"Ya sayang, kita akan menemui ibu kamu hari ini"
"Beneran"
"Benar sayang"
Padahal suara Aletta belum terlalu jelas berbicara, tapi Arfha paham sedikit demi sedikit yang di ucapkan oleh Aletta. Sebelum berangkat Arfha memberikan Aletta sarapan dulu.
Di rumah Alma.
Keluarga Tuan Mario masih berduka atas hilangnya Aletta. Kesedihan menyelimuti Alma begitu juga Ny Yulia dan suaminya. Alma seperti mayat hidup, terdiam, termenung yang ada di pikirannya hanyalah Aletta.
"Apakah sudah ada kabar dari kantor polisi?" Tanya Ny Yulia kepada Tuan Mario. Kedua bola matanya sembab, wajahnya memerah dan hidungnya terus mengeluarkan cairan bening mungkin karena semalaman menangis.
"Belum ada ibu" Jawab Tuan Mario dengan lemah.
"Ibu mau melihat Alma dulu ayah. Kasihan dia, dari tadi malam dia tidak mau makan. Ibu khawatir jika Alma sakit"
"Ya ibu! Ayah merasa bersalah karena telah memarahi dia tadi malam"
Ny Yulia tersenyum sambil mengelus pundak suaminya, ia menenangkan Tuan Mario "Ibu masuk dulu ayah".
"Baiklah ibu"
Ny Yulia beranjak ke kamar Alma, sesampainya didepan pintu, Ny Yulia mengecek pintu kamar Alma tidak di kunci. Ny Yulia kemudian membuat pintu kamar Alma secara perlahan.
"Alma boleh ibu masuk?" Ucap mu Yulia dengan pelan.
"Ya ibu!" Jawab Alma.
Ny Yulia melangkahkan kakinya menuju ke arah Alma yang sedang duduk di kursi dekat jendela kamarnya. Ia kemudian memegang kedua pundak Alma yang terlihat rapuh.
"Ibu tahu bagaimana perasaan kamu sayang. Ini memang tidak mudah, tapi ibu yakin kamu ibu yang kuat"
Bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipi lembut Alma, hanya air mata dan air mata yang keluar. Kata-kata tidak bisa keluar dari mulutnya.
"Sayang sebaiknya kamu sarapan dulu" Bujuk Ny Yulia.
"Alma tidak lapar ibu"
Ny Yulia memeluk tubuh Alma dengan penuh kehangatan "Sebaiknya kamu sarapan dulu, nanti kita akan mencari Aletta sama-sama"
"Tidak ibu, sebaiknya ibu saja yang makan"
"Ibu dan ayah menunggu kamu di luar. Kata ayah dia ingin sarapan bersama"
Alma merasa dirinya menjadi beban keluarga, ia menyalahkan dirinya atas semua masalah yang menimpa dirinya. Untuk saat ini ia tidak pernah membuat ibu dah ayahnya bahagia, ia hanya bisa menyusahkan saja.
Ia kemudian mengikuti pemintalan ayahnya untuk ikut sarapan. Alma dan Ny Yulia kemudian keluar dari kamar, mereka berdua berjalan menuju ruang makan.
Ruang makan.
Tuan Mario duduk di kursi kepala keluarga, sedangkan Alma duduk di samping kanan tuan Mario. Ia sedari tadi menatap wajah Alma yang sembab, sebagai ayah yang baik ia sangat sedih melihat keadaan Alma.
"Ibu cuma buat telur dadar dan sambal mentah" Ucap Ny Yulia sambil menyajikan nasi di atas piring.
"Alma kamu makan yang banyak ya" Lanjut Ny Yulia.
Alma melihat semua makanan yang di sajikan di atas meja. Ia sama sekali tidak mau menyentuhnya, Alma terbayang-bayang sama Aletta.
"Bagaimana bisa aku makan dengan enak sedangkan Aletta belum saya tahu keberadaannya di mana. Apakah dia sudah makan atau tidak? Apakah dia tidur dengan nyenyak atau tidak? Apakah dia selamat atau tidak?" Pikiran Alma benar-benar kacau, ia membayangkan semua tentang Aletta.
"Alma kenapa nasinya kamu jadikan tontonan? Makan dulu sayang" Ny Yulia menegur Alma.
Alma menggelengkan kepalanya "Tidak ibu! Alma tidak mau makan, Alma tidak mau kenyang sendiri"
"Jika kamu tidak makan, darimana tenaga kamu nanti. Bukankan kamu sudah berjanji akan mencari Aletta hari ini sampai ketemu" Sambung Tuan Mario.
