan hubungan kita nantinya." Tiur menatap Isaac, ia tidak berhenti menangis tapi tidak bisa berkata satu katapun di depan Isaac

"jika kau jujur, aku akan membencimu seumur hidupmu. Jika kau berbohong aku tidak akan pernah memaafkanmu"

"apa kakak yang mengatakannya padamu?" tanya Tiur yang membuat Isaac membelagakan matanya

"kau benar tidur dengannya?" teriak Isaac menggelegar ketika berdiri dari kursinya. Ia membanting semua yang ada yang meja makan yang membuat Tiur berteriak . Air mata turun di pipi Isaac, dadanya naik turun menahan marahnya, ia melihat Tiur yang menangis di depannya yang membuatnya semakin menggila, ia memunggungi Tiur dan berpegangan pada bak wastafel dan menyalakan kran air berusaha menenangkan dirinya.

"im so sorry Isaac.… it was an accident … it was a mistake.. ." Tiur menangis di belakang Isaac yang membuat Isaac memejamkan matanya. Ia mengambil kunci mobil dan beranjak pergi, Tiur menarik lengan Isaac tapi ia menghempaskan tangan Tiur dan membanting pintu.

Sudah satu bulan Isaac mendiamkan Tiur, ia berusaha menghindari Tiur dan Dr.Andry di RS. Pintu ruang praktek Isaac di ketuk, tak lama dokter Andry masuk yang membuat Isaac kaget. Ia mengatakan bahwa apa yang dilakukannya dengan Tiur bukan sebuah kesalahan dan ia benar-benar mencintai Tiur. Isaac yang tidak bisa menahan emosinya bangkit berdiri dan memukul Dr.Andry tepat ketika Tiur masuk. Tiur memisahkan mereka berdua dan menarik Dr.Andry untuk keluar dari ruangan

"I can't do this anymore.. kita cerai saja, kita tidak akan bahagia dan tidak akan bisa hidup maju. Kau terlalu terpaku pada karirmu di RS, sampai kapan kita bisa bahagia kalau kau seperti ini!" teriak Tiur pada Isaac yang masih mengepalkan tangannya. Tiur menangis dan berbalik pergi meninggalkan Isaac sendiri yang masih terpaku dengan kepergian Tiur.

Isaac duduk di dalam mobilnya di tengah hujan deras siang itu. Operasi pergantian alat pacu jantung tidak berjalan lancar, terjadi pendarahan yang mengakibatkan pasien meninggal di meja operasi. Isaac mencari-cari Tiur sejak tadi pagi karena sejak semalam ia tidak pulang ke apartement. Isaac mencoba meneleponTiur berulang kali tapi ia tidak mengangkat teleponnya. Isaac pun memutuskan pulang ke apartement mereka dan melihat Tiur yang sedang membereskan barang-barangnya menatap Isaac yang masuk ke dalam apartement dengan basah kuyup.

"mau kemana kau?" Tanya Isaac, tapi Tiur tetap memasukkan barang-barangnya. Tiur mengangkat tasnya dan berjalan menghampiri Isaac yang masih berdiri di ambang pintu

"aku nggak bisa ngelanjutin pernikahan ini, aku nggak bisa hidup seperti ini lagi. aku ingin cerai."

"seriously Tiur? You are the one who cheated in this marriage but why do I feel left out?" Isaac tertawa getir. Tiur menarik nafas dan melihat Isaac

"that's why I left this house." Tiur mengangkat tasnya dan melewati Isaac

sebuah mazda CX5 silver terparkir di basement RS. Tiur menunggu di dalam mobil dengan geram, ia melirik jam tangannya tapi sama sekali belum melihat mobil Isaac lewat. Ia sudah mencoba puluhan kali menelpon Isaac pagi ini tapi seperti biasa panggilannya tidak di angkat olehnya. Akhirnya setelah 1 jam menunggu sebuah fortuner hitam melaju di depannya. Mobil itu parkir tepat di sebrang mobil Tiur. Setelah mematikan mesin,mobil itu hanya diam saja, tidak ada seorang pun yang turun, Tiur merasa aneh, 10 menit berlalu dan tidak ada yang turun dari mobil itu.

