Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 47 - Seketika senyuman itu kembali

Chapter 47 - Seketika senyuman itu kembali

Didalam kamar mandi, lagi-lagi Alma memperhatikan wajahnya. Entah apa yang ada di pikirannya. Seketika masa lalunya bersama Arfha kembali terbayang, ia bahkan berusaha untuk melupakan semuanya. Ia teringat senyum manis Arfha waktu mereka bersama dulu.

"Aku tidak boleh lemah, aku harus bisa melupakan semuanya" Ucap Alma, karena tidak mau di hantui oleh masa lalunya Alma dengan segera keluar dari kamar mandi. Ia menyeka air yang ada di wajahnya menggunakan handuk berukuran telapak tangan.

Pertemuan yang sangat menyakitkan bagi Alma. Seandainya Arfha datang menemui dirinya dan minta maaf dengan cara baik-baik mungkin Alma tidak marah seperti ini. Alma benar-benar merasa di permainkan oleh Arfha.

Sedangkan di ruang depan Ny Yulia dan Tuan Mario sedang duduk santai sambil membicarakan Arfha "Apakah ayah masih marah sama Arfha?" Tanya Ny Yulia.

"Ayah bukannya marah ibu. Hanya saja sikap Arfha yang membuat saya seperti ini. Yang saya tidak habis pikir, kenapa dia tidak mencari Alma dan putrinya? Dia benar-benar laki-laki tidak berguna. Seandainya saja Alma mendengarkan apa kata saya dulu, mungkin dia akan bahagia" Jawab Tuan Mario sambil mengepalkan tinjunya.

"Arghhh...ibu juga sebenarnya kepikiran sama Alma. Ibu khawatir dia kembali terluka setelah bertemu sama Arfha"

"Ayah ingin memberi pelajaran anak itu. Dia sudah berani mempermainkan perasaan Putri kita. Ayah tidak akan tinggal diam"

"Apa yang akan ayah lakukan?"

"Saya akan memberi perhitungan, yang jelas saya tidak akan membuka laki-laki brengsek itu menghina keluarga kita"

"Sabar ayah. Ini namanya ujian, mungkin saja Arfha mempunyai alasan lain yang tidak kita ketahui"

"Apapun alasannya ayah tidak akan terima"

Ternyata diam-diam Alma mendengarkan pembicaraan Ibu dan ayahnya dari dalam. Ia baru menyadari betapa sayangnya Tuan Mario sama dirinya. Alma merasa menyesal karena dulu ia pernah mengabaikan permintaan Tuan Mario.

Alma menahan air matanya, ia terlihat semakin merasa bersalah. Alma menyandarkan tubuhnya di tembok tepat disamping pintu rumahnya. Ia bersembunyi sambil mengelus dadanya, berusaha terlihat tenang tapi tetap saja terlihat sedih.

"Saya memang salah ... Saya sudah membuat kedua orang tua saya menanggung beban. Saya memang tidak berguna" Batin Alma, ia menepuk-nepuk dadanya dengan kuat.

Tiba-tiba Aletta beridiri didepan Alma, ia menarik tangan Alma sambil menatap wajah ibunya "Ternyata ibu ada disini' Ucap Aletta dengan kata-kata tidak jelas.

Alma tersadar, ia terkejut melihat putri kecilnya ada disana "Sayang ... Ibu pikir siapa?" Sambung Alma.

"Apakah ibu menangis?" Tanya Aletta.

Alma tersenyum sambil menggelengkan kepalanya "Tidak sayang ... Mana mungkin ibu menangis"

"Kapan begitu temani saya main ya"

"Baiklah sayang ... memangnya kamu mau bermain apa hari ini?"

"Aku mau main petak umpet"

"Siap sayang ... bagaimana kalau kita main petak umpet di halaman belakang?"

"Boleh ibu!"

Alma dan Aletta kemudian berjalan ke halaman belakang. Mereka menghabiskan waktu untuk bermain di sana. Ia dengan senang hati bisa bermain bersama. Mendengar suara tertawa yang begitu renyah dan nyaring membuat Tuan Mario dan Ny Yulia penasaran. Dari mana suara itu. Mereka berdua kemudian berjalan mencari sumber arah suara tertawa yang terdengar di telinganya.

"Ayah apakah kamu mendengar suara tertawa itu?" Tanya Ny Yulia sambil memegang punggung tangan suaminya.