Melihat rambut ayahnya yang sudah memutih membuat Alma tersadar. Jika ia sakit siapa yang akan merawat dirinya. Sedangkan kedua orang tuanya sudah tua "Alma akan makan Sekarang" Dengan segera Alma mengambil cuci tangan, Setelah itu ia memasukkan beberapa suap nasi ke dalam mulutnya di campur dengan telur dadar spesial buatan Ny Yulia.
Tiba-tiba suara handphone rumah berbunyi "Biar ibu yang menjawabnya" Ny Yulia kemudian mengangkat panggilan itu.
📞"Halo" Jawab Ny Yulia.
"Tut...Tut...Tut..." Telepon terputus.
"Siapa yang menelpon tidak jelas?" Gumam Ny Yulia sambil menggenggam telepon rumah. Ia kemudian meletakkannya kembali. Di saat ia mau melangkahkan kakinya, telepon rumah itu kembali berbunyi.
Ny Yulia membalikkan badannya dan menjawab panggilan itu. Seperti biasa di saat dia bilang Halo telpon itu langsung mati "Aneh sekali ... Tidak tahu apa orang lagi berduka" Ny Yulia menggerutu, ia kembali ke ruang makan.
Baru saja ia duduk, telpon rumahnya kembali berdering "Siapa ibu?" Tanya Tuan Mario.
"Ibu juga tidak tahu ayah. Setiap kali ini menjawab bilang halo pasti mati" Jawab Ny Yulia.
"Kenapa bisa begitu? Apakah tidak ada jaringan?" Lanjut Tuan Mario.
"Ibu juga tidak tahu ayah"
"Coba ibu Jawab lagi, siapa tahu ada hal yang penting"
"Palingan ada orang iseng yang mau mengerjai kita"
"Ya sudah kalau begitu"
Mereka kembali menikmati sarapan pagi, akan tetapi telpon rumah yang tadinya adem ayem lagi-lagi berbunyi. Suaranya terdengar sangat berisik. Ia sudah ke sembilan Kalinya berbunyi.
"Sebaiknya aku saja yang menjawabnya ibu" Ucap Alma.
"Ya sudah"
Alma kemudian mengangkatnya telpon rumahnya 📞"Selamat pagi Nona! Benarkah ini dengan Nona Alma?" Tanya seseorang dengan Serius, suaranya terdengar sangat tegas. Sepertinya dia seorang anggota polisi.
📞"Ya benar Tuan ... Kalau boleh tahu ada apa ya?" Tanya Alma dengan gemetaran.
📞"Bisakah anda ke kantor polisi sekarang?"
"Baik Tuan saya akan segera kesana" Alma langsung menutup telponnya.
Ia berteriak memanggil ayah dan ibunya "Ibu ... Ayah ... Sepertinya Aletta sudah ditemukan" ekspresi Alma terlihat sangat senang sekali, padahal ia hanya di minta untuk datang. Laporannya saja belum jelas, tetapi ia yakin kalau putrinya sudah ditemukan.
"Benarkah? Apakah kamu bercanda?" Tanya Ny Yulia dan Tuan Mario. Mereka berdua belum percaya.
"Ya ibu! Tadi pihak kepolisian menelpon dan kita di minta untuk datang ke kantor sekarang ini juga"
"Kalau begitu cepat kita bergegas Kesana" Ny Yulia langsung mengambil tasnya, sedangkan tuan Mario tidak membawa apa-apa.
Mereka kemudian pergi ke kantor polisi menggunakan mobil sewaan. Di sepanjang perjalanan Alma terus saja berdoa berharap putrinya baik-baik saja. Ia ingin memeluk putrinya dengan erat, ia tidak ingin melepaskannya.
Ia berjanji sama dirinya sendiri akan menjaga Aletta dengan ketat. Ia tidak akan membiarkan Aletta hilang untuk yang kedua kalinya.
"Sayang tunggu ibu. Sebentar lagi ibu akan sampai. Ibu akan memeluk dan mencium kamu. Pokoknya kamu akan ibu biarkan terluka sedikitpun. Ibu akan menjaga kamu sepanjang masa. Aletta ibu benar-benar merindukan kamu sayang. Ibu kangen sama senyuman kamu. Ibu kangen sama suara kamu yang manja" Batin Alma.