Neti memandang keluar jendela mobil. Matanya sembab,hidungnya tersumbat karena terlalu banyak menangis. Ia sudah membulatkan keputusannya, ia tidak mau hubungan Isaac dan ibunya rusak hanya karenanya. Dan semua kata-kata ibunya Isaac memang benar, bahwa Isaac pasti akan kembali kepada istrinya Tiur. Bulan depan genap 1 tahun mereka bersama, ia kembali menangis mengingat kenangan mereka bersama. Dari awal Neti yang menyukai Isaac terlebih dahulu, benar yang di bacanya bahwa orang yang mencintai lebih besar akan menjadi orang yang paling tersakiti.
Neti memutuskan pergi ke rumah Monica. Sebelumnya Neti pernah tinggal bersama Monica, tapi Neti memutuskan untuk kost dekat dengan RS untuk mempermudah. Rumah Monica berada di luar Jakarta, Neti harus menempuh sekitar 1 jam untuk sampai ke rumahnya yang berada di sebuah perumahan yang sangat asri. Neti mengeluarkan tasnya dari mobil dan masuk ke dalam rumah Monica. Ia mengetuk pintu rumahnya, ia tahu ini mungkin sangat tidak sopan karena sudah hampir tengah malam Neti Sampai, tapi begitu ia mengetahui Monica berada di Indonesia ia seperti ingin pulang ke pelukan ibunya.
"ma belle ….." kaget Monica ketika membuka pintunya, ia melihat tas bawaan Neti dan seketika Neti menangis dan melepas tasnya.
"What happened? … It's okay… it's okay… I'm here" Monica memeluk Neti yang menangis dan menenangkannya. Monica tidak menanyakan apa yang terjadi pada Neti,mengapa ia datang tengah malam dan membawa semua barang-barangnya. Ia membiarkan gadis itu tenang dan tidur terlebih dahulu. Ia akan menunggu sampai Neti siap dan menceritakan apa yang terjadi padanya.
Neti bangun di pagi hari dengan mata sembabnya, ia tidur bersama Monica semalam karena kamarnya yang dahulu kini sudah di jadikan gudang. Neti dapat mendengar suara Monica yang sedang menelpon di luar, ia keluar kamar dan berjalan ke dapur mengambil minum lalu duduk di bangku meja makan, ia melamun dan teringat semalam Isaac menelponnya terus menerus Sampai ponselnya mati dengan sendirinya. Monica melihat Neti dari ruang tengah lalu berjalan menghampirinya dan duduk bersama di meja makan. Monica melihat air mata Neti turun kembali di pipinya,sedangkan matanya hanya menatap kosong ke depan
"Neti…. Are you alright?" Tanya Monica lalu duduk di Sampingnya
"aku benar-benar tidak tau kenapa bisa seperti ini,kami baik-baik saja…. Tidak.. dari awal kami tidak baik-baik saja, dari awal ini sudah salah,aku yang menyukainya terlebih dahulu sejak awal, it's my fault" Monica menghapus air mata Neti dan memeluknya
"why this happened to me … seharusnya dia bilang sejak awal hubungan ini kalau ia sudah punya istri,sekarang aku seperti tidak tau harus bagaimana." Neti kembali menangis di pelukan Monica.
"chérie … sometime people come into your life for for lesson. Not everyone comes into your life is meant to stay. And if someone want to leave your life, let them walk out. And when they leave someone better will come.." Monica menenangkannya dan mengelus punggung Neti
"are you alright if I leave you alone, I must back to the office" Monica tersenyum dan memberikan Neti secangkir the hangat, Neti mengangguk dan tersenyum
"aku akan mencoba untuk kembali tidur." Monica tersenyum dan mengusap pipi Neti
"baiklah,telpon aku kalau ada apa-apa ya." Kata Monica lalu segera bangkit dari kursinya dan mencium kening Neti sebelum pergi meninggalkannya. Neti melihat ponselnya yang habis baterai. Dia meletakkannya di atas meja makan dan kembali ke kamarnya.
