Kesehatan ibu Isaac semakin membaik. Beliau Kini sudah di pindahkan dari kamar ICU ke kamar rawat. Selama ibunya di rawat, Isaac selalu menemani ibunnya sebagai rasa bersalah pada ibunya. Neti di tugaskan di bangsal inap kelas 2, Intensitas mereka bersamapun menjadi berkurang. Isaac akan mengantarkan Neti pulang lalu ia akan kembali ke RS menjaga ibunya. Sekali dia pulang pada pagi hari dan melihat Neti yang masih tertidur, Isaac sedikit merasa lega karena setidaknya setiap ia pulang,Neti masih berada di rumah,ia hanya bisa memeluknya dan mencium pipinya ketika Neti tertidur.
Lorong bangsal VIP tampak sepi, Neti berjalan ke pos perawat yang di jaga oleh 2 orang perawat yang wajahnya tampak kelelahan. Kepala perawat menugaskan Neti untuk menggantikan salah satu perawat bangsal VIP yang cuti hari itu. Neti melihat jam yang menunjukkan pukul 21.00, bahkan belum setengah hari dari jam kerja mereka tapi mereka terlihat seperti bekerja rodi selama 2 hari. Mereka tersenyum begitu Neti datang dan mengatakan mereka belum sempat minum sejak 2 jam yang lalu. Tak lama telpon panggilan dari sebuah kamar VIP berbunyi, mereka semua menatap ke layar dan kedua perawat tersebut kembali mengeluh
"ya Tuhan..apa lagi maunya... dia memanggil 5 menit sekali untuk hal yang tidak penting, dia minta di bukakan tirai, tak lama dia mengoceh karena terlalu terang. Lalu dia minta di nyalakan tv tapi tak lama dia bilang terlalu berisik. Lalu tadi dia minta diambilkan air hangat,pasti sekarang dia bilang airnya terlalu panas"
"kalau bukan karena dia ibunya dokter Isaac,aku tidak mau melayaninya." keluh perawat yang satunya lagi
"Neti bisakah kau menggantikan kami sebentar? Kami hanya ingin beristirahat untuk makan dan minum" Neti menarik nafasnya dan mengangguk yang membuat kedua rekan perawatnya bernafas lega. Neti membawa nampan alat tensi, ia mengetuk kamar tersebut dan membukanya
"lama kali si kalian, sudah hampir sejam aku panggil tak ada yang datang, kalian nggak tau siapa anakku hah!!" teriaknya, Neti menarik nafasnya dan mencoba menenangkan dirinya. Ia membuka tirai ranjang dan betapa terkagetnya ibunya Isaac begitu melihat Neti yang datang. Ia terdiam dan memperhatikan Neti dari atas hingga bawah. Ia tidak menyangka bahwa perempuan yang di temuinya beberapa hari lalu yang menyebabkan dirinya bertengkar dengan putranya adalah seorang perawat.
"selamat malam bu, maaf kelamaan, kita cek tensi dulu ya bu" senyum Neti lalu memasang alat tensi di tangannya. Ibunya Isaac tetap terdiam dan terus memperhatikan Neti, perempuan muda yang pantasnya menjadi adik Isaac ini memang cantik, matanya besar dengan bulu mata lentik, bibirnya penuh,dan kulitnya tampak terawat. Ia memperhatikan tubuh Neti yang tampak berisi di bagian tertentu yang membuatnya menaikan alis dan berdecak, ia heran mengapa tipe anaknya bisa berubah ke gadis seperti ini, ia paham tubuh gadis ini masih dalam pertumbuhan karena usianya yang masih muda.
"sedikit naik ya bu tensinya, apa ada yang di rasa?" Tanya Neti, ia terdiam dan memalingkan wajahnya. Neti ikut terdiam dan membereskan barang bawaanya.
"saya permisi ya bu" senyum Neti lalu berjalan keluar ruangan. Ia menutup pintu dan menghembuskan nafasnya, ia merasa seperti berada di rumah hantu ketika ibunya Isaac memperhatikannya dari atas sampai bawah seakan-akan melahapnya hidup-hidup. Ingatan kejadian ketika di apartement Isaac kembali menghantui Neti, ia mencoba menarik nafas dan meneguhkan dirinya lalu kembali ke pos perawat.