"Ya ibu! Saya mendengarnya dengan jelas sekali. Apakah mungkin itu suara Alma dan Aletta??"

"Ibu juga tidak tahu. Tapi apa mungkin itu mereka?"

"Sebaiknya kita cek saja ibu. Siapa tahu itu benar-benar mereka"

"Ya sudah kalau begitu"

Mereka berdua melihat tawa di wajah Putri dan cucu mereka. Alangkah senangnya sekarang karena Alma bisa tertawa lepas. Ny Yulia dan Tuan Mario sangat bahagia melihat hal itu.

Wajah Ny Yulia terlihat berseri-seri, sambil mengelus dadanya ia menyentuh tangan suaminya "Ayah lihat mereka" Tunjuk Ny Yulia.

"Ya ibu! Ayah senang sekali, terimakasih ya Tuhan atas senyum bahagia di wajah putri dan cucu saya" Ucap Tuan Mario sambil mendongak ke atas. Rasa syukur yang tidak terhingga.

Aletta yang sedang lari-lari kecil tanpa sengaja melihat kakek dan neneknya sedang berdiri di samping pohon palem dekat tembok rumah.

"Ibu bukankah itu nenek dan kakek" Tunjuk Aletta seraya memberikan senyuman bahagia.

"Dimana sayang?" Tanya Alma sambil melihat ke arah tangan Aletta.

"Itu ibu" Tunjuk Aletta lagi.

"Ayah mereka melihat kita" Gumam Ny Yulia, mereka berdua tertangkap basah. Ny Yulia dan Tuan berencana untuk bersembunyilah, tetapi Alma langsung memanggil mereka.

"Ya itu Kakek dan nenek!" Jawab Alma "Ibu dan ayah kemari lah" Panggil Alma.

"Ayah bagaimana ini? Apakah kita Kesana atau tidak?" Tanya Ny Yulia.

"Sebaiknya kita masuk saja ke dalam. Kita tidak usah menganggu kebersamaan mereka dulu" Jawab Tuan Mario.

Sedangkan Alma berbisik kepada putrinya, ia meminta Aletta untuk menghampiri kakek dan neneknya. Jelas saja dengan senang hati Aletta berlari kecil sembari mengayunkan tangannya.

"Ayah lihat Aletta berlari ke arah kita"

Sesampainya didepan Kakek dan neneknya, Aletta meraih tangan mereka berdua dan mengajak mereka berdua ikut bergabung. Ini benar-benar momen paling langka untuk keluarga Mario. Karena mereka jarang sekali bisa bercanda dan kumpul seperti ini.

Keluarga kecil mereka terlihat sangat bahagia, meskipun hidup mereka tidak mewah seperti kehidupan orang kaya. Namun itu tidak menjadi tolak ukur untuk mereka. Kebahgaiaan kota sendiri yang menciptakan, bukan orang lain. Karena orang lain tidak mungkin mengorbankan dirinya untuk membuat kita bahagia.

Rasanya memang kembali menjadi anak kecil lagi, halaman belakang yang tidak terlalu luas, ukurannya sekitar beberapa meter saja. Rumput hijau menjadi penyejuk halaman mereka. Belum juga ada kolam ikan berukuran dua meter, kolamnya memang kelihatan sangat kecil tetapi bisa menampung ikan dengan jumlah cukup banyak.

Tidak terasa rasa sedih dan kehancuran yang mereka rasakan, seketika hilang begitu saja. Sebab ada kebahagiaan tersendiri didalam hati mereka. Wajah yang tadinya terlihat kusut seperti keset seketika kembali cerah seperti bunga mawar yang sedang bermekaran. Satu persatu berpegangan tangan membentuk lingkaran, sedangkan Aletta berlari sendirian mengelilingi lingkaran itu.

"Ya Tuhan ini baru pertama kalinya saya melihat ayah dan ibu tertawa lepas seperti ini. Ya Tuhan aku tidak ingin melihat senyum di wajah ibu dan ayah seketika hilang. Aku ingin mereka tetap tersenyum seperti ini sepanjang masa. Ya Tuhan sungguh, aku bahagia sekali. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan pernah membuat hati dan ibu kecewa lagi. Karena bagiku kebahgaiaan mereka jauh lebih penting. Mungkin ini teguran untuk diriku sendiri, agar aku lebih memperhatikan ibu dan ayah" Batin Alma sambil menatap wajah Ny Yulia dan Tuan Mario.