Chereads / CEO's Revenge / Chapter 32 - Kebencian Yang Amat Besar

Chapter 32 - Kebencian Yang Amat Besar

Sifat Ryan dan Diana begitu dominan, terutama dalam hal mencari pasangan dan ketika berperan sebagai pemimpin.

Sementara, sifat Arya dan Lucia tidak terlalu dominan juga agresif. Sedangkan sifat Kyung Joon sangat berbeda dari mereka. Sifat agresifnya, obsesi, dan segala macam yang terdapat di dalam dirinya jauh melebihi karakter manusia normal.

Selain terobsesi pada Lucia, dia juga menyimpan kebencian yang amat besar terhadap Bertha. Menurut Kyung Joon, Bertha adalah wanita yang sudah membuat pernikahannya dengan Lucia gagal total.

Padahal selama ini, dia dikenal sebagai staf PT. Nalendra Tekstil terbaik juga berkompeten, namun faktanya Bertha memilih untuk 'mengkhianati' bosnya sendiri yang kerap kali memuji kinerja Bertha di hadapan Tuan Kwak.

Setelah bertemu Eddy di rumah besar bergaya Eropa tersebut, Kyung Joon kembali ke rumahnya meski sesungguhnya ia enggan mengambil semua barang milik Mi Ra dan memberikannya kepada Mi Ra di Hotel.

Terpaksa Kyung Joon pulang ke rumah, iapun bertemu ayah dan ibunya dengan berbagai pertanyaan di benak mereka, terutama ketika ia masuk ke kamar Mi Ra. Mereka bingung mengapa ia tiba-tiba pulang padahal hari masih siang dan saat itu ekspresi wajah Kyung Joon terlihat berbeda dari biasanya.

Mereka sudah terbiasa melihat wajah Kyung Joon yang sedang marah, kesal, gembira, atau bahagia. Tetapi kali ini, wajah itu bukan menampakkan kemarahan juga bukan kebahagiaan yang terpancar dari wajah Kyung Joon.

Tuan Kwak penasaran dan hendak bertanya kepada putranya, apa yang sebenarnya terjadi di antara Kyung Joon dan Mi Ra? Mengapa Kyung Joon begitu lancang masuk ke kamar tamu yang ditempati Mi Ra selama menginap di rumah calon mertuanya?

"Myung Sook, ada apa ini?? Kenapa Kyung Joon tiba-tiba pulang ke rumah? Hari masih siang, tetapi dia pergi dari kantor dan langsung masuk ke kamar Mi Ra. Untung saja, Tuan Jang dan istrinya tidak menginap di rumah kita," ujar Tuan Kwak kesal. Ia berbicara pada Nyonya Ahn, namun netranya terus-menerus mengawasi Kyung Joon dari tempat duduknya.

"Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada Kyung Joon akhir-akhir ini. Aku merasa sikapnya berubah total sesudah pernikahannya dengan Lucia batal dan terutama setelah kehadiran Mi Ra di sini. Sebaiknya kau tanyakan sendiri pada putramu, aku minta kali ini kau jangan menyudutkannya," balas Myung Sook mengingatkan ayah Kyung Joon.

"Menyudutkannya?? Apa maksud ucapanmu tadi?? Apa selama ini kau pikir aku selalu menyudutkan anak itu?! Kalau dia tidak pernah nekat menikahi wanita yang bukan berasal dari keluarga pesaing bisnis kita, tentu aku akan merestui hubungan mereka dan tidak akan pernah memaksakan keinginan kita agar dia menikah dengan Mi Ra," tukas Tuan Kwak seraya menerangkan alasan kepada Nyonya Ahn mengapa dia melarang Kyung Joon berhubungan dengan Lucia.

"Keluarga pesaing?? Yang aku tahu Tuan Ronald Weng bukanlah pesaing bisnis perusahaan tekstil yang kita miliki sejak beberapa tahun lalu, perusahaan beliau bergerak di bidang garment sedangkan perusahaanmu di bidang tekstil. Keduanya tidak sama, Woo Jin," jelas Nyonya Ahn.

"Kau ini pura-pura tidak tahu atau benar benar lupa?? Sebelum Tuan Ronald menjalankan bisnis di bidang garment, ia terlebih dahulu mendirikan pabrik tekstil di Jakarta, lalu usahanya tersebut berkembang dengan sangat pesat sehingga ia memutuskan untuk merubah perusahaan yang dibangunnya menjadi pabrik garment. Aku bilang mereka adalah pesaing terbesar perusahaanku karena hampir semua pembeli, bahkan seluruh toko kain di Jakarta membandingkan kualitas produk kita dengan jenis kain yang diproduksi oleh PT. Cahaya Tekstil. Padahal aku sudah bersusah payah berusaha memproduksi semua jenis kain yang terbaik, sampai menjual kain sutra yang bahan-bahannya didatangkan langsung dari Korea Selatan!" Tuan Kwak mendengus kesal.

"Kalau kau merasa tersaingi dan mereka selalu membandingkan produk kain kita dengan jenis kain yang dulu pernah diproduksi PT. Cahaya Tekstil, mestinya kau tidak usah mempedulikan hal-hal yang akan membuatmu kecewa, merasa gagal, dan sebagainya. Lagipula sekarang perusahan tersebut sudah berubah menjadi garment. Tenang saja, ada Kyung Joon yang akan mengatasi semua masalah di kantor dan di pabrik. Jika diperlukan, suruh Manajer Sung datang ke Jakarta untuk membantu Kyung Joon serta Manajer Jun." Nyonya Ahn memberi saran pada Tuan Kwak, lalu ia menyeruput teh bunga krisan nan harum dan menenangkan.