Tiur hendak membuka pintu mobilnya dan menghampiri mobil tersebut sampai tiba-tiba ia melihat pintu mobil itu terbuka. Isaac turun membawa tasnya, Tiur tersenyum sumringah melihatnya tapi tiba-tiba senyum itu hilang ketika di lihatnya Isaac berjalan ke kursi penumpang, ia membuka pintu tersebut dan seorang wanita turun dari mobil tersebut. wanita itu memakai seragam perawat dengan rambut panjangnya di gerai berantakan. Sepertinya Tiur tahu apa yang membuat mereka tidak keluar selama 10 menit.

Tiur mendengus tapi matanya tetap terpaku pada Isaac yang memeluk bahu perempuan itu dan ia menelusupkan tangannya ke pinggang Isaac dan memeluknya. Merekapun tersenyum sumringah masuk ke dalam RS sambil bergandengan tangan. Tiur tertawa dan mendengus melihat adegan tersebut. Isaac yang selama ini di kenalnya sama sekali belum berubah, ia seperti melihat dirinya dan Isaac dulu ketika mereka masih berada di bangku kuliah, masa-masa indah dan manis mereka bersama. Tapi entah kenapa seiring berjalannya waktu semua itu berubah dan Tiur menyadari, Isaac tidak pernah berubah, ia tetap Isaac yang penuh kasih sayang,tapi dirinyalah yang berubah dan meninggalkan Isaac. Tiur mengeram dan meremas stir mobilnya, ia menyadari kesalahannya dan air matapun mengalir di kedua pipinya.

Tiur berjalan di lorong RS yang sekarang sudah agak ramai. Tiur kembali teringat masa-masa dirinya ketika masih praktek di sini, dan semuanya masih sama belum ada yang berubah sama sekali. Tiur melewati meja front desk yang terdapat 2 orang resepsionis pria yang belum pernah di lihatnya. ia menuju lift dan ketika pintu lift terbuka ia melihat gadis itu keluar dengan rambut sudah di sanggul dengan rapih. Ia mendorong seorang pasien di kursi roda untuk keluar lift. Matanya melihat kearah Tiur dan tersenyum, satu kata yang bisa Tiur simpulkan MUDA. Benar kata temannya ia begitu muda dan cantik. Bibirnya penuh, matanya besar dan lentik, ia persis seperti boneka, ia memaklumi mengapa Isaac tergila-gila padanya. Tiur balas tersenyum padanya dan menutup pintu lift.

Meeting pagi itu selesai ketika Dr.Reza menutupnya dengan membagikan selembaran memo baru. Dr.Reza menghampiri Isaac yang sedang meminum kopinya. Mereka membicarakan kasus pasien yang mereka tangani bersama. Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, seseorang masuk yang membuat Isaac membelagakan matanya, Dr.Reza mengerutkan keningnya ketika Tiur memasuki ruangan dan tersenyum sumringah kepada mereka.

"hello husband" sapa Tiur sambil tersenyum sumringah kearah Isaac

"what are you doing here" Tanya Isaac

"just visiting my husband" senyum Tiur, ia lalu melihat kearah Dr.Reza dan menyalami dirinya

"apa kabar dok,anda terlihat selalu tampak muda" Dr.Reza tersenyum sambil menyambut tangan Tiur

"terima kasih dokter Tiur, anda juga selalu terlihat cantik" Dr. Reza tersenyum pada Tiur lalu melihat ke arah Isaac yang wajahnya terlihat marah

"baiklah, saya tinggal dulu, dokter Isaac jangan lupa pasien yang kita bicarakan tadi" Dr.Reza menepuk pundak Isaac dan tersenyum pada Tiur sebelum meninggalkan ruangan. Tiur masih tersenyum melihat sekeliling ruangan tapi tidak dengan Isaac yang menatapnya dengan geram, ia menarik tangan Tiur dan membawanya keluar dari ruangan.