Ibunya Isaac tidak henti-hentinya meneror pos perawat. Setiap Neti datang ia tidak berkata apa-apa hanya diam tidak mengucapkan sepatah kata apapun. Tapi ketika dokter jaga menjenguk, banyak sekali hal yang di keluhkannya termasuk para perawat yang malas katanya. Jam menunjukkan pukul 6 pagi, Neti bersiap untuk pulang ketika ia melihat Isaac datang ke bangsal VIP. Isaac dapat melihat Neti dari kejauhan, ia tersenyum dan menuju pos perawat.
"kamu ngapain di sini?" tanyanya sembari menarik tangan Neti dan menggenggamnya
"aku di tugasin di sini karena kurang orang" bisik Neti karena takut kedua perawat lain yang berada di ruang perawat mendengarnya
"kamu sudah ketemu mama?" Tanya Isaac dan Neti hanya mengangguk dan tersenyum janggal
"ini aku mau check up yang terakhir sebelum pulang"
"ya sudah barengan aja,sekalian pulang kan" ajak Isaac yang langsung menarik tangan Neti. Mereka bergandengan tangan dan menuju kamar ibunya, mereka memperkecil langkah kaki mereka agar jarak yang mereka lalui terasa panjang, Isaac menarik Neti lebih dekat dengannya dan Neti merebahkan kepalanya di lengan Isaac
"aku lelah sekali " keluh Neti, Isaac melingkarkan tangannya di bahu Neti dan memijatnya yang membuat Neti mengerang dan menutup matanya
"nanti pulang aku pijitin" mata mereka bertemu dan Isaac tersenyum nakal yang membuat Neti menepuk lengannya.
Mereka masuk ke dalam kamar bersama, ibunya Isaac masih tertidur, Neti mengukur tensi dan Isaac membaca map laporan semalam di samping ranjang. Tak lama ibunya membuka mata dan tersenyum melihat Isaac,tapi tak lama senyumnya hilang ketika melihat Neti yang sedang mengukur tensi disampingnya.
"Boi do ho manuru na asing i ro tu son, dang olo au mamereng bohi ni ibana (bisakah kau suruh orang lain yang datang ke sini, aku tidak mau ngeliat muka dia)" cetus ibunya, wajah Isaac berubah kusam,dia menghembuskan nafasnya dan melihat kearah Neti yang sedang membereskan alat tensi
"berapa tensinya yang? " Neti kaget mendengar panggilan Isaac, ibunya melotot kearahnya tapi Isaac sengaja menekankan hal itu pada ibunya
"140/90 dok" jawab Neti dan melihat ibunya yang masih memalingkan wajahnya dari Neti
"agak tinggi ya mak, coba jangan pikirkan hal lain dulu, kapan mau sembuh"
"songondia naeng malum,ganup mamereng ibana gurgur mudar hu (bagaimana mau sembuh,setiap lihat dia, mendidih darahku)"
"MAK" Isaac menegur ibunya yang membuat Neti dan ibunya melihat kearah Isaac
"saya permisi dok" kata Neti lalu meninggalkan ruangan. Begitu pintu tertutup Neti dapat mendengar ibunya Isaac berteriak dan Isaac yang juga meninggikan nada suaranya. Dadanya kembali sakit, matanya berair, Bukan ini yang diinginkannya, ia tidak ingin Isaac menjadi orang lain hanya karena dirinya di depan orang tuanya
"mak, Neti itu perawat di sini, dia hanya melakukan pekerjaannya"
"Isaac dang hea ho songon on, dang hea ho maralohon hata ni Omak mu, dang hea mangogap (Isaac kamu tidak pernah begini, kau tidak pernah membantah kata-kata mamakmu,tidak pernah membentak)" Isaac mengusap wajahnya dan membalikan badannya serasa ingin teriak
"Sahat andigan pe au dang olo ho tu ibana (sampai kapan pun aku tidak setuju kau sama dia)"
"lalu mamak masih mau aku kembali sama Tiur ? yang selingkuh di belakang aku? di mana harga diriku?"
"Au dang mandok ho ingkon domu tu si Tiur, Au holan dang olo ho tu perawat I (aku tidak bilang kau harus balik sama Tiur, aku hanya bilang tidak setuju kalau sama perawat itu)"
"Aku jatuh cinta padanya mak, bukan karena aku patah hati karena Tiur, setelah mengenalnya, dia menerimaku dengan diriku apa adanya,dengan semua kehancuranku, aku tidak menyangka dia akan menjadi orang yang begitu penting buat aku, tapi sekarang aku bahkan tidak bisa bayangin aku tanpa Neti bagaimana." Isaac menunduk dan menangis. Ibunya melihat Isaac yang menangis dan meremas tangan ibunya tapi ia hanya bisa memalingkan wajahnya, tenggorokannya terasa seperti tersumbat dan hatinya perih melhat anaknya seperti ini.
