Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 49 - Menahan rasa malu

Chapter 49 - Menahan rasa malu

Jika ia memberitahu bagaimana keadaan hatinya yang sebenarnya otomatis Ny Yulia juga ikut menanggung kesedihan yang selama ini Alma sembunyikan. Ia berusaha untuk kuat agar ibu dan ayahnya tahu kalau dia baik-baik saja. Sekarang Alma harus benar-benar bisa untuk memberikan alasan yang tepat dan baik.

"Jika Alma tidak percaya sama ibu, bagaimana mungkin Alma bisa percaya sama diri Alma sendiri. Ibu dan ayah adalah orang yang pertama Alma percaya di dunia ini. Tidak ada yang lebih bisa di percaya selain keluarga dekat, terutama orang tua"

"Syukurlah jika kamu masih bisa berpikir bijak Alma. Ibu sangat senang sekali mendengarnya"

"Ya ibu!" Mereka berdua kembali menyiapkan makanan untuk acara syukuran. Dengan senang hati Alma mulai melakukan aktivitasnya lagi. Waktunya tinggal sebentar saja, ia harus masak dengan nyaman agar rasanya enak.

Alma dan Ny Yulia akhirnya sudah selesai, sekarang ia menyiapkan piring kosong dan juga sendok. Ia juga menyiapkan tempat duduk untuk tamu undangan.bAcara yang di buat tidak mewah, namun berkesan.

Malam hari.

Semuanya sudah siap menunggu tamu undangan. Kebetulan sekali, Rudi bersama keluarganya datang. Mereka terlihat baik-baik saja. Istri Rudi menyapa Alma dengan sangat ramah, ia bahkan tidak memiliki rasa cemburu kepada Alma.

"Silahkan duduk dulu" Ucap Alma dengan Sopan.

"Terimakasih Alma" Jawab istri Rudi sambil menggendong putranya.

Satu persatu tamu undangan sudah datang, kursi yang tadinya kosong sekarang sudah terisi. Mereka mengambil piring dan mengisinya dengan masakan yang sudah siap tersaji.

"Sayang apakah kamu mau makan?" Tanya Alma kepada Aletta.

Aletta menggelengkan kepalanya sambil memegang pemberian Arfha. Melihat hal itu membuat Alma sedikit kesal, ia sangat benci sama sesuatu yang berkaitan sama Arfha. Tanpa berpikir panjang Alma merebut barang itu dari tangan Aletta dan membuangnya ke tong sampah.

Aletta menangis, ia tidak terima jika barang itu di buang begitu saja. Ia memukul-mukul tubuh ibunya. Aletta tidak mau melihat Alma, ia berlari mengambil kembali barang pemberian Arfha.

"Sayang ini sudah tidak bagus. Aku akan membelikan kamu yang baru" Bujuk Alma dengan penuh kasih sayang.

"Aku tidak mau" Jawab Aletta. Seolah-olah ia tahu kalau barang itu sangat berharga.

"Sayang dengarkan ibu, barang ini tidak cocok untuk kamu"

Aletta menggelengkan kepala lalu berlari keluar. Sekarang Aletta berada di luar rumah. Kebetulan gerbang rumah tidak di kunci.

"Sayang kamu mau kemana?" Teriak Alma, ia mengejar Aletta.

Aletta berhenti ketika melihat mobil mewah parkir didepan gerbangnya. Karena takut, Aletta mundur selangkah demi selangkah. Pemilik mobil itu keluar, ia langsung menyapa Aletta.

"Paman" Ucap Aletta. Ternyata itu adalah Arfha. Ia berani datang ke rumah Alma.

Arfha tersenyum sambil mengulurkan tangannya, ia ingin memeluk Aletta. Namun Alma tiba-tiba mungil, ia langsung mengangkat Aletta ke gendongannya. Alma tidak membiarkan Arfha untuk menyentuh putrinya.

"Alma" Gumam Arfha, ia merasa bersalah setiap kali bertatapan sama Alma.

"Lepaskan aku ibu" Ucap Aletta.

"Sayang kamu tidak boleh sembarang berbicara sama orang asing" Ucap Alma.

"Itu paman baik ibu"

"Sayang sebaiknya kamu masuk ke dalam dulu bersama nenek" Bisik Alma, lalu ia menurunkan Aletta dari gendongannya.

Aletta mengangguk, ia kemudian mengikuti permintaan Alma. Aletta berlari kembali masuk ke dalam menemui Ny Yulia dan Tuan Mario.