Isaac mengajak Tiur ke lounge VIP RS. Kebetulan di sana sedang sepi pengunjung. Mereka duduk di pojok ruangan bernuansa hijau dengan sofa yang berwarna senada.

"aku sudah melihatnya" Isaac melirikkan matanya melihat Tiur ketika ia menyesap kopinya.

"gadis barumu. Dia cantik, muda, apa dia sudah tahu kau sudah menikah?" Isaac memijit kepalanya dan menghela nafasnya

"listen, I forgive you it's doesn't meant I want come back to you Tiur"

"kita bisa memperbaiki semua ini, belum terlambat untuk kita memulai kembali." Isaac menggelengkan kepala dan menatap Tiur dengan nanar

"it's too late Tiur, you fucking left me when I'm fucking need you" Tiur menunduk dan menopang kepalanya

"I already find someone who I can't live without" Isaac mengatur nafasnya mencoba untuk tidak berteriak pada Tiur

"then.. let me go" Tiur mengangkat kepalanya dan menatap Isaac dengan tatapan menantang

"ceraikan aku sekarang, tanda tangani surat cerai itu! Bila kau tidak bisa melepaskannya,maka lepaskan aku!" telinga Isaac serasa berdengung,ia memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit sebelah

"aku tahu sensasi ini semua hanya sementara Isaac, lihat aku" Tiur menggenggam tangan Isaac dan menatap matanya

"aku tahu kita masih bisa mulai lagi, semua ini dan gadis itu hanya selingan. Kita anggap impas saja,aku pernah melakukan kesalahan,dan kau membalasnya dengan gadis itu." Tiur mengelus tangan Isaac dan melihat perubahan di raut wajahnya. Isaac membetulkan duduknya dan mencondongkan tubuhnya ke depan meja dan balas menggenggam tangan Tiur

"aku tidak bermaksud menyakitimu, sejak 7 tahun lalu aku bersumpah di depan Tuhan,di depan tetua untuk tidak menyakitimu tapi aku hanya menegaskan Neti bukan selingan,aku mencintainya. Aku tidak bisa meninggalkannya,tidak untuk sekarang ataupun nanti. Untuk surat cerai, Aku akan secepatnya menandatanganinya." Isaac melepas tangan Tiur, ia tampak terkejut dengan perkataan Isaac. air mata tiba-tiba menetes di kedua pipinya, ia mendengus dan menyeka air matanya

"aku tidak akan kembali lagi ke apartement, aku berniat menjualnya. Kalau kau menginginkan apartement itu, aku akan mengatur pengacara untuk membagi bersama hasil penjualanannya."

"apa kau sekarang tinggal bersamanya?" Tanya Tiur yang membuat Isaac mengehela nafasnya

"you know Tiur, the hardest part wasn't letting you go, it was understanding that you didn't want to stay with me. and it took me a years to unlove you" Tiur dapat melihat luka yang ia berikan pada Isaac cukup dalam yang membuat hatinya perih. Isaac berdiri dan meninggalkan Tiur yang menangis sendiri.

Neti terbangun karena mendengar suara berisik dari televisi. Ia melihat tv menyala dan Isaac tidak ada di kamar, ia melongok keluar kamar dan melihat Isaac yang sedang berkutat di dapur. Neti mengikat rambutnya dan menghampirinya, ia melihat Isaac yang sedang mengiris bawang,cabai,sosis,dan merebus mie instant. Neti melingkarkan tangannya di pinggang Isaac dan menelusupkan wajahnya ke punggungnya.

"kamu malem-malem masak mie? Mauuu" erang manja Neti sambil menggoyangkan pelukannya yang membuat Isaac tertawa

"ih ini sudah tengah malam,yakin mau ?" Neti melirik jam yang menunjukan pukul 1 dan tersenyum

"kamu masak berapa bungkus?"

