Chapter 4 - Resah dan Gundah

Malam yang dingin membuatku resah, angin yang kencang bikin gundah. Angin badai sedang melanda kota kami sekarang ini, Ujian akhir semester sudah didepan mata.

Aku harus mempersiapkan uang jutaan rupiah untuk bayar SPP anak tertuaku, karna sppnya sudah menunggak satu semester. Lagi-lagi dan lagi ini masalah uang dan uang, kegundahanku semakin menyiksa karna belum ada titik terang kemana arahnya pohon uang akan tumbuh heheh.

Dimana aku harus memutar otak lagi kemana aku harus mencarinya, jangan sampai aku terjebak lagi dalam hutung piutang koperasi.

Nthlah aku tak tau harus bagaimana, dan kemana harus mencari solusi, kepasrahan ini sudah diambang batas, aku dan suami berharap dan selalu berharap semoga masalah keuangan keluarga kami terus meningkat.

Untuk minjam aja aku rasanya udah gak tau lagi harus minjam kesiapa. Rasanya muka ini Uda kayak tembok menahan rasa malu. Siap bayar ngutang lagi. Begitulah terus-menerus.

Belum lagi kenduri (pesta) sambung menyambung yang sangat menguras dompet dan menjadi Beban fikiran.karna adat disini kalau kenduri (pesta) apalagi orang terdekat maksudnya saudara dekat kita harus bawa kado yang besar minimal ratusan ribu maksimal jutaan, bukan hanya perempuan saja yang bawa kado atau kasih uang orang laki alias suami juga harus tu, nyumbang beras 1 sak misalnya, atau ikan, atau juga telur berpan -papan atau juga kambing bisa juga uang.

Bayangi aja 1 rumah satu hari mengabiskan uang ratusan ribu, sebulan Uda berapa, dan yang paling parahnya pernah dapat undangan sehari sampe 5 rumah ( 5 tempat pesta), begitulah adat dikota kami kalau kenduri.

Dan kenduri itu bukan hanya pesta nikah aja, sunat rasul dan turun tanah bayi baru lahir juga hampir sama besarnya kayak pesta orang nikah.

***

Aku kasian akan anak-anakku, rasanya sangat kekurangan akan segala hal yang menyangkut dengan uang, belum lagi lebaran haji sudah mendekat.

Malam ini ketenangan ku mulai terusik lagi ketika baca wa di grup sekolah anakku, diingatkan kembali agar melunasi semua kewajiban-kewajiban.

Fikiranku terus melayang-layang memikirkan masalahnya, betul kata pepatah" gak ada uang rasanya mau mati". Dan betul juga kayak kata orang-orang " kalau kita tak punya uang jangankan manusia iblis setan aja benci sama kita", begitulah gunanya kita tak punya uang.

Aku sudah tak mampu berkata-kata lagi, hanya bisa menunggu keajaiban kedepannya, jika Allah berkehendak dalam sekejap saja keadaan akan berbalik, yang penting kita terus berusaha, doa dan ikhtiar itu wajib semuanya.

Lelah rasa hati ini sudah tak tertahankan lagi, memikirkan masalah itu-itu saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 tangan dan jari ku sudah sakit merajang wortel dan labu untuk isian tahu jualan besok, sedangkan sang suami sudah siap menggoreng tahunya, tinggal aku memasak dan masukin isi tahunya, besok pagi tinggal aku goreng, dan setelah selesai di goreng aku mengantar ke warung-warung, inilah yang bisa aku lakukan setiap hari untuk menyambung hidup.

Aku juga sering promosiin ke teman-teman terdekat kalau aku menerima pesanan kue kotak, dan Uda pernah ada yang pesan dulunya 200 kotak tuk acara nikahan, orang gak tau kalau gak dipromosikan, rupanya mereka ada yang tertarik, katanya nanti kl ada acara pesannya ke aku aja.

Aku juga belajar-belajar kue kering, kayak keripik, peyek, makaroni dan kacang asin, kata orang-orang kue bikinan aku enak, cuma aku belum percaya diri aja dengan hasil nya, makanya belum terlalu berani promosiin, aku cuma Tarok di warung-warung orang aja, kl sudah habis laku aku bikin lagi.

