"Ya Tuhan ini baru pertama kalinya saya melihat ayah dan ibu tertawa lepas seperti ini. Ya Tuhan aku tidak ingin melihat senyum di wajah ibu dan ayah seketika hilang. Aku ingin mereka tetap tersenyum seperti ini sepanjang masa. Ya Tuhan sungguh, aku bahagia sekali. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan pernah membuat hati dan ibu kecewa lagi. Karena bagiku kebahgaiaan mereka jauh lebih penting. Mungkin ini teguran untuk diriku sendiri, agar aku lebih memperhatikan ibu dan ayah" Batin Alma sambil menatap wajah Ny Yulia dan Tuan Mario.
Wajah yang selalu tersimpan di memori Alma, yang tidak akan pernah bisa tergantikan meskipun di gantikan oleh dunia dan seisinya. Tanpa terasa air mata Alma menetes, ini bukan karena ia sedih. Tapi air mata ini mengalir karena kebahgaiaan yang ia rasakan.
"Bagaimana kalau nanti malam kita mengadakan syukuran kecil-kecilan, sebagai bukti rasa syukur kita karena Aletta sudah ditemukan?" Usul Tuan Mario.
"Wah, itu ide yang sangat bagus ayah" Sambung Ny Yulia dengan senang hati "Tapi ibu tidak ada persiapan apa-apa" Lanjut Ny Yulia.
"Ibu tidak usah khawatir kalau masalah itu, masak seadanya saja yang ada didalam kulkas"
"Sepertinya sayur yang ada di dalam kulkas tinggal sedikit ayah. Kalau tidak salah sisanya masih ada kol dan wortel saja"
"Itu saja di masak, nanti ibu buat telur opor juga ya"
"Tapi siapa-siapa yang kita undang?"
"Keluarga inti saja. Kita tidak usah mengundang semua tetangga"
"Ya sudah kalau begitu, nanti ibu siap-siap masak banyak"
Percakapan mereka berdua telah selesai, Ny Yulia dan Tuan Mario terkejut mendengar suara tangis Aletta. Ia tidak melihat kalau cucunya itu jatuh.
"Hiks...hiks...hiks..."Suara tangis Aletta. Untung saja ia berada di dekapan ibunya saat ini.
"Sayang pasti sakit ya kaki Kamu? Ada ibu disini, kamu tidak boleh nangis lagi" Ucap Alma sambil mengelus rambut Aletta.
"Alma kenapa kamu membiarkan Aletta berlari?" Ny Yulia panik karena melihat cucu kesayangannya menangis histeris. Padaherang mereka baru saja merasakan bahagia, sudah kembali sedih lagi.
"Sudah ibu!" Tuan Mario mengelus pundak istrinya.
"Tapi ibu terkejut ayah"
"Alma juga kaget tadi melihat Aletta jatuh. Ini memang kesalahan Alma"Terlihat ekspresi yang sangat menyedihkan.
"Sebaiknya kita masuk ke dalam saja" Ajak Tuan Mario.
Mereka masuk ke dalam, Alma kemudian mengambilkan kotak obat. Ia mengobati luka yang ada di kaki Aletta. Lukanya tidak terlalu parah, hanya lebam saja.
"Sayang apakah kamu sudah mengobati kaki Aletta?" Tanya Ny Yulia sembari menghampiri Alma yang ada didalam kamar.
"Sudah ibu, baru saja selesai" Jawab Alma sambil memasukkan kotak obat didalam lemari kecil.
"Nanti malam ayah kamu mau mengadakan syukuran"
"Dalam rangka apa ibu?" Tanya Alma.
"Dalam rangka syukuran, karena Aletta sudah di temukan"
"Saya mengikuti ibu dan ayah saja"
"Makanya ibu mau masak ini, kalau bisa kamu juga boleh membantu ibu"
"Baik ibu!"
"Ibu ke dapur dulu kalau begitu" Ny Yulia kemudian pergi ke dapur. Ia membuka kulkas untuk melihat sayur apa saja yang masih tersisa. Beberapa kantong plastik ia keluarkan satu persatu, ternyata sayurnya lumayan banyak juga. Ia melihat ada sepuluh butir telur yang akan di jadikan opor.
Dapur.