Sedangkan di luar rumah tidak ada yang tahu kalau Alma sedang kedatangan tamu spesial. Arfha mendekati Alma, ia ingin berbicara panjang lebar. Akan tetapi Alma menjadi mundur, ia tidak mau berbicara apapun sama Arfha.

"Alma aku mohon tolong izinkan aku untuk berbicara denganmu" Ucap Arfha.

"Sebaiknya kamu pergi sekarang juga" Ucap Alma sambil menahan amarahnya. Wajahnya seketika memerah, dadanya terasa sesak seperti ada sesuatu yang menjanggal didalam.

"Aku akan pergi, tapi izinkan aku untuk menjelaskan semuanya sama kamu"

"Aku tidak butuh penjelasan apa-apa dari kamu. Karena semuanya sudah jelas"

"Bagaimana bisa? Aku sama sekali belum mengatakan apapun sama kamu. Jadi aku mohon Alma, untuk kali ini saja. Tolong berikan aku kesempatan"

"Aku bilang sama kamu pergi dari sini" Teriak Alma, ia seperti orang kerasukan. Alma benar-benar tidak sadarkan diri, suara teriakannya sampai terdengar ke dalam. Membuat para tamu undangan keluar melihat mereka berdua.

"Alma apa yang terjadi? Kenapa kamu berteriak seperti orang gila?" Tanya Ny Yulia, napasnya tidak teratur.

"Ibu aku tidak mau melihat orang itu" Tunjuk Alma ke arah Arfha.

Arfha yang sedang di Landa kebingungan, ia berdiri sendiri tanpa ditemani oleh Cio. Kakinya tiba-tiba menjadi kaku, karena ia tidak terbiasa melihat orang berkerumun. Apalagi ia mendengar beberapa tetangga Alma yang mencibir dirinya habis-habisnya.

Arfha berusaha untuk mengabaikan, namun tetap saja ia kepikiran. Ia ingin melarikan diri dan menyembunyikan wajahnya. Namun itu tidak mungkin di lakukan. Tidak ada pilihan lain, ia harus berani menerima kenyataan dan menghadapi dengan kepala dingin.

"Siapa dia?" Tanya salah satu tetangga Alma.

"Astaga bukankah dia laki-laki yang pernah membawa Alma kabur? Ya aku ingat betul wajahnya. Untuk apa dia datang kemari? Apakah dia tidak tahu malu, dia sudah menelantarkan Alma dan sekarang dia kembali tanpa rasa bersalah. Semoga saja Alma tidak mau rujuk sama laki-laki pengecut itu" Memang netizen selalu benar, omongannya terkadang terlalu pedas.

"Sabar Arfha! Kamu harus kuat apapun yang mereka ucapkan. Anggap saja ini hukuman untuk kamu Arfha" Batin Arfha.

"Untuk apa kamu datang kemari?" Tuan Mario langsung mengangkat kerah baju Arfha.

"Jika dengan memukul saya membuat Tuan reda, saya tidak apa-apa. Saya siap menerima hukuman dari Tuan" ucap Arfha, ia bukannya membela diri. Iya justru meminta Tuan Mario untuk menghajar dirinya.

"Kamu memang pantas di hukum. Kamu sudah menghancurkan masa depan putri saya" Ekspresi Tuan Mario sungguh menakuti. Ini kedua kalinya emosinya terpancing.

"Saya mengaku salah Tuan. Saya datang kemari untuk menebus semuanya" Ucap Arfha dengan Santai. Namun semua perkataannya penuh makna, membuat Tuan Mario menjadi lemah.

Bagaimana bisa ia memukul orang yang sudah mau mengakui kesalahannya? Tuan Mario menarik napas panjang, ia berusaha untuk meredakan amarahnya sendiri. Setelah merasa lebih baik Tuan Mario melepaskan kerah baju Arfha.

"Sebaiknya kamu masuk ke dalam. Kita bicarakan masalah ini dengan baik" Ucap tuan Mario.

"Dasar laki-laki tidak tahu di untung. Apa gunanya memiliki wajah ganteng, tapi sikapnya tidak baik" Beberapa tetangga menggerutu didepan Arfha.

Ia hanya bisa menundukkan wajahnya sembari mengikuti langkah kaki Tuan Mario. Namun sesampainya di depan Alma langkah kakinya terhenti, ia menatap Alma dengan tajam. Akan tetapi tatapannya kali ini seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.