Sejak Mi Ra tinggal di rumah Tuan Kwak, hampir setiap hari pergi ia ke kantor bersama Kyung Joon. Mi Ra adalah wanita yang cerdas, cekatan, juga rajin sehingga dengan cepat ia menguasai ilmu baru yang didapatnya ketika mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan, mulai dari cara memproduksi kain polos dan kain printing, pengiriman barang ke Surabaya, ke Dubai, dan juga ke Malaysia.
Dia semakin yakin bahwa dirinya sangat kompeten serta pantas bersanding dengan Kyung Joon, apalagi kedua orangtua Mi Ra sudah datang dari Jeju. Mereka mendukung pernikahan putra putri mereka, juga mendukung Mi Ra untuk mengelola perusahaan milik Tuan Kwak bersama Kyung Joon.
Orangtua Mi Ra menginap di otel bintang lima yang mewah, hotel itu berada di pusat Kota Jakarta. Mereka senang sekali berkunjung ke Indonesia karena menurut Tuan Lee dan Nyonya Shin di Indonesia terdapat berbagai tempat wisata yang indah juga menarik. Selain itu mereka juga bisa sering bertemu dengan keluarga Kwak sambil bersantap malam di Restoran Korea, membahas pernikahan Kyung Joon dan Mi Ra.
Semakin lama Kyung Joon merasa semakin tertekan dengan semuanya. Sebuah pernikahan yang dahulu kala pernah diimpikannya, tetapi sekarang dia tidak ingin menikah dengan Mi Ra.
Kyung Joon hanya ingin menjadi menantu Tuan Weng dan menikah dengan Lucia. Bukan menikah dengan Mi Ra dan menjadi menantu Tuan Lee. Dia tidak bisa melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hatinya.
Di kantor, orang-orang mulai curiga kepada wanita asing itu, mereka menganggap Mi Ra sebagai saingan utama mereka. Bahkan ada juga yang berpikir bahwa Mi Ra adalah pemilik perusahaan yang baru yang akan menggantikan posisi Kyung Joon di PT. Nalendra Tekstil.
Seperti biasa, Mi Ra bekerja di dalam ruangan yang sama dengan Kyung Joon. Ia membantu Kyung Joon menyelesaikan masalah-masalah keuangan perusahaan, serta mengatasi beberapa pengiriman barang yang terhambat untuk dikirim ke Surabaya.
"Kyung Joon-a, kelihatannya kau tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah perusahaan yang terjadi belakangan ini. Apa kau sedang memikirkan sesuatu? Kau juga nampak tidak fokus dengan pekerjaanmu ... hmm, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya agar kau kembali seperti dulu," ucap Mi Ra panjang, dia menghela napas dalam-dalam.
Kyung Joon menundukkan kepalanya di atas meja kerja yang berserakan, kedua tangannya terlipat, kala itu pikirannya sedang kacau. Setiap hari hanya ada Lucia dan Lucia di dalam benak Kyung Joon.
Mi Ra menunggu Kyung Joon membalas perkataannya, namun ia tidak menanggapi ucapan Mi Ra. Lalu ia berdiri dari kursi berwarna abu-abu tua, berjalan menghampiri Kyung Joon, dan memeluk erat tunangannya.
"Kyung Joon, mengapa kau diam saja? Apa yang sedang kau pikirkan? Apa kau masih memikirkan Lucia? Aku penasaran ingin bertemu dan berkenalan langsung dengannya," ujar Mi Ra dengan logat Koreanya.
"Sekali lagi aku katakan padamu, kau sudah tahu jawabannya Mi Ra. Untuk apa kau tanyakan lagi apa yang sedang aku pikirkan saat ini??!" tukas Kyung Joon setengah berteriak, dia sama sekali tidak menatap Mi Ra.
