"Kamu!" Tunjuk Ny Yulia, kedua bola matanya menyala dengan tajam, sebagai seorang ibu ia tahu kalau putrinya dulu sangat menderita.
Tuan Mario kelihatannya sangat emosi, ia menarik kerah baju Arfha dan menghajarnya. Tuan Mario memukul Arfha hingga bibirnya mengeluarkan darah "Ayah sudah ... Jangan membuat keributan disini . Tangan ayah terlalu suci untuk dikotori" Ucap Ny Yulia.
Tuan Mario kemudian melepaskan tangannya, ia membiarkan Arfha lepas dari serangannya. Untung saja Ny Yulia baik hati, coba kalau tidak. Mungkin Arfha sudah habis di beri pelajaran. Ia juga tahu kalau dirinya salah, makanya Arfha tidak berani untuk melawan.
"Sebaiknya kamu pergi dari sini" Suruh Tuan Mario dengan suara keras.
"Izinkan saya berbicara sama Alma"
Tuan Mario mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah jalan "Pergi dari sini atau saya menghajar kamu"
Karena Arfha tidak mau membuat emosi Tuan Mario naik, ia terpaksa pergi meninggalkan kantor polisi. Di saat dirinya berjalan, ia melewati Alma dan Aletta yang sedang berdiri. Hatinya bergetar bagaikan getaran gelombang lautan. Arfha berhenti sejenak dan menatap dua gadis yang ada disampingnya.
Namun Alma langsung memeluk Aletta agar ia tidak melihat Arfha. Melihat hal itu membuat Arfha sadar kalau Alma memang sangat membenci dirinya. Ia melanjutkan langkahnya tanpa basa-basi.
"Tuan apakah anak kecil itu sudah bertemu sama orangtuanya?" Tanya Cio sambil senyum.
Arfha diam dan memberikan tatapan dingin, ia memerintahkan Cio menggunakan isyarat untuk pergi dari tempat ini. Cio kelihatannya ketakutan, ia langsung membuka pintu mobil untuk Arfha, setelah naik baru Cio masuk dan menghidupkan mobilnya.
"Tuan kita mau kemana dulu?" Tanya Cio sambil menoleh ke arah belakang.
"Pantai tersembunyi" Jawab Arfha.
Cio heran di tambah bingung, mendengar nama pantai itu saja membuat dirinya berpikir keras. Karena setahu Cio, tidak ada pantai yang sembunyi. Semua pantai itu pasti ada yang berkunjung.
"Memangnya dimana pantai itu tuan?" Tanya Cio lebih jelas.
"Jalan saja"
"Baiklah" Cio dengan segera menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankannya dengan kecepatan sedang "Heran kenapa Tuan tiba-tiba berubah menjadi monster berdarah dingin? Mengerikan sekali, semoga saja tanduknya tidak keluar" Batin Cio.
"Belok Kanan" Perintah Arfha.
Karena Arfha memberitahu dirinya mendadak, Cio langsung belok dengan cara ekstrim, hal itu membuat tubuh Arfha terpental "Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja"
Arfha langsung bangun dan merapikan Jaznya. Ia terlihat cuek seolah-olah tidak terjadi sesuatu. Cio yang tadinya tegang berusaha untuk terlihat tenang. Ia berusaha untuk mengemudi dengan Santai. Kelihatannya perjalanan masih panjang, untuk sampai di pantai tersembunyi membutuhkan waktu lumayan lama.
📞"Halo" Arfha menjawab panggilan masuk.
📞"Sayang kamu lagi dimana? Kenapa kamu tidak menjawab panggilan saya dari tadi?" Tanya seseorang dari telpon.
📞"Aku Sibuk! Aku akan menghubungi kami kembali" Arfha kemudian menutup telponnya.
"Apakah itu nyonya besar?" Tanya Cio.
"Sebaiknya kamu menyetir dengan fokus"
"Ya Tuan!" Cio langsung menutup mulutnya, lagi-lagi ia merasa bersalah karena terlalu banyak bertanya "Arghhh... apakah ini yang di namakan hari sial?" Gumam Cio sama dirinya sendiri.
"Tuit!" Suara pesan masuk.
Arfha membuka kotak masuk, ia melihat pesan dari wanita yang tadi. Wanita itu mengirimkan foto seksi, bibirnya sengaja dimonyongkakn. Arfha tersenyum licik dan langsung menekan tombol delete. Ia sama sekali tidak suka melihat foto wanita itu.