Monica terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara isakan tangis Neti di sebelahnya. Ia duduk di kasur dan menggelengkan kepalanya. Sudah seminggu ini selalu setiap malam Neti akan menangis dalam tidurnya. Ia akan berteriak kesakitan di dadanya dan mengalami sesak nafas ketika tidur. Monica mengguncang bahu Neti dan membangunkannya. Neti membuka matanya dan melihat Monica, ia kembali menangis dan menutup matanya.
"Oh mon dieu Neti, we have to stop it. It's not good for your mental health and for me too."
"I'm so sorry, aku harus seperti apa lagi, aku capek harus mengingatnya terus menerus, ini sungguh menyakitkan, I just miss him, i miss him a lot" tangisnya. Monica menggelengkan kepalanya dan turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Neti merasa bersalah pada Monica, seharusnya dia tidak merepotkannya dengan masalah pribadinya. Tak lama Monica kembali masuk ke kamar dan membawakan Neti segelas air hangat.
"you must get out of here …"
"okay,I leave tomorrow" jawab Neti
"no.. I mean, kamu harus keluar dari keterpurukan ini Neti. Besok aku akan ke Bali, ada pemotretan katalog baru di sana,you must come with me"
" I can't, kamu pergi aja sendiri, aku tidak apa-apa sendirian di sini" tolak Neti
"no .. no..no… you must!. Kamu tidak bisa menghadapi ini sendiri. Putraku sedang liburan dan kami akan bertemu di Bali,setidaknya kau akan ada teman,aku tidak bisa menemanimu setiap saat dan keadaanmu semakin memburuk."
"you have a son?" kaget Neti
"yeah, dia ikut ayahnya ketika kami bercerai 20 tahun lalu"
"you have a son,and he is 20?" kaget Neti
"c'est une longue histoire, aku akan menceritakannya di pesawat besok" kata Monica dan mengajak Neti kembali tidur.
Sebuah mobil terparkir di depan sebuah rumah bernuansa etnik. Neti turun dari kursi belakang,ia menghirup dalam-dalam udara sejuk agar memenuhi paru-parunya. Villa tersebut berada di wilayah gianyar ubud Bali. Udara dingin dan banyaknya pepohonan yang rindang memberikan kesejukan dan ketenangan untuk orang-orang. Neti berharap ia bisa menyembuhkan dirinya disini. 2 orang laki-laki datang menyapa dan mengambil koper mereka
"ma belle… kenalkan ini bli Made, dan ini Made. Mereka pengurus rumah ini kalau ada apa-apa panggil mereka aja."
"Namanya Sama?" Bingung Neti
"enggak dong,yang ini bli Made, ini Made" Monica menunjuk seorang pengurus yang lebih tua yang di panggil bli Made dan yang lebih muda di panggil Made.
"Oke baiklah" Neti tersenyum janggal dan mengangguk. Mereka masuk ke dalam rumah melewati gebyok kayu yang berukiran indah, Neti di buat terpesona dengan keindahan rumah tersebut, begitu memasuki rumah dengan halaman batu kerikil,terdapat ruang tamu di sebelah kanan dengan furniture dan interior kayu yang sangat dominan,dan sebelah kiri terdapat meja makan besar dan panjang,Neti bisa melihat meja itu terbuat dari sebuah batang kayu yang besar yang hanya di plitur sehingga tampak indah dan alami. Terdapat tangga kayu di belakang ruang tamu dan ruang keluarga di belakang meja makan yang langsung menuju ke kolam renang.
Neti menuju ke arah kolam renang yang langsung terpampang keindahan alam ubud. Kabut tebal masih menyelimuti hutan, Neti tersenyum dan melihat sekeliling bangunan tersebut yang masih dekat dengan hutan dan mengaguminya.
"Bagaimana, tempat yang okeh untuk menenangkan diri kan" Neti mengangguk dan tersenyum
"tempatnya bagus, kita menyewa berapa lama?" Tanya Neti, Monica membersihkan tenggorokannya dan memandang Neti dengan wajah bangga
"actually it's my own property. Lebih tepatnya my son house" senyumnya dan Neti membelagakan matanya lalu tersenyum
"mantan suamiku membangun rumah ini untuk kami tinggal di sini,tapi aku lebih memilih untuk tinggal di Jakarta, dia mengurus Joe di sini Sampai... kami memutuskan untuk berpisah. Dia balik ke London dan property ini di berikan untuk Joe."