"Ingat Kyung Joon, sebentar lagi kita akan menikah. Semuanya sudah dipersiapkan oleh kedua orangtua kita, sebaiknya kau lupakan saja wanita itu. Lagipula, dia sudah tidak bekerja di sini bukan? Tiga hari yang lalu salah satu pegawaimu memberikan dua buah surat pengunduran diri kepadaku, aku tahu seharusnya aku tidak lancang membuka dan membaca surat-surat tersebut. Tetapi aku--"
Tiba-tiba Kyung Joon mengangkat wajahnya dan menoleh ke samping, menatap tajam dan dingin pada Mi Ra. "Apa kau bilang?!! Kenapa kau berani membuka surat pengunduran diri itu?!!"
"Maafkan aku ... waktu itu aku cuma ingin membantumu dan ada sedikit rasa penasaran. Kau juga sedang tidak berada di ruanganmu, jadi aku terpaksa menerima surat pengunduran diri itu dari stafmu yang bernama Ayen," jelas Mi Ra tertunduk, ia merasa tidak enak hati karena telah melakukan sesuatu di luar wewenangnya.
Brakkk!! Seketika Kyung Joon menggebrak meja dengan tangan kirinya di depan Mi Ra, dia tidak menyangka jika Kyung Joon akan semarah itu sampai-sampai memukul meja. Kasar sekali pria itu, sikap Kyung Joon sudah berubah total.
"Sekarang aku akan mengantarmu pulang ke hotel! Aku tidak mau lagi melihat wajahmu di sini!! Kau sangat lancang, Mi Ra-ssi! Sebelum kau pulang, berikan surat pengunduran diri itu kepadaku! Kau simpan di mana suratnya?!" tanya Kyung Joon, emosinya memuncak hingga ke ubun-ubun.
"A--aku menyimpan surat i--tu di laci ke-dua, di meja kerjamu," jawab Mi Ra terbata-bata, dia sangat ketakutan dan kaget melihat sikap Kyung Joon seperti itu.
"Pasti mereka yang mengirimkan surat pengunduran diri itu, aku harus mencari tahu di mana mereka berada! Bagaimanapun juga aku akan tetap menikahi Lucia, Mi Ra! Kalau kau masih ingin menikah denganku, maka aku akan menjadikanmu sebagai istri keduaku. Mengerti?!!" Kyung Joon menghardik Mi Ra.
"Me--mengerti ... maafkan aku," sahut Mi Ra, dia masih tertunduk tidak berani menatap mata Kyung Joon yang penuh kemarahan serta kebencian di dalamnya.
"Baiklah, kalau kau mengerti biarkan aku mencari Lucia sampai ke ujung dunia. Jangan halangi aku dan katakan pada orangtuamu, kalau aku akan menikahi Lucia terlebih dahulu. Setelah semua urusanku selesai, aku akan menikahimu," tegas Kyung Joon seraya mencengkeram lengan Mi Ra.
Mi Ra menahan tangisnya di depan Kyung Joon, betapa sedihnya dia karena dirinya akan dijadikan sebagai istri ke-dua Kyung Joon. Apa Mi Ra akan diam saja menerima keputusan Kyung Joon atau sebaliknya membalas perlakuan kasar tunangannya dengan cara licik juga kejam?
*****
Siang ini Lucia dan Bertha bersiap-siap check out dari hotel, untuk kemudian pergi menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta. Mereka sudah memesan taksi online sementara mobil Bertha ditinggal di hotel untuk satu minggu ke depan.
Lucia berdandan ala kadarnya, ia memakai t-shirt polos merah, celana jeans pendek berwarna biru, dan sneakers pink. Bertha pun sama dengan temannya, dia mengenakan pakaian santai dan kacamata hitam bermerk. Rambut mereka dibiarkan terurai sehingga nampak kecantikan alami yang dimiliki oleh Bertha maupun Lucia.
"Lus, are you ready for vacation?" tanya Bertha tersenyum lebar.
"Of course, My Friend," jawab Lucia, ia tersenyum gembira dan kelihatan sangat bersemangat.