"cuman 3 bungkus" jawab Isaac yang membuat Neti tertawa geli

"yaudah tar aku minta 1 suap aja" senyum Neti, ia membuka kulkas dan mendengar sebuah lagu yang mengalun dari tv yang menyala yang membuatnya bersenandung dan memeluk Isaac yang tertawa melihat Neti yang bernyanyi sambil menggerakkan tubuhnya. Isaac meletakkan alat masaknya dan membalik badannya melihat Neti yang bernyanyi di depannya. Ia menarik Neti kedalam pelukannya dan mengecup bibirnya yang membuatnya tersenyum. Isaac mengaitkan kedua tangan Neti ke lehernya dan membawanya berdansa seiringan dengan music yang mengalun. Isaac menempelkan dahinya ke dahi Neti dan menatap matanya yang tersenyum padanya. Lorong dapur itu begitu sempit untuk mereka berdua bergerak, tapi mereka berdansa dengan sorotan dari lampu kulkas yang terbuka.

You're my person in my home,You are real, you're my earth,You're a million dollar things,That you don't even know,You're my sun, you're my rain,You're the twinkle in my eye,Oh I wish I found you sooner, So that I, I can love you longer….

Isaac tidak pernah mengalami menonton bola dengan seorang wanita yang menemaninya. Bahkan dulu Tiur pun tidak pernah sekalipun menemaninya. Gadis ini duduk dengan manis di pangkuannya, menanti suapan mie dari Isaac dan menatap pertandingan bola dengan serius walau Isaac tahu Neti pasti tidak mengerti jalannya pertandingan.

"yang, tadi kayaknya kakak telpon aku deh, tapi aku nggak sempet angkat" kata Neti sambil memakan kripiknya. Isaac melihat Neti sekilas lalu mengangguk sambil tetap menatap pertandingan bolanya. Neti beranjak dari pangkuan Isaac tapi ia menarik pinggang Neti kembali untuk duduk bersamanya yang membuat Neti tertawa dan melepaskan dirinya dari Isaac. Neti mengambil ponsel Isaac dan membacakan pesan dari kakaknya yang berbahasa batak membuat Isaac tersenyum mendengarnya

"artinya apa tuh" Tanya Neti

"mamaku besok datang ke Jakarta, dia minta aku datang ke rumahnya"

"besok mama kamu datang?" Tanya Neti dan Isaac hanya mengangguk pelan

"trus aku harus gimana dong?"

"nggak harus gimana-gimana, kamu begini aja udah cantik" Isaac mencium pipi Neti yang membuatnya menepuk paha Isaac

"bukan begitu, aku harus siapin apa? Kamu tau kan aku nggak bisa masak yang, aku harus pesen atau beli sesuatu dong, mama kamu sukanya apa?"

"hepeng (uang)" jawab Isaac singkat yang membuat Neti mengerutkan dahinya dan Isaac tertawa melingkarkan tangannya di bahu Neti dan memeluknya

"kamu nggak usah mikirin mau ngasih apa, kamu datang aja sudah cukup." Isaac mencium kening Neti dan memeluknya dan lanjut menonton pertandingan bolanya.

Hari minggu ini terasa hangat, Neti tertidur meringkuk di pelukannya Isaac. Ia tersenyum dan merengkuh Neti di dalam pelukannya, gadis itu begitu mungil di pelukannya, ia beraroma bunga di pagi hari. Isaac mengelus wajah Neti, menyingkirkan rambut dari wajahnya dan mengecup kening ,hidung,pipi dan bibir Neti. Senyumnya tak bisa hilang dari wajahnya, membayangkan sisa hidupnya yang akan dihabiskan dengan gadis satu ini, seks hebat yang akan di lalui sepanjang hidupnya,dan suara anak kecil yang akan menemani hidup mereka nantinya. Isaac tertawa kecil membayangkan fantasinya dan menelusupkan wajahnya ke pelukan Neti yang membuatnya terbangun dan mengerang.