Telpon di pos perawat kembali berdering,terlihat itu panggilan dari kamar ibunya Isaac. Hari ini kedua kalinya Neti berjaga di bangsal VIP. Rekan perawatnya sedang berada di kamar lain hanya Neti sendiri yang ada di pos perawat saat itu, sehingga mau tidak mau Neti pergi menghampiri kamar tersebut. Neti masuk dengan hati-hati dan melihat kearah ibunya Isaac yang memandanginya dengan dingin. Ketika Neti menanyakan apa yang bisa di bantunya, ia menunjuk ke bawah, ke sebuah tumbler yang terjatuh. Neti mengambil tumbler tersebut dan ia mengenalinya,itu adalah tumbler couple yang di milikinya dan Isaac. Neti mengambilnya dan menaruhnya ke meja di sebelah ranjangnya.
"kau tau cita-cita Isaac apa?" tanyanya tiba-tiba yang membuat Neti melihat ke arahnya
"dulu, dahulu sekali, bapaknya Isaac menyekolahkan dia di sekolah negeri, sejak itu dia selalu bermain bola. Setiap pulang sekolah bajunya kotor bekas main bola di lapangan, kulitnya pun jadi hitam. Sering kali aku berdebat dengan bapaknya yang mendukungnya bermain bola. Tapi dia tetap bermain bola walau aku pukul,walaupun aku hukum dia tetap ingin menjadi pemain bola."
"dia sampai menangis memohon untuk dimasukan ke sekolah bola. Aku bisa apa, sebagai ibu yang melihat anaknya menangis,kuturuti dia sekolah bola. Kau tau apa yang terjadi? Ketika aku antarkan dia ke asramanya, dia kabur minta pulang. Kau tau kenapa? Perkara dia tidak kuat karena kamar mandi di sana jorok! Anak itu pecinta kebersihan dan sangat pemilih soal toilet. Sejak itu dia mengubur mimpinya menjadi pemain bola hanya karena perkara toilet jorok. Setelah itu dia menuruti apa perkataan dari ibunya, dia ambil sekolah kedokteran, dia bergaul dengan kalangan elite,dia bertemu dengan istrinya yang sepadan dengannya." Ibunya Isaac lalu melihat kearah Neti dengan wajah menasehati
"dari cerita itu kau bisa mengambil intisarinya?" tanyanya dan Neti hanya terdiam
"Isaac menangis memohon agar bisa hidup denganmu. Dia belum melihat kenyataan bagaimana kedepannya hidup denganmu. Apa kau bisa mendampinginya? Kau akan segera di tinggalkannya jika dia sudah melihat kenyataan dirimu yang seperti toilet kotor tersebut, dan dia akan kembali lagi ke pilihan ibunya. Seperti kata pepatah, ibu selalu tahu yang terbaik untuk anaknya." Mata Neti terasa basah, ia meremas tangannya sendiri tidak bisa berkata apa-apa,ia menundukan kepalanya,mengangguk pelan dan berbalik meninggalkan ruangan
"suatu saat nanti,Isaac akan melihat kenyataannya,sekarang ini dia sedang bermimpi, begitu matanya terbuka dan tersadar, siap-siaplah kau ditinggal olehnya." Neti mengusap air matanya yang sudah turun di pipinya. Ia menutup pintu tersebut dan berlari ke toilet untuk menangis, mengasihani dirinya sendiri.
Isaac kembali ke RS setelah mengantar Neti pulang dari shift malamnya. Ia memarkirkan mobilnya dan melihat sebuah mobil yang di kenalnya terparkir didepannya. Begitu Isaac turun dari mobil,sang pemilik mobil yakni Tiur turun dan menghampiri Isaac. Melihat Tiur yang berjalan menghampirinya ia hanya bisa berdecak dan bergegas menghindarinya tapi sayangnya lift di basement tersebut tidak bekerjasama dengan baik dengannya.
