"Dasar laki-laki tidak tahu di untung. Apa gunanya memiliki wajah ganteng, tapi sikapnya tidak baik" Beberapa tetangga menggerutu didepan Arfha.
Ia hanya bisa menundukkan wajahnya sembari mengikuti langkah kaki Tuan Mario. Namun sesampainya di depan Alma langkah kakinya terhenti, ia menatap Alma dengan penuh penyesalan. Akan tetapi tatapannya kali ini seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Alma kembali membalas tatapan Arfha, akan tetapi tatapan Alma sangat mengerikan "Alma sebaiknya kita masuk ke dalam. Tidak baik menyelesaikan masalah di luar seperti ini. Tidak enak sama tetangga" Bisik Ny Yulia.
"Kenapa kamu diam di sana?" Tegur tuan Mario.
Arfha kembali melanjutkan langkahnya, sedangkan Alma sama sekali tidak mau masuk. Ia ingin muntah ketika melihat Arfha. Namun ia melihat Ny Yulia dan Tuan Mario, ia tidak mau membuat orang tuanya kecewa sama sikapnya.
Untung saja beberapa tamu undangan sudah selesai makan, ada juga yang baru mengunyah makanannya. Sesampainya didalam, Rudi dan istrinya melihat Arfha. Karena merasa tidak enak, Rudi akhirnya pamit. Begitu juga tetangga Alma yang mengerti, mereka lebih baik pulang saja daripada harus diam di sana. Karena mereka lebih paham.
Ruang tamu.
Arfha duduk sambil menaruh kedua tangannya di atas paha. Sepertinya ia kehilangan mental. Ia sama sekali tidak berkata apa-apa, mulutnya tidak bergerak, seperti di kunci.
Namun Aletta sedari tadi melihat Arfha, ia tidak bisa memalingkan pandangannya. Aletta meminta turun dari gendongan Ny Yulia dan langsung mendekati Arfha. Ia naik ke pangkuan Arfha lalu memainkan kancing baju Arfha.
Melihat hal itu membuat Alma marah, ia langsung mengangkat tubuh anaknya dan menjauhkannya dari Arfha. Tidak pantas Arfha menyentuh tubuh Aletta.
Aletta menangis, ia minta di gendong oleh Arfha "sayang kamu kenapa? Bukankah ada ibu disini?" Gumam Alma.
"Biar ibu tenangkan