Neti berusaha membuka matanya ketika Isaac menciumi wajah Neti yang membuatnya menggeliat dan mengerang. Ia membalikkan badannya dan menarik selimut yang membuat Isaac kembali tersenyum dan memeluk Neti dari belakang. Neti membuka matanya dan teringat percakapan mereka semalam tentang ibunya Isaac yang akan datang hari ini.

"sayang, mama kamu datang jam berapa?" erang Neti dan mengambil ponselnya untuk melihat jam

"paling nanti siang, kakak belum ngabarin lagi. kita datang siangan aja." Isaac menelusupkan wajahnya ke leher Neti dan memeluknya dari belakang

"sekarang jam setengah 2 siang yang.. ayo bangun kita siap-siap" Neti mengangkat tubuhnya yang terasa berat, ia masih merasa lelah dan mengantuk karena semalaman menemani Isaac menonton bola sampai subuh. Neti bangun dari kasur dan menyuruh Isaac segera bersiap-siap tapi ia masih merebahkan dirinya di kasur sambil memainkan ponselnya

"sayang…. Bangun dong" panggil Neti di ujung pintu dan Isaac hanya berguman menjawabnya. Neti melemparkan bajunya ke wajah Isaac yang membuat Isaac mengalihkan pandangannya dan melihat Neti yang sudah telanjang di ambang pintu

"cepet mandi sekarang!" Neti melipat tangannya yang membuat Isaac tersenyum lebar dan bangkit dari kasur lalu segera menggendong Neti ke kamar mandi yang membuat Neti tertawa geli.

Isaac mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Isabel sudah berulang kali menghubungi Isaac maupun Neti tapi mereka tidak menjawabnya. Mereka baru keluar dari kamar mandi setelah 1 jam lamanya, Neti menjadi panik karena sudah lebih 10x panggilan tak terjawab dari Isabel, tetapi Isaac hanya menanggapinya santai sambil mengenakan bajunya. Untungnya karena hari minggu jalananpun tidak begitu ramai, mereka sampai ke apartement Isabel hanya dalam waktu 20 menit.

Neti mengenakan dress lengan pendek model overslag yang memiliki detail ikat di bagian samping kanan berwarna beige. Ia mengikat ekor kuda rambutnya dan mengenakan sedikit make up.

"do I look okay?" Tanya Neti sambil merapihkan dressnya di depan lift

"you always look gorgeous for me" senyum Isaac dan mengecup pipinya yang membuat Neti menepuk bahu Isaac. Ketika pintu lift terbuka Isaac mencari ponselnya di saku celananya dan tidak menemukannya

"ponsel aku ketinggalan di mobil, kamu naik duluan aja ya" Isaac memberikan kartu apartementnya kepada Neti

"lho bukannya di rumah kakak?"

"kamu mau langsung ke tempat kakak sendiri?" Tanya Isaac yang membuat Neti berfikir sejenak

"ya sudah aku tunggu di tempat kamu aja,sekalian mau ambil barang-barang juga kan." Isaac mengangguk dan segera berjalan kembali ke parkiran mobilnya

Isaac berlari kecil menuju parkiran mobilnya, ia dapat mendengar samar-samar suara ponselnya berbunyi. Ketika ia akhirnya membuka pintu mobilnya, ia melihat kakaknya menelponya.

"kau sudah sampai apartement?" Tanya kakaknya

"ya,baru sampai kenapa?"

"Tiur datang menemui mamak"

"HAH!" kaget Isaac, ia setengah berteriak yang membuat suaranya menggema di parkiran

"yes, dan sekarang mereka sedang menuju apartementmu" kata-kata kakaknya bagaikan sambaran petir,ia melihat kearah lift dan berniat berlari menujunya tapi kakinya terasa lemas.

"halo… Isaac.. are you alright?"