" oh iya,kemana putramu?"
"Mereka sedang di Denpasar,mungkin besok kembali ke sini. Ayo ku antar ke kamarmu"
kamar Neti terletak di lantai 2. Mereka menaiki tangga kayu dan Neti makin terpesona pada rumah tersebut. Lantai 2 langsung beratapkan joglo Bali, berlantaikan kayu dan gebyok di setiap kamar. Terdapat 2 kamar tidur yang langsung menghadap ke kolam renang dan ruang terbuka dengan round table persegi panjang dengan ukiran di atasnya. Monica membuka 1 pintu kamar untuk Neti dan di dalam kamar yang luas dengan 1 ranjang berukuran kingsize tersebut sudah terdapat mini kitchen set dan sofa besar dengan kamar mandi dalam.
"there's a kitchen here?" Tanya Neti
"biar tamu nggak repot ke bawah,kadang kan suka males ke bawah,dan biasa bule itu kan suka private"
"banyak bule tinggal di sini?" Tanya Neti
"Joe sering membawa teman-temannya bila berlibur ke Bali. Kali ini dia membawa 2 orang temannya, kamar mereka ada di seberang kamarmu, usahakan jangan menangis dan teriak malam-malam karena mereka suka ketenangan" pesan Monica lalu menjelaskan singkat tentang rumah tersebut dan meninggalkan Neti untuk beristirahat.
Neti menuruni tangga kayu, hari sudah larut malam, ia memakai jubah tidurnya karena udara malam semakin dingin. Ia melihat 2 orang Made sedang duduk di ruang tamu sembari bermain kartu. Mereka melihat Neti turun dan tersenyum menyapanya. Pintu utama sudah terkunci, Neti teringat Monica memberitahunya bahwa ia ada janji dengan kliennya dan tidak usah menunggunya pulang. Neti berjalan ke arah kolam renang yang diterangi hanya dengan lampu temaram. Ia duduk di sebuah sofa dan mengangkat kakinya menatap ke kegelapan malam,suara air mancur dari patung di pinggir kolam renang serasa memecah keheningan malam ini.
Neti melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 malam yang berarti sudah pukul 12 di Bali. Ia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada sinyal yang di dapatkan. Neti membuka galery foto ponselnya yang terdapat banyak foto-foto dirinya bersama Isaac. Ia melihat satu persatu slide dan berhenti di sebuah foto yang diambil ketika ulang tahunnya ke 22. Isaac duduk di sebelahnya dan mencium pipinya, Neti masih mengingat betapa bahagianya dirinya kala itu, kencan pertama mereka,ulang tahun pertama, seks pertamanya bersama Isaac. dan lagi-lagi Neti merasakan sesak di dadanya dan kesulitan bernafas. Ia berteriak Sambil mengatur nafasnya, tak lama Made datang dan melihat Neti yang sesak nafas sambil menangis memegang dadanya
"ibu sakit bu?" Paniknya. Neti tidak bisa berkata apa-apa dan Made segera berlari dan menelpon Monica memberi tahu keadaan Neti. Terdengar suara teriakan Monica dan memberi tahu letak tabung oksigen portabel milik Neti. Segera mereka mengambil tabung oksigen dan memberikannya pada Neti.
2 orang Made tersebut masih terlihat cemas ketika Neti akhirnya bisa bernafas dari tabung oksigen. Neti melepaskan tabung oksigen tersebut dan ponsel salah seorang Made berbunyi. Ia memberikan ponselnya pada Neti dan melihat Monica menelponnya.
Neti mengambil ponsel tersebut dan mendengar Monica menanyakan keadaannya lalu mengatakan anaknya Joe akan segera pulang untuk mengecek keadaan Neti karena Monica berada lebih jauh dari ubud . Neti menenangkan Monica dan mengatakan keadaannya kini sudah baik-baik saja.
