terlahir dari orang tua yang baik dan memegang teguh prinsip agama, terkadang prinsip yang dipegang bukanlah dari Pegangan yang kuat dan kadang-kadang cuma hanya mendengar ceramah dari seorang ustad dan ustazah dan tidak mau mencari kebenarannya dalam Alquran dan hadist, hanya mendengar saja sudah langsung mengiyakan dan tanpa berfikir panjang.
aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara,. yang ketika kami selah faham aku adalah satu-satunya yang tidak ada pembela, kalau aku bertengkar dengan dengan adik laki-laki ku si Reza dia dibela sama Mak, kalau aku bertengkar atau selisih faham sama Kirana dan Rizka mereka berdua dibela sama Mak dan ayah.
aku selalu berada di pihak yang salah, walaupun aku benar sekali pun dalam hal mengajari mereka tapi aku tetap disalahkan aku tetap dimarahin, dan bahkan tak segan-segan di caci dimaki dihina bahkan mendapatkan perlakuan kasar, aku dipukulin dengan benda apa saja yang dekat dengannya ketika marah, itulah ayah aku.
dan kalau berbuat salah dengan ibu ku atau Mak ku aku juga selalu dapat perlakuan yang sama seperti yang ayahku lakukan, bedanya ibuku tidak pernah main tangan, cuma Omelan, umpatan cacian dan sebagainya selalu aku terima.
aku selalu merasa asing dirumahku sendiri, aku tidak pernah merasakan kedamaian dan ketenangan, pernah aku berfikir jangan-jangan aku bukan anak kandungnya, aku anak pungut, yang dipungut dipinggir jalan, atau bahkan aku anak tiri, anak yang tidak diharapkan.
bertahun-tahun aku merasakan hal yang sama ketika aku berbuat salah, kalau masalah hati jangan ditanya lagi, sesakit apa hati ini, dan Uda sekebal mana hati ini, aku tidak pernah mencoba curhat sama orang, dan aku selalu bersujud disajadah di sepertiga malam.
aku selalu yakin suatu hari nanti anak yang selalu diremehin, dipandang rendah, di caci dihina bahkan tidak pernah dianggap ada akan sukses dan akan jadi anak yang paling dibanggakan.
pernah suatu hari Riana menghidupkan handphone aku, pas lagi waktunya shalat Jumat, aku melarangnya, Uda berkali-kali larangan aku tidak diindahkannya,.
"Riana matiin hape kakak, orang lagi shalat Jumat, jangan di hidupin keras-keras"
"mmm, katanya"
namun hapenya tidak juga dimatiin, aku langsung merampas dari tangannya karena itu hape aku yang dipakeknya buat dengarin musik, dan terjadi perlawanan hebat akhirnya kami saling bergulat satu sama lain bukan bertengkar atau baku hantam, cuma sekedar dorong mendorong aja, ibu ku langsung datang marah-marah sama aku dengan bentakan yang keras dan mata melotot tak lupa pula hinaan dan cacian di lontarkan ke akunya.
aku bilang, kami gak betengkar aku coba jelasin panjang lebar, namun aku tetap disalahkan.
"biarin aja, ngapain suka kali ngusin dia"
ya Allah aku langsung masuk ke kamar nangis sejadi-jadinya, sambil nangis ku bilang Ya Allah aku sudah tidak kuat lagi hidup dengan orang tua kandung ku sendiri, perlakuan nya selalu beda antara ke tiga anaknya, apa salahku ya Allah.
kata-kata yang sangat menyakitkan dan menyayat hati selalu aku terima, aku selalu di cap anak durhaka anak yang tidak pernah tau berterima kasih, Uda dibesarin Uda dilahirin pas Uda besar selalu nyusahin.