"aku mengajak Neti untuk bertemu mamak" kata Isaac akhirnya setelah hening yang begitu lama

"tapi aku belum menceritakan soal Tiur kepada Neti" kakaknya terdiam sejenak

"ISAACC…." teriaknya

Neti masuk ke dalam apartement. Ia membereskan barang bawaannya, mereka sempat membeli beberapa makanan dan Neti membereskan makanan tersebut di meja makan ketika tiba-tiba pintu terbuka.

"Ngaleleng hian au dang ro tu son (sudah lama kali aku tidak kesini)" sebuah suara menggema di pintu masuk.

Neti membalik badannya dan melihat seorang ibu-ibu mengenakan blouse tunik berpayet berwarna orange dan seorang wanita cantik di sebelahnya yang tinggi,putih dan semampai mengenakan jumpsuit berwarna biru navy berkerah dengan tangan terbuka. Sebuah pita putih melingkar di pinggangnya memberi kesan elegan,rambutnya di sanggul sederhana dan anting bermotif bunga kecil menghiasi telinganya. Mereka berdua melihat Neti yang berdiri terdiam di samping meja makan.

"eh.. ada siapa ini?" Tanya ibunya Isaac. Neti hendak membuka mulutnya, tetapi Tiur berjalan menghampiri Neti

"Ini Neti mak,perawat di RS, kawan Isaac" Neti kaget melihat wanita ini tahu namanya, siapa wanita ini? Apakah dia kakak atau adiknya Isaac?

"Ooh, holan satokkin do au dison, didia tunggane dolim? (ooh.. mama cuman sebentar aja mampir, di mana suamimu?)" ibunya berjalan menuju sebuah kamar dan membuka pintu kamar yang berkunci elektronik tersebut.

"dia sebentar lagi sampai,mungkin lagi jalan" sahut Tiur lalu melihat ke arah Neti yang pandangannya tertuju ke dalam kamar.

Sebuah frame foto pernikahan adat batak terpampang besar,ia dengan jelas melihat pengantin pria itu adalah Isaac dan pengantin wanita itu, ia melihat ke sebelah kirinya. wanita itu tersenyum sinis dan seakan penuh kemenangan dengan tangan di lipat di dadanya.

"sepertinya kita perlu bicara" kata Tiur dan mengajak Neti ke dapur. Neti masih belum bisa mencerna semua ini, seakan-akan dunia berhenti berputar dan kakinya terasa di paku di lantai

"dari reaksimu sepertinya Isaac belum menjelaskan semua ini" Neti mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Tiur

"lalu apa maksud semua ini?" Tanya Neti

"seharusnya bukan aku yang menjelaskan ini, kalau kau bukan hanya sekedar teman tidurnya, suamiku seharusnya sudah menjelaskan padamu" Neti menutup mulutnya dengan tangannya, seketika perutnya seperti di remas,ia tiba-tiba merasa mual dan ingin muntah.

"seharusnya kau sudah tau kan posisimu di mana saat ini" Tiur menghela nafasnya dan membalikkan badan lalu ia menyeringai berjalan meninggalkan dapur.

Pintu apartement tiba-tiba terbuka dengan kasar, Isaac berjalan masuk tergesa-gesa lalu ia melihat Tiur dan Neti bersama di dapur. Air mata Neti pun terjatuh ketika melihat Isaac, ia menghampiri Neti yang menangis, dan menyentuh wajahnya tetapi Neti segera menghentakkan tangan Isaac. Matanya menatap nanar ke arah Isaac dan wajahnya merah menahan marah

"aku bisa jelasin semua ini"

"Aku udah denger semua penjelasan semua ini" teriak Neti, Isaac masih berusaha untuk menyentuh tangan Neti tapi ia menepuknya

"apa yang dia bilang ke kamu? Sayang please listen to me" pinta Isaac yang masih berusaha menyentuh tangannya

"aku mau pulang!" Teriak Neti sambil menangis

Ibu Isaac keluar dari kamar karena mendengar suara teriakan Neti. Ia melihat Tiur yang duduk di sofa sambil melipat tangannya,memalingkan wajahnya tidak ingin melihat Isaac dan Neti. Lalu ibunya melihat ke arah dapur di mana Neti sedang menangis dan Isaac yang memohon mohon di depan Neti