"we need to talk Isaac"
"terakhir kali kau katakan itu berakhir seperti ini, you always ruin my life! apa kau menjadikannya itu sebuah hobi?" marah Isaac yang membuat Tiur menarik nafas dan memejamkan matanya
"I came here to talk about our divorce" Tiur menghela nafasnya dan melihat raut wajah Isaac yang sedikit melunak
"aku sadar bahwa semua yang aku lakukan sudah sangat kelewatan, aku juga gak sangka mama bisa sampai sakit." wajah Isaac berubah dan menaikkan alisnya
"sebaiknya pengacara kita saja yang saling bertemu, aku tidak ingin menyakiti perasaan Neti lagi"
"yup aku juga inginnya seperti itu, tapi pengacaraku bilang bila ingin prosesnya cepat kita harus sering menghadiri sidang. Aku minta prosesnya di percepat karena aku akan menyusul dokter Andry ke Korea." Isaac menoleh kearah Tiur dan menyunggingkan senyumnya, ia sudah menebak bahwa Tiur hanya mementingkan dirinya saja selama ini.
"kapan kau akan pergi? Aku juga ingin semua ini cepat selesai agar tidak bertemu denganmu lagi"
"I really sorry for what happened Isaac, truly I am. Andry sudah lama mengajakku untuk menyusulnya tapi melihat kau yang tidak pernah mengurus perceraian ini, kupikir akan ada kesempatan untuk kita bersama kembali, tapi setelah kejadian ini kurasa lebih baik aku menerima tawarannya." Tiba-tiba Isaac tertawa mendengar penjelasan Tiur
"are you kidding me,kita tidak akan pernah kembali lagi bersama Tiur! kau terlalu ambisi mengejar segala sesuatu,alasan kita bertengkarpun seperti itu dari dulu, kau pasti akan tetap menyusul Andry,dan kita akan kembali bertengkar dan berpisah lagi." Tiur kembali menghela nafasnya dan mengangguk
"yah, I can see why you fell in love with her, dia bukan tipe wanita berambisi sepertiku"
"she's only has me, and I give my life for her. Ku doakan kau dan dokter Andry bahagia" mereka saling tersenyum dan mengangguk satu sama lain
"bolehkah aku menjenguk mama?" Isaac mengangguk dan mempersilahkan Tiur
"I guess we match to be friends" celetuk Tiur
"I think that would be a bad idea" Isaac tersenyum janggal dan pintu lift terbuka di depan mereka
Neti bersiap untuk pulang ketika beberapa perawat sedang berkumpul dan menggosipkan sesuatu. Mereka mengatakan sekarang keadaan ibunya Isaac jauh lebih tenang karena sudah tidak ada telpon dari kamar tersebut. Mereka juga mengatakan, sudah beberapa hari ini istri Isaac datang mengunjunginya dan membuat keadaan menjadi damai. mereka menyanjung betapa cantik dan elegannya Tiur dan mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi. mereka sering melihat Isaac pergi bersama istrinya di siang hari. Hati Neti tiba-tiba merenggut masam,membuat Neti semakin membatin yang membuatnya meremas kertas di depannya.
Isaac mengantarkan Neti pulang ke apartement. Sepanjang perjalanan, Neti tidak melihat kearah Isaac, ia merenung dan menatap ke luar jendela yang membuat Isaac mengerutkan dahinya. Isaac menarik tangan Neti tapi ia langsung menepiskan tangan Isaac yang membuat Isaac menarik nafas dan bingung dengan apa yang terjadi. Isaac tidak bisa meninggalkan Neti begitu saja, ia menyusul Neti ke dalam apartement dan seperti biasa Neti membanting pintu di depan wajah Isaac yang membuatnya marah
"kamu kenapa sih,pulang marah-marah begini" kesal Isaac ketika mereka sudah masuk ke dalam apartement. Neti terdiam dan memunggungi Isaac, ia berusaha mengendalikan dirinya untuk tidak menangis lalu berbalik melihat wajah Isaac yang menahan marah. Seketika perkataan ibunya Isaac teriang kembali di kepalanya, yah dia memang harus melihat kenyataan, bahwa memang dirinya tidak sepadan dengan istrinya yang seorang dokter estetika terkenal yang cantik dan elegan tersebut, tapi tidak bisa di pungkiri wanita itu mengkhianati Isaac dan mengapa Isaac masih bersikap baik padanya? Apakah mereka akan rujuk?
"sepertinya istrimu datang ke RS. Kalian tampak serasi bersama". Neti melipat tangannya di dadanya, Isaac memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening, ia tahu pasti para perawat tukang bergosip itu yang membesar-besarkan ini semua
"sayang... dia cuman menjenguk mama"
" I don't want be your mistress!!!"