"Ibu tidur di bawah dulu aja,takut nanti kalau kambuh lagi,kami tidak dengar." Kata Made ketika Neti mengembalikan ponselnya
"saya udah tidak apa-apa kok, saya duduk di sini aja dulu" senyum Neti tapi kedua Made tersebut masih khawatir. Neti menyakinkan mereka dan merebahkan dirinya di sofa. Kedua Made yang khawatir itu akhirnya duduk di meja makan dekat ruang tamu untuk memantau keadaan Neti yang sekarang tertidur di sofa.
Neti terbangun di atas tempat tidurnya. Ia duduk mengingat sepertinya ia tertidur di sofa semalam, apa mungkin Made yang membawanya ke kamar? Neti memakai jubah tidurnya dan membuka pintu balkon lalu menghirup embun udara pagi. Sebuah ketukan di pintunya mengagetkannya, ia membuka pintu dan melihat Made membawakannya nampan sarapan
"Made, semalam kamu yang gotong saya ke atas?" Tanya Neti ketika Made menaruh nampan sarapan Neti di balkon
"bukan bu, mister Joe yang gendong ke kamar"
"Joe? Anaknya Monica?" Tanya Neti
"iya bu, semalam mister Joe pulang bareng bu Monica,jadi mereka yang mindahin ibu ke atas" jelasnya. Neti mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Made yang kemudian keluar dari kamarnya. Neti duduk di balkonnya dan menyesap kopinya sambil menikmati pemandangan pagi itu hingga ia melihat pintu balkon di sebelahnya terbuka.
Seorang pria asing tinggi berambut pirang keluar dari kamar tersebut. Ia merenggangkan tangannya dan pinggangnya. Rambutnya yang panjang terlihat berantakan,ia melihat kearah Neti yang sedari tadi melihatnya. Neti dapat melihat 2 mata biru yang sangat indah yang baru pertama kali ia lihat, ia juga dapat melihat janggut di sekitar rahangnya yang baru tumbuh dan lesung pipi di sebelah kanan ketika ia tersenyum pada Neti .
"Morning" sapanya dan Neti merasa aneh dengan aksen bahasanya tapi terdengar indah. Neti tersenyum singkat dan menganggukkan kepalanya. Tak lama seorang wanita asing berambut pirang keluar dari kamar tersebut, ia mengenakan tank top merah dan celana dalam. Ia menenggak botol air mineralnya dan berbisik lalu tersenyum pada pria itu. Wanita itu memperhatikan arah pandang pria itu yang masih memandang ke arah Neti. Ia tersenyum pada Neti dan melambaikan tangannya, Neti tersenyum janggal dan ikut melambaikan tangannya yang membuat pria itu tersenyum yang memperlihatkan giginya dan Neti dapat melihat ia menjadi sangat tampan ketika tersenyum.
Tak lama seorang pria asing berambut hitam keluar dari kamar tersebut yang hanya mengenakan celana boxer. Ia langsung memeluk wanita itu dan menggendongnya kedalam yang membuat wanita itu tertawa riang. Seketika hati Neti berdenyut perih kembali. Air matanya turun kembali,ia memalingkan wajahnya tapi pria asing pirang itu dapat melihat wajah Neti yang menangis dan mengerutkan keningnya. Neti mengusap air matanya dan kembali masuk ke kamarnya.
Neti membuka pintu kamarnya dan melihat pintu di depan kamarnya masih tertutup. Neti merasa sedikit penasaran dengan pasangan di dalam kamar tersebut, mereka bertiga? Apakah masih ada orang lain lagi? Neti menaikkan bahunya dan turun melihat Monica yang sedang menelpon di meja makan besar. Di meja tersebut sudah berserakan berbagai makanan dan minuman alkohol. Neti ingat terakhir kali dia berada di sini tengah malam,apakah ada pesta tadi malam? Neti duduk di seberang Monica dan menyalakan tv di ujung meja. Monica menutup telponnya dan meminum air di gelasnya.