Apapun akan aku lakukan untuk mendapat uang yang halal dan berkah, dalam hal bikin-bikin kue tapi ya, kl ada yang pesan aku jarang nolak. Tapi gak tuk jadi asisten rumah tangga, aku gak mampu rasa gak sanggup, jangankan jadi asisten rumah orang, rumah sendiri aja sampe gak ke urus kadang-kadang.

Kami sering curhat masalah keuangan dengan adekku yg paling kecil, kadang-kadang dia Uda gak sanggup mikir lagi, karna katanya dia gak bisa bantu aku, dia aja kesusahan.

Pernah dia bilang" kak bisa gak kita gak bahas masalah keuangan pusing aku kak"

" Iyalah kita bahas yang lain aja"

"Aku bukannya gak mau bantu tapi lagi pengeluaran besar-besaran tuk modal dikebun sawit"

Pernah dia menangis waktu aku butuh uang mendadak dan sangat sekarat. Dia mengis sejadinya dia minta tolong kawannya tuk kasih pinjaman, akhirnya ketemu.

" Lega rasanya kak, Uda dapat pinjaman walaupun gak semuanya sebanyak yang kakak butuh"

"Iya gak apa-apa dek"

"Setidaknya Uda bisa membantu setengahnya aja dulu".

"Iya dek, gak apa-apa, maafin kakak ya Uda repotin kamu, Uda bawa kamu dalam masalah kakak"

" Sekarang giliran kakak yang susah, nanti giliran aku pula"

"Iya semoga nanti bisa bantu kamu balek ya"

"Kakak kan Uda pernah bantu aku pas aku

susah dulu"

" Iya ya, kapan kok kk gak ingat"

" Ahh kakak ni pelupa selalu kayak nenek tua'".

" Hehehe, kataku".

Rupa nya aku sering bantu dia katanya, karna aku ikhlas gak perhitungan dan gak ngitung-ngitung jadi lupa gak ingat lagi, dan memang gak mau di ingat-ingat.

Karna aku berprinsip tidak selamanya hidup ini senang dan begitu juga sebaliknya.

Disaat kita berada diatas jangan lupa ingat yang ada dibawah, dan sebaliknya, kalau kita mengingat orang yang ada dibawah ketika kita diatas mereka akan selalu mengingatnya seumur hidupnya, begitulah yang pernah aku lakukan. Padahal yang aku kasih tidak seberapa, dan disaat itu aku cuma punya sedikit kelebihan saja tidak banyak-banyak amat, cuma karna aku orangnya suka berbagi

*****

Hati yang berkelabu

Hati yang berkelabu

Pagi yang begitu cerah membuat kita semangat untuk bekerja namun tidak secerah secerah hatiku saat, hati resah dan sangan resah memikirkan bagaiman cara membayar spp anakku yang tinggal menghitung beberapa hari lagi, aku berharap Allah kasih jalan yang sangat membantu solusi yang sangat indah tidak dengan jalan pintas.

Harapan hati demi harapan setiap hari semoga menjadi lebih baik dari kemaren-kemaren, aku terus berusaha walaupun selalu dapat jalan buntu, kue jualan aku uda beberapa hari ini kurang laku. Jangankan dapat laba bahkan aku harus ngutang untuk nombok biar dapat modal untuk jualan besok pagi, karna kalau aku berhenti hari ini dan menghabiskan uang itu uda pasti besoknya tidak aka ada penghasilan lagi.

" gimana ini dek uang gak cukup tuk belanja besok"

"Tenang aja abang nanti adek ngutang dulu, besok kan uda laku kita bayar"

Jadi aku dan suami putuskan pinjam uang beberapa puluh ribu aja untuk modal tepung dan minyak biar bisa jualan besok lagi.

Ada satu tempat yang aku tarok kue belum aku ambil duitnya, karna pas ambil tadi orang nya gak ada. Dengan berat hati dan terpaksa aku mengambilnya, biar tidak terlalu banyak tuk ngutang. Rasa nya aku malu mengambil uang lagi walaupun itu hak aku, karna tempat kue uda duluan ambil.