"Have fun," pungkas Bertha pada temannya, "By the way, apa Bu Ayen atau Bu Susan sudah meneleponmu kemarin?"
"Belum, Tha. Pak Daniel juga belum menghubungiku sejak dua hari yang lalu," jawab Lucia datar.
"Kenapa mereka sama sekali belum menghubungi kita, ya? Apa surat pengunduran diri kita belum sampai ke kantor?" tanya Bertha bingung.
"Entahlah," sahut Lucia sambil mengangkat kedua bahunya, "Nanti di Yunani kita bicarakan lagi mengenai surat itu, sekarang kita check out dulu, yuk."
"Okay, Lus," balas Bertha santai, kemudian dia membawa travel bagnya keluar dari kamar hotel. Lucia pun melakukan hal yang sama dengan temannya.
Keduanya pun melangkah ke lift yang berada di sebelah restoran hotel. Beberapa saat kemudian, Bertha menekan tombol lift dan pintu terbuka lebar, lalu mereka bergegas masuk ke dalamnya.
"Saya harap suatu saat nanti, saya bisa bertemu dengan pria tampan itu lagi. Hmm ... dia sangat tampan dan mempesona." Bertha tersenyum, kedua matanya berbinar-binar.
"Kamu ini budak cinta Arya atau apa?? Apa dia sangat istimewa di matamu? Saya harap kamu tidak terjebak dalam cinta sesaat, seperti saya yang pernah terperangkap oleh rayuan Kyung Joon," imbuh Lucia menasihati.
"Tenang saja, saya tidak akan pernah terjebak dalam cinta sesaat. Saya hanya mengagumi Arya," terang Bertha meyakinkan Lucia.
"Sampai kapanpun, saya tidak akan mau lagi membuka hati saya untuk pria manapun, termasuk teman barumu itu," tegas Lucia yang masih merasa kesal terhadap Kyung Joon.
Ting! Pintu lift pun terbuka. "Ayo Lus."
Lucia mengangguk, lalu mereka keluar dari lift dan melangkah ke arah meja resepsionis.
"Mbak, ini kunci kamar kami. Hari ini kami check out dan kami juga ingin menitipkan mobil merah dengan nomor B 3218 BT di hotel ini untuk satu minggu ke depan," ucap Bertha menjelaskan, kemudian ia mengeluarkan kunci kamar berbentuk kartu berwarna hitam dari saku celana jeansnya dan memberikan kartu tersebut kepada resepsionis.
Resepsionis berwajah manis tersebut mengerutkan dahinya. "Kenapa anda menitipkan mobil anda di hotel kami? Jika mobil anda dititipkan di sini tidak masalah, tapi anda harus membayar biaya parkir selama satu minggu ke depan."
"Baiklah, tidak masalah. Sebenarnya saya dan teman saya hendak berlibur ke luar negeri, jadi daripada saya repot-repot membawa kendaraan sendiri ke bandara lebih baik saya titipkan di hotel," terang Bertha.
"Ya sudah, tidak apa-apa, Bu. Selamat berlibur, kami mengucapkan terimakasih karena anda berdua sudah berkenan menginap di hotel kami," balas resepsionis ramah.
"Terimakasih kembali," sahut Lucia dan Bertha serempak.
Resepsionis pun mengambil kunci kamar hotel, memasukannya ke dalam lemari khusus untuk menyimpan semua kunci kamar, lalu memanggil salah satu security dan meminta bantuannya memeriksa kendaraan milik Bertha di tempat parkir.
Bertha sengaja menaruh kendaraannya di hotel agar siapapun termasuk Kyung Joon tidak mengetahui keberadaan Bertha dan Lucia di mana saja, juga agar mereka tidak mencarinya hingga ke bandara.
Apa Kyung Joon bisa keluar dari rumah tanpa diawasi Mi Ra serta kedua orangtua Kyung Joon? Meski Mi Ra tidak lagi tinggal di rumah Tuan Kwak, tapi bukan berarti Kyung Joon terbebas begitu saja dari tunangannya.
*****