"Kau membuat kami semua panik Neti. Aku harus menerobos lampu merah untuk segera pulang" Monica menghembuskan nafasnya dan melihat ke arah Neti yang sedang menundukkan kepalanya
"I'm so sorry"
"Dia sudah membuatmu hancur seperti ini. It's not you net, you really need someone profesional to help you" Neti mencoba menahan air matanya dan menghela nafasnya. Tak lama seseorang keluar dari dapur dan tersenyum pada Neti. Dia menghampiri Monica dan mencium pipinya dari belakang
"morning mom" Neti sempat kaget mendapati ternyata pria asing berambut pirang tersebut adalah anak Monica
" chérie du matin… Neti ini Joe, Joe ini Neti. " jelas Monica mengenalkan Neti dan Joe. Ia tersenyum yang menampilkan lesung pipi dan mata birunya yang sangat menghipnotis.
"Where's Sam dan Abie?" Tanya Monica
"they still making out " Joe menggelengkan kepalanya dan Monica hanya tertawa.
"kalian mau kemana hari ini?" Tanya Monica Sambil memakan rotinya
"I want to see the blanco and they're back to kuta"
"kamu ikut ke kuta juga?"
"Nope, just Sam and Abie." Joe memakan suapan roti dari Monica
"Neti,kamu ikut temani Joe jalan-jalan ya. You need to open your mind" Neti melihat Joe dan Monica dengan tatapan bingung dan tersenyum janggal
"kalian bisa saling mengerti dengan percakapan kalian?"
"Oh, Joe lahir dan besar di Bali Sampai SMP, dia ikut ayahnya ke London waktu SMA. Dia bisa ngomong bahasa Indonesia cuman males aja."
" you can talk to me with bahasa" senyumnya sembari menggigit sebuah apel
"Kamu ikut aja , Joe sendirian kok,temen-temennya balik ke kuta"
"sepertinya aku lebih baik di rumah aja" tolak Neti, ia dapat melihat Joe memandanginya dengan mata birunya sambil mengunyah apelnya
"oh come on Neti,tidak ada yang jagain kamu di rumah, para Made pulang ke rumah mereka kalau siang hari dan akan kembali nanti sore,aku juga akan pergi lagi ke kota, siapa yang mau jagain kamu kalau kamu tiba-tiba sesak nafas lagi? atau kalau kamu tiba-tiba jatuh di kolam?" marahnya
ponsel Monica berdering,ia mengangkat panggilan tersebut lalu berdiri meninggalkan meja,sebelum pergi dia menatap mata Neti dan dengan telunjuknya dia menunjuk Neti untuk pergi dengan Joe. Neti menarik kakinya ke atas kursi dan mengelus lengan kirinya,ia melihat kearah Joe yang masih memandanginya dan yang membuatnya merasa risih.
Joe menarik bangkunya dan mendekatkan tubuhnya ke depan meja sehingga bisa melihat Neti lebih dekat. Ia sangat penasaran dengan gadis satu ini, semalam ketika ia menggendong dirinya,Neti membuka matanya dan mata mereka bertemu,secara reflek Neti merangkulkan tangannya kepelukan Joe dan menelusupkan wajahnya ke leher Joe. Sampai saat ini Joe masih bisa merasakan hangat hembusan nafas Neti di tengkuknya yang membuatnya merinding.
"Neti" panggil Joe dan Neti memalingkan wajahnya ke Joe
"do you wanna go out with me? We can go drivin' in, on my scooter" Neti mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti aksen Joe karena ia berbicara sangat cepat.
"hah? Pardon" Joe tersenyum dan melihat Neti
"do you wanna go out with me?" Neti melihat ke mata biru Joe yang benar benar seperti menghipnotisnya, Neti menarik nafas dan mengangguk
"okay" jawab Neti, Joe tersenyum manis dan mengigit apelnya
Neti menuruni tangga mengenakan sweater hoodie bewarna coklat dan celana jeans. Monica yang melihat Neti yang berjalan menurunin tangga langsung berteriak histeris
"STOOPPPP…. NetiIIIII qu'est-ce que tu portes?"