"WHAATTT… kamu ngomong apa sih"
"selama kamu belum bercerai sama istri kamu, status aku ini cuman selingkuhan suami orang dan aku jijik sama diri aku sendiri!!" teriak Neti dan ia tidak dapat membendung air matanya
"semuanya butuh proses yang, aku kenal sama Tiur hampir separuh umur aku,dia bukan hanya sekedar mantan istri di keluargaku, dia sudah menjadi keluarga buat orangtua aku, dan nggak segampang itu proses perceraian, Kamu nggak liat kondisi mama aku? aku juga mikirin itu,kamu kok jadi egois kayak anak kecil gitu sih" mendengar perkataan Isaac, Neti menjadi semakin naik pitam wajahnya memerah, dia tidak pernah mendengar Isaac mengatakan hal seperti itu padanya, kini nada bicaranya bagai chief surgeon yang menegur perawatnya, bukan Isaac seorang kekasih yang di cintainya. Ponsel Isaac berdering ia mengangkatnya lalu tak lama mematikannya sambil menatap Neti yang masih menangis
"aku nggak pernah anggap kamu simpanan atau selingkuhan, aku harus pergi, dokter Reza mencariku" kata Isaac lalu bergegas pergi meninggalkan apartement, Neti melihat pintu yang tertutup itu, semua kata-kata Isaac bagaikan pisau es yang menusuk hatinya, ia menutup matanya dan berlutut menangis di lantai.
Isaac membanting pintu mobilnya jantungnya berdebar kencang,amarahnya masih memuncak hingga kepalanya makin sakit. "Aaarrrrgghhhhh!!!!!!" Teriaknya sembari memukul keras setir mobilnya. Ia berhenti memukul setir mobil dan menundukkan kepalanya,dadanya sakit, belum pernah ia merasa sesakit ini. Selama ia berhubungan dengan wanita,belum pernah ada yang membuatnya seperti ini. Ia tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan. Seharusnya ia tidak mengatakan hal tersebut pada Neti, berkali-kali ia memaki dirinya. Isaac mengangkat kepalanya dan teringat wajah Neti yang menangis sebelum ia pergi meninggalkannya, hatinya serasa di remas yang membuatnya susah bernafas.
Isaac turun dari mobilnya, ia bergegas naik lagi ke dalam apartement, sepanjang perjalanannya menuju unit apartementnya hatinya semakin perih dan sakit,tak henti-hentinya ia memaki dirinya karena telah membuat Neti seperti itu dan meninggalkannya. Ia tidak mau membuat kesalahan kedua dalam hidupnya, ia tidak mau lari dari masalah lagi, ia hanya ingin Neti dalam hidupnya. Isaac membuka pintu apartement dan mendapati Neti yang tersungkur di lantai sembari menangis kencang yang membuat Isaac semakin merasa bersalah padanya. Ia menghampiri Neti lalu mengangkat tubuhnya dan memeluknya
"I'm so sorry… I don't mean that… maafin aku sayang" Isaac mengelus punggung Neti da mencium pelipisnya yang membuat Neti semakin menangis dan memukul bahu Isaac berkali-kali
"bisa nggak dikit aja kamu tuh ngertiin aku, ngerti posisi aku tuh gimana sekarang, orang-orang ngeliat kamu sama istri kamu yang bikin aku tuh ngerasa jadi wanita simpanan kamu" Neti terisak di dalam pelukannya yang membuat Isaac mengangguk dan merengkuh Neti di pelukannya
"I'm so sorry.. aku tidak bermaksud membuat kamu merasa seperti ini, kumohon tunggulah sebentar lagi, aku sedang mengurus perceraian kami" Isaac melepas pelukannya dan menghapus air mata Neti, ia mencium kening dan pipi Neti yang membuat Neti melingkarkan tangannya di leher Isaac dan memeluknya, Isaac merengkuh Neti ke dalam pelukannya dan menelusupkan wajahnya di pelukan Neti, rasa hangat dari nafas dan eratnya pelukan Isaac yang membuat Neti sedikit merasa lega, setidaknya ia bisa merasakan bahwa mereka saling memiliki.