Rumah Alma.
Sekarang Alma dan kedua orangtuanya sudah kembali ke rumah. Mereka akhirnya bisa berkumpul seperti biasanya. Ny Yulia langsung membuatkan puding cokelat kesukaan Aletta.
"Coba tebak nenek membuat apa untuk kamu?" Ucap Ny Yulia sambil menyembunyikan sesuatu di belakangnya.
Aletta masih belum terlalu mau di ajak bercanda, ia diam sambil menatap wajah Ny Yulia "Baiklah jika kamu tidak mau menebaknya, nenek membuatkan kamu puding spesial hari ini".
Aletta tersenyum bahagia melihat puding buatan Ny Yulia "Sayang kamu kakak sama nenek dulu ya. Ibu mau pergi ke toilet sebentar! Ibu saya titip Aletta sebentar"
"Baik sayang"
Aletta kemudian turun dari pangkuan Alma, ia duduk bersama Ny Yulia sambil menikmati puding kesukaannya "Aku yakin Alma pasti kepikiran sama Arfha. Biar bagaimanapun mereka dulu pernah saling mencintai. Kasihan sekali Kamu Alma" Batin Ny Yulia.
Di kamar.
Alma mengunci pintu kamarnya, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia menangis sejadi-jadinya, Alma ternyata benar-benar kepikiran sama Arfha. Ia tidak menyangka jika Arfha kembali ke pusat kota.
Yang Alma sesali, kenapa Arfha tidak rata menemui dirinya untuk minta maaf. Jika itu dilakukan, pasti ia tidak benci banget sama Arfha.
"Ternyata kamu sudah kembali ... Ternyata kamu tidak menepati janji kamu untuk menemui aku Arfha. Kamu bahkan tidak pernah menghubungi aku dan kamu bahkan tidak pernah bertanya tentang keadaanku. Padahal kamu tahu saat itu aku sedang hamil besar dan sebentar lagi mau melahirkan. Dimana hati nurani kamu Arfha? Jujur aku semakin membenci kamu ... Aku benci melihat wajah kamu. Tidak sia-sia jika selama ini aku sudah menganggap kamu mati" Gumam Alma, tidak a meremas-remas bantal dengan Kuat.
Hati Alma benar-benar sakit, rasanya seperti di sayat-sayat oleh pisau. Ia tidak akan pernah bisa melupakan luka yang ada di hatinya saat ini. Bagaimanapun ia menjahit goresan luka itu, tetap akan membekas. Alma semaksimal hancur, berkeping-keping.
Sudah jelas sekarang siapa sebenarnya Arfha. Dia bukanlah laki-laki yang baik, bahkan Alma menganggap Arfha manusia menjelma menjadi iblis yang tidak mempunyai perasaan.
"Bangunlah Alma... kamu tidak pantas menangis untuk laki-laki kejam seperti Arfha. Bangkitlah Alma, kamu itu wanita yang kuat. Ingat masih ada Aletta yang membutuhkan kamu. Berjuanglah Alma, jangan mau kamu di injak-injak oleh siapapun. Buktikan kalau kamu akan membuat Arfha menyesal seumur hidupnya" Kata-kata itu keluar dari diri Alma sendiri, ia berusaha untuk memberikan dirinya sendiri kekuatan.
Alma kemudian bangun, ia berjalan menuju cermin dan melihat wajahnya. Kedua bola matanya membengkak, Alma tersenyum licik sambil memperhatikan dirinya yang sangat menyedihkan. Alma merasa lucu, karena ia sudah membuang air matanya untuk laki-laki yang tidak tahu diri. Setelah merasa lebih baik, Alma pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
Didalam kamar mandi, lagi-lagi Alma memperhatikan wajahnya. Entah apa yang ada di pikirannya. Seketika masa lalunya bersama Arfha kembali terbayang, ia bahkan berusaha untuk melupakan semuanya. Ia teringat senyum manis Arfha waktu mereka bersama dulu.
"Aku tidak boleh lemah, aku harus bisa melupakan semuanya" Ucap Alma, karena tidak mau di hantui oleh masa lalunya Alma dengan segera keluar dari kamar mandi. Ia menyeka air yang ada di wajahnya menggunakan handuk berukuran telapak tangan.