"what?" bingung Neti
"oh mon Dieu.. Coco Chanel akan menangis melihat kau mengenakan pakaian itu, kau menyia-nyiakan pemberian Tuhan pada wajahmu." Teriak Monica
"ganti pakaian itu sekarang,kalau perlu buang!" Neti menggelengkan kepala dan berjalan melewati Monica tapi ia menyeret Neti masuk ke dalam kamarnya
"apaan sih, kita cuman mau ke museum"
"bukan masalah museumya,you're go dating"
"oh my god he is your son! Aku pergi Sama anakmu"
"he is my son,not your son. Kenapa kau harus pakai baju seperti pengasuh" Neti menggeleng tidak habis pikir pada Monica. Ia membuka lemari bajunya dan memberikan silk camisole bewarna hitam dengan tangan terbuka dan Printed Silk Midi Skirt putih.
"seriously? aku harus pakai ini? we just go to museum"
"ini bukan hanya museum Neti, you're go dating, ini saatnya kau melangkah maju dari ketepurukanmu."
"but Joe is your son, aku mana bisa sih berpikiran aneh-aneh"
"Joe likes you, aku bisa lihat dari caranya melihatmu, matanya seakan-akan cuman bisa melihatmu Neti" katanya riang
"okeh it's getting weird" Neti mengerutkan dahinya
"shut up dan cepat pakai itu" perintah Monica
Camisole itu membungkus tubuh Neti dengan sempurna, belahan dadanya yang longgar menonjolkan payudara Neti yang padat dan midi skirt itu menyempurnakan penampilannya yang membuatnya tampak anggun dan seksi.
"parfaite!" senang Monica, ia lalu teringat sesuatu, ia menggerai rambut panjang Neti dan memakaikan floppy hat bewarna cream berpita hitam. Ia tersenyum girang dan menepuk tangannya
"I wish I have a daughter" ia melihat Neti dan mengelus pipinya. Neti tersenyum, ia senang melihat Monica bahagia dengan apa yang di lakukannya.
"ayo cepat, Joe sudah menunggumu di luar" Neti mengangguk dan keluar dari kamar.
Joe duduk di atas scooter merah miliknya lalu ia melihat Neti keluar yang membuatnya hampir terjatuh dari scooternya. Neti menghampirinya dan tersenyum begitu melihat Joe hampir terjatuh.
"kita naik motor?" Tanya Neti
"no, it's scooter" Joe mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya
"you look georgeus" mata Joe berbinar dan bibirnya seakan tidak bisa berhenti tersenyum.
Neti harus mengikat rambutnya dan memakai topinya untuk menutupi dadanya karena mereka mengendarai scooter. Neti bersungut-sungut dalam hati, kenapa ia harus mendengarkan kata Monica kalo ternyata mereka pergi mengendarai scooter. Joe mengemudikan scooternya dengan perlahan, perjalanan dari rumahnya menuju the blanco museum tidak terlalu jauh, mereka sampai dan Joe memarkirkan scooternya di depan gerbang pintu masuk yang terdapat gapura berukirkan nama Antonio Blanco. Jalan dari gapura menuju pintu masuk sedikit menanjak, Joe menggandeng tangan Neti untuk membantunya menanjak.
Neti dan Joe berkeliling museum yang bergaya klasik eropa. Terdapat lebih dari 300 koleksi lukisan Antonio blanco yang kebanyakan bertema dewasa. Neti sempat terpana dengan lukisan-lukisan tersebut. Joe tampak menikmati setiap lukisan di sana,sesekali ia bergumam atau sekedar mengucapkan kata wow yang tak henti-hentinya. Neti berjalan ke sebuah lukisan dan melihat sebuah lukisan penari bali yang sangat indah, ia dapat melihat tatapan penari bali tersebut, ia mengenali tatapan tersebut, sebuah tatapan kekaguman pada seseorang dan Neti dapat merasakannya, sebuah cinta yang di goreskan sang pelukis di lukisan tersebut. mata Neti panas, air mata mengembang di pelupuk matanya, Joe menyentuh bahu Neti dan air mata itu turun di pipinya, Joe tersentak melihat Neti yang menangis. Ia lekas mengusap air matanya dan membelakangi Joe
"excuse me.." Neti meninggalkan Joe dan berjalan keluar museum. Joe menyusul Neti di depan museum, Neti berdiri membelakanginya, ia dapat melihat Neti menepuk nepuk dadanya, Joe segera berlari dan melihat Neti yang sedang mengatur nafasnya, ia membawa Neti ke tepian museum yang terdapat pohon rindang, ia memberikan kantong kertas dan menyuruh Neti mengambil nafas Sambil mengelus punggung Neti
"breath Neti, breath.. calm down,,calm down…" Neti melihat ke wajah Joe yang menenangkannya dan perlahan Neti bisa bernafas normal. Joe memeluk Neti dan menepuk punggungnya,menenangkan Neti yang sudah bernafas teratur.