Neti sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam loker, ia mendengar para perawat berbisik-bisik dan tertawa sambil menatapnya yang membuatnya risih. Sheila masuk ke dalam ruang perawat dan menghampiri Neti. Ia berdiri di samping loker Neti dan menyunggingkan senyumnya
"hebat ya, memang tipemu laki-laki yang sudah beristri ya? Setelah Isaac kini kau malah melipir ke dokter Toni, wow.. dasar jalang!!" Neti memalingkan wajahnya dan menatap Sheila dengan marah, ia membanting lokernya dan menghadap ke Sheila
"jaga omonganmu ya, jangan sebar fitnah kalau tidak ada bukti!" Neti menunjuk kearah Sheila
"sudah banyak saksi yang melihat apa yang kau lakukan bersama dokter Toni, dia ke tempat kostmu tengah malam, dan kau berpelukan dengannya di ruang praktek dokter Isaac. masih menyangkal?" Sheila menyunggingkan senyumnya
"ya, padahal dokter Lydia sayang banget sama dia, tapi tega sekali dia melakukan itu di belakang dokter Lydia" celetuk salah seorang perawat lainnya di belakang Sheila yang membuat satu ruangan menyoraki Neti. Hati Neti seakan remuk, tangannya gemetar, dan air mata mengembang di matanya. Tiba-tiba terdengar suara loker di pukul dan mereka semua melihat kearah suara itu muncul. Seorang perawat datang dan menghampiri Neti dan memandang Sheila serta komplotannya
"kalian merasa suci menghakimi Neti seperti ini ?, siapa di antara kalian yang belum pernah di tiduri oleh dokter Isaac? kalian tidak lihat ternyata dia juga sudah punya istri? Lagak kalian kayak orang suci, kalian sama aja seperti pelacur bergilir, jangan ngejudge orang kalo sendiri juga enggak bener!!" ia menarik tangan Neti untuk keluar dari ruangan perawat meninggalkan Sheila dan komplotanya yang terdiam.
Jessica membawa Neti ke kantin RS yang sudah sepi, ia membiarkan Neti menangis sesegukan di sana, ia hanya bisa menepuk punggung Neti dan menenangkannya dari tangisannya. Setelah Neti sudah agak tenang, ia memberikan Neti sebotol air mineral dan duduk di sebelah Neti.
"sudah jangan kau pusingkan si Sheila, lagak dia kayak orang suci,padalah dia yang suka menjual diri di depan para dokter" cibir Jessica yang membuat Neti melihatnya
"terima kasih ya Jes,kalau bukan karena kamu, aku pasti sudah nangis di depan mereka" senyum Neti yang membuat Jessica mengangguk.
Selama jam kerjanya Neti menjadi sangat risih, rekan-rekan perawatnya menjauhi dan mendiamkannya,bahkan mereka kadang masih menyindir Neti dan dokter Toni sambil berbisik di pos perawat yang membuat Neti geram dan menutup matanya. Toni datang menghampiri pos perawat, ia melihat beberapa perawat tertawa terkikik melihatnya yang menghampiri Neti
"apa ada yang salah dengan wajah saya?" Tanya Toni kepada Neti yang berusaha tidak menggubris sindirian rekan-rekannya
"Neti bisa ikut saya kunjungan pasien? hari ini ada beberapa pasien yang harus kamu laporkan ke saya keadaannya beberapa jam sekali" pinta Toni dan Neti mengangguk. Ketika Neti pergi bersama Toni, mereka mulai berbisik dan mentertawakan Neti di belakangnya, sampai ketika Isaac datang dan menerima map pasien dari perawatnya. Ia membuka map tersebut dan melihat para perawat yang masih berbisik dan tertawa menyebut nama Neti yang membuatnya memicingkan matanya
"sudah berapa kali kalian aku ingatkan jangan suka bergosip" tegur Isaac yang membuat mereka berhenti dan terdiam
"ini peringatan terakhir ya, kalau kalian masih tetap seperti ini, aku pindahkan kalian ke cleaning servis" Isaac menutup mapnya dan meninggalkan pos perawat dengan kesal. Ia mencari Neti dan melihatnya yang sedang menemani Toni kunjungan pasien. Isaac dapat melihat sembab di matanya yang membuatnya geram dan mengatupkan mulutnya. Toni melihat Isaac yang berdiri di ujung pintu sedang memperhatikan Neti, ia berbisik pada Neti dan menyuruhnya menghampiri Isaac. Neti melihat Isaac tersenyum padanya, ia menghampiri Isaac yang langsung menarik tangan Neti dan membawanya ke sudut RS yang sepi.
"kamu tidak apa-apa?" Tanya Isaac dan Neti hanya mengangguk sambil tersenyum yang di paksakan, Isaac memeluk Neti dan mengelus punggungnya, ia merengkuh Neti dan mencium pelipisnya. Ia ingin masalah ini cepat berlalu agar ia dan Neti bisa memberitahukan pada dunia bahwa mereka saling mencintai
Neti masih terlungkap ketika mendengar suara ponsel Isaac. ia bangun dan memakai jubah tidurnya dan melihat ponsel Isaac, sebuah pesan dari Tiur tetapi Neti tidak membukanya, ia hanya melihat di notifikasi bahwa Tiur mengajak Isaac bertemu besok jam 10. Neti sedikit geram dan menaruh kembali ponsel Isaac. ia berjalan keluar dan menyiapkan makanan di meja makan ketika Isaac keluar dari kamar mandi dan memeluk Neti dari belakang.