"Baiklah, aku akan memikirkannya terlebih dahulu. Sung Dong Won adalah salah satu manajer tercerdas dan sangat berkompeten yang saat ini bekerja di bawah pimpinan Kyung Min, aku khawatir jika Dong Won direkrut di Nalendra, Kyung Min akan kesulitan mencari penggantinya." Tuan Kwak bimbang, apakah ia harus merekrut Manajer Sung atau tidak.

Setelah berbincang-bincang di ruang tengah, Tuan Kwak masih menunggu hingga Kyung Joon selesai dengan kegiatannya di kamar Mi Ra, sementara Nyonya Ahn pergi ke dapur menyiapkan hidangan makan siang nan lezat.

*****

Kyung Joon mengobrak-abrik lemari pakaian, laci meja, juga travel bag Mi Ra, sebenarnya apa yang sedang ia cari? Semakin hari tingkah lakunya semakin membingungkan orang-orang yang tinggal di rumah itu, bahkan Kyung Joon terkesan memiliki kepribadian ganda atau mungkin berkepribadian banyak.

Kyung Joon tidak mengerti mengapa dirinya sangat membenci Mi Ra. Sebelum bertemu Lucia lima bulan lalu, ia sempat menghubungi Mi Ra melalui telepon selulernya. Mereka pun berencana pergi berlibur ke Jepang sebelum Kyung Joon menjabat sebagai CEO baru di Nalendra Tekstil.

Pesona apa yang terdapat dalam diri Lucia sehingga siapapun yang melihatnya saat pertama kali bertemu langsung membuat mereka penasaran, tertarik, kemudian jatuh cinta.

Kyung Joon mengacak-acak semua benda yang disimpan di ruangan tersebut, ia sama sekali tidak mau membereskan barang-barang Mi Ra. Ia berpikir untuk membiarkan Mi Ra tinggal di hotel tanpa pakaian, sepatu, make-up, serta barang barang penting lainnya.

Pria itu duduk di atas ranjang empuk sambil melepas penat dan lelah sehabis melakukan sesuatu yang tidak disadari olehnya. Kamar berukuran 5×6 meter itu seperti kapal pecah, di ruang tengah Tuan Kwak masih menunggu putranya keluar dari kamar tamu dengan sabar.

Kyung Joon memikirkan suatu hal yang akan menyebabkan perusahaan Tuan Kwak bangkrut di kemudian hari. Ucapannya pada Mi Ra saat mereka sedang berada di ruang pimpinan sudah direncanakan sejak satu minggu yang lalu.

Antara memutuskan hubungan dengan putri Tuan Jang atau menjadikannya sebagai istri ke-dua.

"Sebaiknya aku memberitahukan mereka mengenai hubunganku dengan Lucia dan Mi Ra, sementara pegawai sialan itu akan aku urus nanti." Kyung Joon mengepalkan tangan kirinya, jantungnya berdegup kencang, amarahnya memuncak sampai ke ubun-ubun.

Nampaknya ucapan CEO tersebut bukan gertakan belaka, tetapi benar-benar akan diwujudkannya untuk membalas dendam pada Lucia serta Bertha.

"Lucia! Tunggu aku di Yunani! Kau tidak bisa menghindariku!" ujarnya geram.

Di pesawat, Lucia sedang menyantap makan siangnya yang terdiri dari spaghetti bolognaise, fish salad, french fries, dan orange juice. Ia ingin melupakan masalah-masalah yang pernah terjadi dengan Kyung Joon, menikmati hidangan yang serba mewah dan lezat adalah salah satu cara Lucia saat dirinya berusaha menghindari banyak hal.

Memuaskan nafsu makan dengan makanan favoritnya, dia berpikir lebih baik menambah berat badannya daripada menyiksa diri dengan cara yang salah seperti melakukan percobaan bunuh diri dan bulimia. Sekalipun tidak pernah terpikirkan dalam benak Lucia untuk melakukan berbagai tindakan yang dianggapnya bodoh dan konyol.

Sakit hati, sedih, benci tentu semuanya dirasakan olehnya saat ini, namun tidak ada gunanya menyimpan semua perasaan itu ketika dia hendak berlibur ke Yunani. Sebuah negara yang merupakan kediaman para dewa dewi pada jaman dahulu.

Ia menyukai pemandangan Laut Aegea yang terletak di antara

semenanjung Balkan Eropa (Yunani) dan semenanjung Anatolia Asia (Turki).

Bertha memperhatikan sikap temannya dengan tatapan keheranan sedari tadi, ia tidak berselera makan karena merasa tidak nyaman dengan sikap Arya ketika mereka tanpa sengaja bertemu di Bandara. Sementara Lucia seolah-olah tidak merasa bersalah terhadap Arya.

"Lus ... kelihatannya kamu sangat menikmati makan siangmu itu. Apa kamu tidak ingat kalau tadi kamu hampir membuat Arya marah sama kita?" tanya Bertha, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tentu saja saya menikmati makanan ini, biasanya meski saya menyantap makanan ini di rumah, saya sama sekali tidak berselera makan. Mengenai Arya, saya tidak tahu harus bersikap bagaimana dan berbuat apa agar dia memaafkan saya. Dia begitu sombong dan arogan," jawab Lucia sebal, ia berbicara sambil memotong ikan yang berbentuk tipis panjang dengan tangan kanannya, matanya terfokus ke makanan yang terletak di atas meja kecil.

"Baiklah, kalau menurutmu dia sombong dan arogan terserah kamu saja," sahut Bertha, cemberut, lalu dengan malas menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya.

*****