"Syukurlah Masih lumayan banyak ternyata, untung aku membeli stok yang cukup banyak. Kalau tidak bisa repot saya pergi beli lagi" Gumam Ny Yulia sambil memotong-motong buncis dengan ukuran kecil-kecil.
Ny Yulia ingin membuat sop saja, ia tidak mau terlalu repot. Dengan senang hati Ny Yulia memotong-motong kentang, wortel dan juga kol. Setelah itu ia memotong bawang merah dan bawang putih.
"Apa yang Alma bisa bantu ibu?"
"Dimana Aletta?" Tanya Ny Yulia.
"Aletta sedang tidur, makanya saya langsung ke dapur"
"Ibu pikir dia sedang sama ayah kamu, sebaiknya kamu masak telur dulu"
Alma mengambil telur yang ada didalam kulkas, setelah itu ia menyalakan api kompor. Beberapa menit kemudian telur yang ia rebus sudah matang. Ia membuat bumbu untuk opor, ternyata Alma pandai juga dalam memasak.
Disaat dirinya sedang mengupas telur, Alma teringat sama bayangan Arfha. Senyumannya yang tidak akan pernah bisa ia lupakan, semuanya kembali teringat begitu saja. Karena waktu dulu, setiap kali Alma mau masak. Arfha selalu menemani dirinya, apalgi kalau Alma mau membuat telur opor. Pasti Arfha makan sangat banyak sekali.
"Alma matikan api kompornya" Pinta Ny Yulia.
Alma yang sedang melamun tidak mendengarkan kata ibunya, pikirannya melayang entah kemana "Alma ... Alma" Ny Yulia memanggil Alma kembali.
Alma terkejut "Kenapa ibu?"
Ny Yulia hanya bisa senyum sambil menggelengkan kepalanya "Kamu sedang tidak fokus, pikiran kamu entah kemana" Ucap Ny Yulia.
"Maafkan Alma ibu"
"Tidak apa-apa, apakah kamu sedang ada masalah lain? Ceritakan sama ibu"
"Tidak ada ibu ... Alma baik-baik saja kok"
"Tidak mungkin, buktinya jiwa kamu tidak ada disini"
"Beneran ibu, Alma sama sekali tidak ada masalah"
Ny Yulia mematikan api kompor itu, ia kemudian mengambil telur yang ada ditangan Alma dan melanjutkan untuk mengupasnya. Alma heran kenapa Ny Yulia melakukan hal itu, bukankah ada telur yang lain yang belum di kupas. Kenapa Ny Yulia harus mengambil yang ada ditangan Alma.
"Namanya juga seorang ibu, pasti ia tahu kalau putrinya sedang mengalami masa-masa sulit. Kontak batin antara ibu dan anak itu sangat kuat. Bagaimanapun seorang anak menyembunyikan masalahnya, pasti seorang ibu bisa tahu dengan melihat wajah anak itu. Lalu mau sampai kapan kamu menyembunyikannya masalah kamu sendirian Alma? Masalah itu tidak untuk di tutupi tetapi diselesaikannya. Apakah kamu tidak percaya sama ibu?" Ny Yulia berkata panjang lebar sama Alma, mungkin dia sudah tidak tahan melihat keadaan putrinya. Ia hanya ingin Alma terbuka.
Menundukkan wajahnya, melihat lantai yang ia pijak sekarang ini. Lantai itu terlihat bersih, tetapi ada kaki kotor yang membuat lantai itu ikut kotor juga. Alma mengambil kesimpulan dari lantai tadi, masalah yang ia hadapi saat ini baginya sangat sulit sekali. Karena ini menyangkut beban perasaan.
Jika ia memberitahu bagaimana keadaan hatinya yang seberapa otomatis Ny Yulia juga ikut menanggung kesedihan yang selama ini Alma sembunyi. Ia berusaha untuk kuat agar ibu dan ayahnya tahu kalau dia baik-baik saja. Sekarang Alma harus benar-benar bisa untuk memberikan alasan yang tepat dan baik.
"Jika Alma tidak percaya sama ibu, bagaimana mungkin Alma bisa percaya sama diri Alma sendiri. Ibu dan ayah adalah orang yang pertama Alma percaya di dunia ini. Tidak ada yang lebih bisa di percaya selain keluarga dekat, terutama orang tua"