Neti sangat menyukai wangi Isaac ketika sehabis mandi yang membuatnya tersenyum dan menyenderkan kepalanya di bahu Isaac. Tangan Isaac membuka jubah baju Neti dan mengelus perut dan naik menangkup kedua payudara Neti lalu memijatnya perlahan sambil menciumi leher Neti yang membuatnya mengerang. Neti pun teringat pada pesan dari ponsel Isaac yang membuatnya membuka mata dan melepaskan tangan Isaac dari pelukannya
"makan dulu.. tadi kan udah" Neti membenarkan jubah tidurnya yang membuat Isaac tertawa dan tidak menghentikan tangannya meraba tubuh Neti
"aku masih lapar, kita sudah lama tidak bersama" bisik Isaac dengan suara rendahnya yang membuat jantung Neti berdebar dan terkecat ketika tangan Isaac menelusup ke bagian sensitifnya
"yes..but..ohh…we need to talk" erang Neti yang membuat Isaac tertawa, dan ketika Neti memejamkan mata dan membuka mulutnya,Isaac segera menggendong Neti ke dalam kamar. Sebagai seorang perempuan Neti tidak pernah merasa seperti ini, tapi bersama Isaac banyak hal yang telah mereka lakukan,bahkan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya yang membuat Neti selalu menginginkannya lagi dan lagi. Semuanya tampak begitu mudah,tampak begitu alami bersama Isaac, seakan memang dirinya di ciptakan untuk Isaac.
"sayang, besok bisa anterin aku ke rumah Monica jam 10" Tanya Neti sambil mengelus dada Isaac yang terbaring di sebelahnya. Isaac membalik tubuhnya dan mengelus wajah Neti sambil tersenyum lalu mengecup keningnya
"ke ujung duniapun aku anterin kamu"
"benar? Apapun yang terjadi kamu harus anterin aku" Neti menegaskan kata-katanya yang membuat Isaac tertawa dan memeluknya.
Jam menunjukkan pukul 9 pagi, Neti sedang menyiapkan kopi untuk Isaac di tumblernya, sesekali ia cemas bila Isaac lebih memilih pergi dengan istrinya. Isaac keluar dari kamar mandi dan mencium pipi Neti sebelum masuk ke kamar dan membuka ponselnya. Neti bisa melihat raut wajahnya berubah menjadi serius, ia duduk di kasur dan menelpon seseorang, bicara dengan bahasa daerahnya lalu bergegas memakai bajunya.
"kamu jadi kan nganterin aku ke rumah Monica?" Tanya Neti begitu Isaac keluar dari kamar, seketika raut wajah Isaac berubah, ia tampak ragu untuk bicara, sampai Neti melipat tangannya di depan dadanya
"kamu semalam sudah janji sama aku, katanya mau anterin aku sampe ke ujung dunia!" cetus Neti dengan raut wajah marahnya
"sayang.. maafin aku banget, mama hari ini keluar dari RS dan aku harus nganter beliau pulang" wajah Isaac memelas dan menyentuh bahu Neti
"aku baru aja liat pesan kakak semalam. atau begini saja, kamu aku jemput di rumah Monica" Isaac mencoba membuat penawaran tapi Neti memalingkan wajahnya dan melepaskan tangan Isaac, ia meninggalkan Isaac dan berjalan ke kamar
"sayang.. please.. ini mama lho, bukan kemauan aku" pelas Isaac yang menyusulnya ke kamar
"kamu bohong!! Aku udah liat pesan itu, kamu mau ketemuan sama istri kamu kan!!!" teriak Neti yang membuat Isaac terdiam terpaku
"kenapa kamu bohong sama aku, kamu anggap aku ini apa? Dengan kamu bohong begini kamu malah bikin aku beneran jadi simpanan kamu!" teriaknya sambil melempar Isaac dengan bantal. Ia menangis di pinggir ranjang dan menutup wajahnya dengan bantal
"I'm so sorry sayang, aku cuman berusaha ngejaga perasaan kamu aja" Isaac berlutut di hadapan Neti dan mengelus lututnya berusaha menenangkannya
"aku nggak mau kamu ketemu dia" kata Neti tegas sambil melihat mata Isaac yang tiba-tiba berubah. Isaac bangkit berdiri dan memunggungi Neti yang membuat Neti merasa seperti di tolak
"do you love me?" Tanya Neti dengan nada bergetar
"yes.. yes I do love you" Isaac membalik badannya dan menyentuh bahu Neti
"do you still love her?" Tanya Neti lagi, Isaac terdiam untuk beberapa saat, Neti dapat melihat mata Isaac yang sedikit bergetar membuat Neti semakin sakit hati
"of course not, I have you, you are love of my life" Neti mengangguk dan melepaskan tangan Isaac
" I just can't doing this, I tired of everything, kalau kamu milih ketemu dia kita selesai" Isaac menggelengkan kepalanya dan mendengus
"kamu ngaco, aku sudah jelasin semuanya ke kamu, aku cuman minta kamu nunggu aku, kami sedang mengurus perceraian kami" Neti memejamkan matanya dan air mata turun di pipinya. Lagi-lagi Isaac merasa perih melihatnya, kenapa ia lebih sering melihat air mata Neti,ia rindu dengan senyumannya. Isaac menangkup wajah Neti dan menghapus air matanya.