" ini harus kita ambil sekarang uangnya tempat bu Ani"

" adek malu bang, gak berani"

Suamiku meberhentiin motornya dan bertanya" gimana ne dek ambil uangnya, kalau gak kita simpan aja tahunya dan bahan-bahan lainnya dirumah, karna adek malu" gak usa kita jualan aja besok

"Hehehe, apalah abang ne".

Yang buat aku sedih, beras uda habis, token listrik uda hamper habis juga, disini emosi dan fikiran betul-betul sangat diuji, kesabaran yang memang tiada duanya.

Kemaren terpaksa aku beli nasi bungkus yang harga dua ribuan, biar anak ku tidak kelaparan. Sore sudah menjelang malam aku masih menunggu keajaiban dari sang rabbiku, namun keajaiban tersebut tidak juga menghampiriku, aku lelah dengan rasa ini.

Setiap masalah yang aku hadapi jarang menceritakan ke orang tua ku, bahkan boleh kita bilang hampir tidak pernah, aku gak mau orang tuaku susah memikirkan nasib ku.

Kadang-kadang aku diam dalam diam, aku harus berbuat apa, aku harus bagaimana. Biasanya lelaki lebih kuat dan tidak boleh rapuh, aku takut suami ku akan rapuh, namun sejauh ini ia masih bisa aku jadikan sandaran ketika aku rapuh dan goyah, ia mampu menenangkan aku, ia juga mampu menghapus air mataku ketika aku menangis.

Suamiku adalah satu-satunya lelaki yang paling mengerti keadaanku, apapun keinginan ku yang bersifat posif selalu didukungnya, ia lelaki penyabar dan tidak pernah memarahi aku walaupun dengan sekali bentakan saja tidak pernah aku terima darinya. Pernah dulu ketika anak pertamaku masih bayi, dia uda bilang jangan tarok anak diatas kasur, anak lagi baru bisa merangkak, akhirnya sibaby ku jatuh kelantai, dengan suara benturan yang sangat kuat diiringi isak tangis yang sangat kencang, ia terkajet langsung besar suaranya tanpa ia sadari sudah ngebentak aku, setelah itu ia langsung minta maaf sama aku katanya kaget, akupun memakluminya, karna ia gak sengaja. Sebenarnya menurut aku dia bukan ngebentak suaranyanya juga gak sebegitu besar, dianya aja yang lebay hehehe.

Ia menyayangi aku dan mencintaiku dengan segenap jiwa dan raganya. Kami menikah hamper sepuluh tahu, aku belum pernah menerima perlakuan kasar darinya dia tidak pernah main tangan, dia adalah laki-laki yang paling lembut yang pernah aku kenal, bicaranya saja sangat pelan, kadang-kadang aku malu sendiri, aku sebagai wanita sering kali ditegurnya" dek jangan besar-besar kali suaranya, pelanin sikit volume suara adek, malu didengar tetangga".

Aku punya dua orang anak, yang tua perempuan dan yang paling kecil laki-laki, kan tau sendiri kalu uda jadi mak-mak suaranya gimana, apalagi seumuran anak aku lagi aktif-aktifnya, aku juga sering bilang kalau mau pergi kemana-mana bawa anak-anak hilang wibawaku gara-gara mereka. Tingkahnya selalu bikin kita gemes, ahh itulah yang namanya ibu-ibu, harus banyak-banyak bersabar.

Kepala ku tambah pusing yang aku harapkan pun tidak ada titik terang, penghasilan semakin hari semakin berkurang, akhinya oh akhirnya aku terjebak lagi dalam koperasi yang mencekek leherku. Mencekek leherku artinya aku sudah menambah beban hutang lagi, beruntung juga aku bisa mengenal anggota koperasi bisa membantu aku, dan ini sudah ditahap pencairan yang kedua, semog kedepan rezekiku lancer-lancar aja, dan bisa menutupi kebutuhanku.

Dan masalah Spp anakku selesai jika uang itu keluar.

Namun aku harus memikir gmn cara mendapatkan uang yang banyak untuk membayar cicilan disetiap minggunya. Ini beban yang bertambah dan bertubu-tubi, andainya gak ada storan tiap seminggu sekali dan dua minggu sekali, aku pasti bisa nabung uangnya disetiap hari..

Bersambung….