"calm down..calm down" Joe terus mengelus punggung Neti dan perlahan Neti menutup matanya,ia dapat merasakan kehangatan pelukan Joe yang membuatnya sedikit tenang tapi tak lama ia tersadar bahwa kenyamanan yang di carinya itu bukannya dari Joe, Neti melepaskan pelukan Joe dan berterima kasih atas pertolongannya. Joe tersenyum dan mengelus rambut Neti dan menyelipkan rambutnya di belakang telinganya.
Joe mengajak Neti ke sebuah restoran yang masih satu komplek dengan museum, mereka memesan minuman dan sebuah pie. Joe melihat Neti yang termenung menatap jauh kearah pepohonan yang rindang, ia melihat gadis di depannya, entah siapa yang tega membuat gadis secantik ini menjadi hancur.
"hei, just try a bit this pie,it's so good, or do you wanna order anything else?" Neti melihat kearah Joe dan menangkupkan wajahnya dengan sebelah tangannya
"I'm so sorry Joe, aksenmu sangat indah, tapi bisakah kalau kau bicara perlahan agar aku bisa lebih mengerti" senyum Neti
"do you want me to speak in bahasa?"
"that's would be great"
"but don't laught at me" Neti tersenyum dan menggelengkan kepalanya lalu Joe terdiam dan menarik nafas lalu melihat menatap Neti
"kamu cantik!" Neti menyemburkan minumannya dan tertawa.
"aku sudah bilang jangan tertawa" kata Joe yang membuat Neti makin tertawa, Joe melihat Neti yang tertawa lalu ikut tersenyum, Neti berhenti tertawa dan melihat Joe yang terpana menatapnya
"you're beautiful.. really, how come a girl beautiful as you always shed tears, you should laugh more often." Neti mengigit bibirnya dan memalingkan wajahnya
"I was" jawab Neti lirih
"bukannya kamu besar di sini,masa sama sekali belum pernah masuk ke sini?" Tanya Neti untuk mengalihkan pikirannya
"how many time you visiting museum in Jakarta?" Tanya Joe sembari meminum minumannya dan mengangkat alisnya. Neti berdengus dan tersenyum, Joe menaruh minumannya dan menatap gadis di depannya, ia sangat menyukai senyum gadis ini dan memutuskan akan membuatnya kembali tersenyum.
Sinar lampu sorot di depan Neti tampak menyilaukan, ia mengenakan gaun lebar bewarna coklat yang mengembang indah dengan background bulan sabit. Atasan gaun tersebut memiliki potongan v line dan tangan terbuka. Sudah beberapa bulan ini, Neti menjadi model katalog. Awalnya beberapa bulan lalu seorang model tidak bisa datang untuk pemotretan dan Monica meminta Neti untuk menggantikannya, dan tak di duga produk tersebut langsung laris. Maka untuk bulan ini, Neti secara khusus akan menjadi cover katalog untuk produk parfum keluaran terbaru mereka.
Neti menatap fotografer di depannya, sang mata biru yang menghanyutkan itu akan selalu mengucapkan "lovely" untuk setiap pose Neti. Joe ternyata seorang fotografer dan Monica secara khusus memerintahkan Joe untuk menjadi fotograper Neti. Sudah selama 3 bulan ini, kedekatan Neti dan Joe lebih dari sekedar teman dan Monica bisa melihat itu dari bahasa tubuh Joe yang selalu melindungi Neti. Sesak Neti sudah berangsur membaik, Joe akan menemani Neti tidur sampai ia terlelap untuk memastikan Neti tidak sesak nafas. Monica pun akhirnya membangun sebuah kamar baru di lantai bawah agar Neti dan Joe bisa sekamar.