"I'm so sorry, aku nyesel,pleasee maafin aku, aku gak sanggup lagi liat air mata kamu." Isaac mencium mata Neti yang hanya membuatnya semakin menangis. Neti membuka matanya,ia dapat melihat mata Isaac pun berkaca kaca,ini terlalu berat baginya, dadanya sesak dan semakin sesak. Ia melepaskan tangan Isaac dan mendorongnya menjauh darinya.
"aku capek denger kamu minta maaf, apa kamu bisa hitung berapa kali kamu minta maaf sama aku? kamu seakan begitu mudah ngucapin kata maaf daripada kalimat kamu cinta sama aku" tangis Neti, ia melihat raut wajah bersalah di wajah Isaac yang membuat Neti mengingat perkataan ibunya Isaac padanya
"kalau kamu memang masih cinta sama istri kamu, let it's over, kita selesai aja" Neti menggigit bibir bawahnya agar air matanya tidak keluar
"I will not make it happened!! Kita udah janji nggak akan saling meninggalkan , don't you forget about that!" mata Isaac menatap Neti dengan marah yang membuat Neti tak kuasa menahan air matanya
"kalau kamu pergi dari sini untuk ketemu istri kamu, aku akan pergi dari sini!" Isaac menutup matanya dan menarik nafasnya
"okeh-okeh aku nggak akan ketemu dia, tapi aku harus ngurus mama pulang dari RS, setelah itu aku akan pulang dan anter kamu ke rumah Monica okeh?" Isaac membuat sebuah penawaran lagi dan Neti hanya terdiam menatapnya. Ponsel Isaac berdering, ia menunjukkan bahwa kakaknya menelponnya, Isaac menjawab telpon itu di depan Neti, ia sengaja tidak berbicara daerah agar Neti mendengar apa yang mereka bicarakan, bahwa benar ia harus mengurus kepulangan mamanya. Isaac menutup telponnya dan menunggu jawaban Neti yang hanya terdiam dari tadi
"pergilah, mama kamu nunggu kamu" suara Neti serak karena menahan air matanya, Isaac menghembuskan nafas leganya, ia mencium kening Neti dan buru-buru pergi meninggalkan apartement. Seketika itu pula Neti menangis, ia menunggu Isaac kembali seperti kemarin,meyakinkannya dengan benar tapi ia tidak kembali lagi dan membiarkan Neti menangis sendirian.
Neti menunggu kepulangan Isaac malam itu, ia tidak memberi kabar pada Neti, bahkan ia tidak mengangkat telpon Neti. Ia menunggunya semalaman hingga sinar matahari pagi yang menyilaukan membangunkan dirinya yang tertidur di lantai kamar. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 09.00 pagi tapi Isaac tak kunjung pulang. Ia mencoba menelponnya tapi ia tetap tidak mengangkatnya. Hati Neti menjadi sakit,ia kembali merasa tertolak, semua kata-kata ibunya benar, bila sekarang saja ia sudah seperti ini kepada Neti, bagaimana dengan hubungan mereka kedepan? Lagi-lagi Neti menangis, ia melihat dirinya yang tampak menyedihkan di kaca, ia benar-benar tampak seperti pelacur yang di buang. Netipun mengambil tas dan membereskan barang-barangnya.