Chapter 7 - Sugestikan diri

Aku telpon adek bungsu ku, adekku yang nomor 4 namanya Rizka prilia adela, dia yang sudah nikah kebetulan suaminya kerja di kabupaten tetangga, yang mengharuskan rizka tinggal terpisah dari kami, dia sudah sewa rumah dan ikut suaminya.

selama aku telponan yang kami bahas hanya kesusahan ku saja, tentang hati yang sama sekali tidak aman, aku ceritakan semuanya apa yang dibilang sama adek ketiga ku Kirana Adinda Mahalani.

Setelah semuanya aku cerita sambil menangis terisak-isak ke Rizka, dia bilang " kakak yang sabar ya, aku gak tau harus bilang gimana, karna semuanya lagi butuh, mgkin kak Kirana bilang gitu dia juga lagi pusing mikirin nya kak"

"Nthlah dek, kk Uda pasrah, kk gak mau Tlp lagi kak Kirana biarin aja"

" ydah ya telponnya kakak matiin ya kakak gak banyak pulsa dan paket nelpon ne"

fikiranku melayang-layang, kosong dan hampa, aku berharap dapat solusi yang terbaik, sekarang yang ada dalam fikiran gimana caranya melunaskan semua hutang-hutangku.

Ya Tuhan sebegini beratkah cobaan ini yang harus aku lalui dan hadapi, sungguh aku sudah tidak mampu lagi berada di titik terlemah seperti ini, apakah sudah tidak ada jalan lagi yang harus aku tempuh, mengapa hal tersulit saja yang selalu aku lalui sepanjang tahun ini, aku ingin bebas aku ingin tenang menikmati hidup.

Kadang-kadang aku kuatkan hatiku dengan men sugesti diriku sendiri akan hal yang baik- baik saja, untuk menjaga dan menata hatiku, aku selalu bilang " aku akan sukses suatu hari nanti, tidak akan ada lagi air mata kesedihan suatu hari nanti", aku harus kuat, aku akan punya mobil mewah dan rumah bertingkat sambil aku shalawatin itu selalu yang aku ucapkan ketika hati ini rapuh".

aku selalu sugestikan diriku dengan hal-hal yang positif, karna aku yakin suatu saat aku akan sukses dan berjaya, Insya Allah.

Aku punya mimpi jika aku sukses aku akan bantu orang-orang yang kesusahan agar mereka tidak akan merasakan susah seperti aku. semoga itu terwujud.

Suamiku pulang kerja aku berusaha tidak langsung menceritakan apa yang telah terjadi barusan dengan dek Kirana, tapi karna dia bertanya terpaksa aku bilang nanti aja adek cerita masalah sama Dek Kiran.

Dan setelah duduk beberapa saat suami bertanya lagi gak enak hati rasanya langsung aku ceritakan semuanya, untung air mataku sudah kuat terbedung dan tidak tumpah lagi.

Alhamdulillah juga suami diajak Abang sepupu aku tuk panen Buah pala dikebun Abang Ku itu, walaupun belum selesai ada beberapa batang lagi yang belum dipanen, besok harus dilanjutin lagi, setelah dipetik, belah buang kulitnya diambil bijinya lalu dijual.

disini ditempat aku tinggal daerah penghasil pala, coklat, dll. pala dipanen 3 bulan sekali, proses panennya kalau banyak membutuhkan waktu beberapa hari, dan membutuhkan pekerja beberapa orang biar cepat selesai.

satu pohon aja yg dipanen membutuhkan 4 atau 5 orang, yang satu orang manjat ke pohon untuk memetik, 1 orang mengumpulkan, dan yang lainnya belah buah pala tersebut ambil biji yang didalamnya.

*****

bersambung....