Neti bersyukur bertemu dengan Joe, ia begitu sabar dan memperlakukan Neti seperti ratu. Joe menghampiri Neti yang tampak letih karena pemotretan, ia membenarkan rambut Neti dan tersenyum padanya.
"tired?" Tanya Joe, Neti mengangguk dan memajukan bibirnya
"masih ada beberapa shot lagi,sabar ya" kata Joe, Neti meminta Joe untuk bicara dalam bahasa Indonesia hanya padanya,dan Joe sangat tidak keberatan dengan itu, ia merasa dengan saling bicara dengan bahasa yang sama hubungan mereka akan semakin dalam
"sepertinya akan terlalu larut kembali ke ubud naik scooter" kata Neti, Joe melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 10
"ya sepertinya begitu" Joe menaikkan bahunya.
Pemotretan selesai tepat jam 12 malam. Neti mengganti bajunya dengan kaos dan celana jeansnya, Joe memakaikan jaketnya kepada Neti karena sudah larut malam dan mereka akan mengendarai scooter. Joe mendapatkan kamar di sebuah losmen di daerah seminyak yang tidak pernah sepi. Setelah menaruh barang-barang, Joe mangajak Neti untuk mencari makan di sekitaran tempat tinggal mereka.
"aku mau makan nasi goreng aja" kata Joe tiba-tiba yang membuat Neti tersentak
"apa nggak ada makanan yang lain?"
"nope, nasi goreng" Joe menunjuk sebuah kedai nasi goreng di depan mereka dengan telunjuknya dan masuk ke dalamnya. Perasaan Neti menjadi tidak enak,entah kenapa hatinya menjadi janggal,sebuah kenangan terbesit di pikirannya. Pesanan mereka datang dan Joe makan dengan lahapnya, Joe melihat ke piring Neti yang sama sekali belum di sentuhnya
"kamu habis 1 piring?" mata Neti terbelalak, sebuah suara menggema di dalam telinganya, sebuah kalimat yang sama yang pernah seseorang yang selama ini berusaha dia lupakan menggema kembali di telinganya dan kembali meremas hatinya
"makan aja semuanya, aku benci nasi goreng" teriak Neti dan menggebrak meja lalu pergi meninggalkan Joe yang bingung melihat Neti pergi begitu saja. Beberapa tamu yang juga banyak warga asing tersenyum melihat Joe.
Joe menyusul Neti ke dalam kamar penginapan mereka,ia melihat Neti duduk di atas ranjang sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Joe menghampiri Neti,ia berlutut di depan Neti dan menurunkan tangan Neti dari wajahnya. Neti menangis terisak, air matanya mengalir tak henti dan ia mulai sesegukan ketika melihat Joe di depannya.
"I'm sorry, I'm so sorry" Isak Neti ketika melihat kedua mata biru Joe. Ia menghapus air mata Neti dan memeluknya yang membuat Neti meraung dan menangis di dalam pelukan Joe. Hatinya sakit kembali,setelah 3 bulan ia berhasil melupakan Isaac sedikit demi sedikit,kenapa hanya hal kecil seperti itu bisa sangat menyakitkan bagi dirinya,ia merasa bersalah pada Joe yang selama ini sudah begitu baik padanya tapi ia tetap tidak bisa membohongi dirinya, Isaac masih berpengaruh besar dalam dirinya,ia masih merindukan pria itu,dan ia tidak akan bisa melupakan Isaac begitu saja.
Hari dimana Neti mencari Isaac sudah berakhir, hari dimana ia menunggunya sudah selesai,dan hari dimana ia mengharapkannya sudah tidak ada lagi tapi ia terlalu mencintai Isaac,walau semuanya sangat menyakiti dirinya, tetapi ia masih menginginkan orang yang sama berulang kali.