" Aha na masa? Boasa guntur hian (Ada apa ni? Kenapa teriak-teriak?)" sontak semua orang melihat ke arah ibunya

"aku mau pulang sekarang!" Kata Neti dan beranjak mengambil tasnya. Isaac menarik tangan Neti tapi ia berusaha melepaskan tangan Isaac

"aku nggak bisa biarin kamu pergi begitu aja, setidaknya kamu dengerin aku sebentar"

Ibunya pun geram melihat Neti dan Isaac. Tiur bangkit berdiri dan masuk ke dalam kamar. Melihat menantu kesayangannya masuk ke dalam kamar amarahnya pun memuncak

"Isaac oto nai ho, molo naeng lao ibana, pasombu songoni lao. Dang mamikiri roha ni tunggane boru mi? (Isaac tolol kali kau jadi pria, kalau dia mau pergi ya biarkan saja dia pergi. Kau gak mikirin perasaan istrimu?)" Teriak ibunya.

Neti akhirnya bisa melepaskan tangan Isaac, ia melihat wajah ibu Isaac yang marah dan melotot padanya, hatinya sakit ia serasa di tatap dengan tatapan bahwa dirinya adalah wanita kotor.

"kenapa dia selalu ikut campur urusan kita" teriak Isaac di depan ibunya sambil menunjuk kearah kamar dimana Tiur berada

"Barani ho mangogap ahu?( Berani kau teriak di depanku?)" Marah ibunya.

Neti menggelengkan kepala, ia semakin menangis dan beranjak pergi dari apartement tersebut. tanpa melihat ke ibunya, Isaac segera berajak pergi menyusul Neti

"ISAACC... Barani ho lao manyusul ibana, bereng ma da (ISAACC... berani kau menyusulnya, lihat saja nanti kau!!)"

" aku enggak bisa biarin dia pergi begitu aja mak" kata Isaac lalu menutup pintu.

Isaac berlari menyusul Neti. Pintu lift hampir tertutup tapi ia berhasil membukanya kembali. Neti masih menangis, Isaac menarik tangan Neti, ia berusaha melepaskannya tapi Isaac menggenggamnya erat tak membiarkan Neti lepas dari peganganya. Mereka sampai di basement, Isaac menuntun Neti ke mobil dan membukakan pintu untuknya. Baru kali ini perjalanan di dalam mobilnya bersuarakan isakan tangis Neti. Tangan Neti masih di genggam Isaac,ia memalingkan wajahnya dan hanya menatap ke luar jendela sembari menangis.

Hati Isaac terasa di remas, berkali kali ia mengutuk dalam hati kenapa semua ini harus terjadi, kenapa ia tidak mengatakan dari awal pada Neti tentang dirinya dan Tiur. Ternyata ia tidak sanggup menerima tangisan Neti, hatinya benar-benar remuk melihat air mata gadis itu dan ketika ia menolak Isaac rasanya seluruh dunianya runtuh

Isaac dan Neti sampai di apartement mereka. Neti melepas genggaman tangan Isaac yang sendari tadi tidak di lepaskannya. Ia membuka pintu apartement dan membantingnya di depan wajah Isaac ketika ia hendak masuk. Neti masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam ketika Isaac masuk ke dalam apartement.

"sayang.. open the door please… aku butuh kamu denger penjelasan aku" Isaac menggedor pintu kamar mandi dan mendengar Neti yang menangis dan berteriak mengusir Isaac. Seketika lutut Isaac terasa lemas, ia berlutut di depan pintu kamar mandi dengan tak henti menggedornya dan memanggil Neti.

Setelah 1 jam ia mengurung dirinya di kamar mandi, pintu kamar mandi itupun terbuka. Isaac masih duduk di depan pintu dan ketika ia melihat kaki Neti di depannya, ia langsung bangkit berlutut dan memeluk erat kakinya.

"aku nggak mau melihat muka kamu" suara Neti terdengar datar, ia melepaskan pelukan Isaac dan berjalan ke dalam kamar

"sayang please, kita harus bicarakan ini. at least let me explain" pinta Isaac

"explain?" teriak Neti

"you know when you should have explained? before the first time we having a sex! That would be the time we can discuss it"

"I know how you feel.."

"sungguh? Aku meragukan itu. Karena kalau itu memang benar kamu enggak bakalan bikin aku sakit seperti ini karena terlalu cinta sama kamu!" teriak Neti lalu kembali menangis dan menutup matanya.Hati Isaac kembali terasa di remas, terasa begitu asam sampai di kerongkongannya,lututnya kembali lemas begitu mendengar perkataan Neti, ini pertama kalinya Neti mengatakan bahwa ia mencintai Isaac dalam keadaan sadar, bukan dalam tidurnya. Isaac berlari dan menarik Neti dalam pelukannya, ia merengkuhnya dan membiarkan Neti menangis sambil memukul Isaac.

"maafin aku… maafin aku… kumohon maafin aku.." air matapun terjatuh di pipi Isaac, ia tidak bisa melihat Neti hancur seperti ini, hatinya terasa pedih. Ia menangis di pelukan Neti ketika Neti berhenti memukulnya. Neti terus menangis,tangannya kini melingkar di punggung Isaac dan membiarkan mereka saling menangis.

Neti terdiam dan duduk di tepi ranjang, matanya sembab, sesekali air matanya turun di pipinya. Isaac duduk di depan meja rias yang hanya beberapa jengkal dari tempat Neti duduk. Isaac pun menundukkan kepalanya mencoba menyusun kata agar tidak menyakiti Neti kembali.

"sebelumnya aku sudah merasa ada yang berbeda dengan hubungan Tiur dan mentornya. Tapi ia begitu bersemangat dan berambisi untuk membuka sebuah klinik. Saat itu keadaan keuanganku tidak memungkinkan untuk mendukung keinginan Tiur. There are moments for me, saat aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Siang itu Tiur pergi bersama mentornya di depan mataku,saat kakakku mengucapkan kata-kata yang aku sudah tahu selanjutnya. Dan ketika kebenaran itu keluar dari mulutnya sendiri, aku tidak siap dan aku hancur. Dia tidak hanya menghancurkan aku, dia juga yang menghancurkan pernikahan kami." Isaac menatap mata Neti yang memerah dan masih mengembang air mata

"aku menunggunya untuk kembali padaku,tapi yang kuterima adalah surat gugatan cerainya. Aku menunggu dan menunggu dengan bodohnya and I meet you" kini air mata Isaac yang mengembang ketika menatap Neti

"lalu bagi kamu, aku ini apa? Pelampiasan kamu? Gadis yatim piatu yang bisa kamu begoin?" Isaac berlutut di depan Neti, dia menggenggam tangan Neti dan meremasnya

"you're my fresh air,you're breath in my lungs. I was drawning and you save me!" Isaac menggenggam tangan Neti dan menatap mata Neti sungguh-sungguh. Neti mengerutkan keningnya, bukan itu yang ingin ia dengar dari mulut Isaac. Ia menyentuh pipi Isaac dan seketika ia memejamkan matanya dan air matanya turun di kedua pipinya. Neti merasa tidak puas dengan ucapan Isaac, ia masih meragukan perkataan Isaac, seakan ada sebuah kalimat yang belum di ucapkan untuk melegalkan pernyataannya, hatinya begitu perih dan remuk bila melihat wajahnya.

Neti menarik kepala Isaac untuk berdiri dan memeluknya. Isaac menelusupkan wajahnya ke pelukan Neti, menumpahkan seluruh kepedihan dan sakit hatinya. Tangannya merengkuh Neti hingga Neti memeluknya dan mengusap punggungnya