" kamu tuh numpang disini kalau Uda gak sanggup lagi tinggal disini silahkan pergi dari sini, bungkusin semua bajunya silahkan pergi kemana kamu mau, aku tidak Sudi punya anak seperti kamu.
hari demi hari tahun demi tahun dari kecil hingga aku beranjak dewasa, itu-itu aja yang keluar dari mulutnya, aku tidak punya tempat mengadu, karna itu masalah keluarga, aku tidak mau jadi anak durhaka, namun sudah terlanjur di cap durhaka. aku pernah bercerita kepada orang lain terhadap perlakuan orang tua ku kepadaku, aku selalu tertekan baik fisik Maupun psikis aku Uda hancur bertaburan bagaikan debu dibawa angin yang tidak bisa kita pilih dan kita satukan lagi, namun aku selalu mencoba untuk kuat, selalu mencoba untuk tegar, walaupun aku rapuh tapi aku tidak pernah menampakkannya.
orang selalu berfikir aku anak kesayang, aku tidak pernah dibandingkan aku selalu disayang dan dimanja orang tuaku, karna orang tuaku PNS mereka berfikir aku hidup bergelimang harta, apapun yang aku mau selalu tersedia padahal tidak sama sekali, kalau aku menginginkan sesuatu tidak dengan mudah segera aku dapatkan aku harus tunggu bertahun-tahun baru bisa mendapatkannya, dan bahkan kadangkala aku sudah lupa dan sudah tidak menginginkan lagi, bahkan hanya perlakuan kasar yang selalu aku terima, padahal ibuku adalah seorang pendidik tingkat dasar, tapi entah kenapa begini aku sungguh tidak mengerti.
aku selalu membatin dalam hatiku, Ya Allah ampuni dosa ibu bapakku, bukalah hatinya agar selalu berlaku adil dan tidak membandingkan aku dengan adik-adikku. Allah maha tau dan maha segalanya.
aku tidak pernah diberi kebebasan dalam memilih dan mengambil keputusan aku selalu diatur selalu diremot sesuai keinginan Meraka, bahkan tuk melanjutkan sekolah menengah atas aja aku tidak boleh mimilih, harus mereka yang pilih. sakit oh sakit selalu yang aku rasa.
aku cuma bisa menangis dan mengadu pada sang rabbiku, karna bagiku menceritakan kejelekan orang tua pada orang lain itu merupakan aib yang paling besar, aku selalu menutupinya, walau aku tersakiti.
ketika memilih sekolah menengah atas aku padahal maunya kesekolah Aliyah karna itu sekolah agama, pasti banyak pelajaran agama, itu juga ditentang oleh mereka, aku gak boleh mendaftar kesana aku harus masuk ke pesantren, sedangkan aku gak mau kepesantren sekarang aku mau selesaikan sekolah Aliyah dulu baru masuk pesantren dan setelah pesantren beberap lama aku mau lanjutin ke bangku kuliah, itu ditentang keras pokoknya aku gak boleh ke Aliyah, kalau kamu gak mau mendengarkan kata-kata kami, silahkan ambil baju pergi kemana kamu mau, kamu sudah bukan anak kami lagi ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜, nyesek banget memang.
selalu mengurut dada mencoba untuk bertahan, bahkan aku pernah terlintas untuk mengikuti tantangannya, aku mau pergi dari rumah ini, tapi aku gak tau harus pergi kemana, masih juga mikirin malu orang tua, digunjing tetangga, Masya Allah sakitnya, mungkin kalau orang nekat gak mau mikirin lagi panjang lebar udah ambil langkah seribu.
dan juga pernah terlintas dibenak ku akan mengakhiri hidup, agar tidak jadi beban lagi dalam hidup mereka, tapi aku juga masih berfikir panjang, orang yang bunuh diri adalah perbuatan yang paling dibenci sama Allah dan itu merupakan dosa besar, karna kebanyak mikir akhirnya aku urungkan semua niatnya, aku hanya pasrah mau dibilang apa saja silahkan, aku sudah tidak peduli, akan aku buktikan suatu hari nanti aku akan jadi mutiara yang berkilauan walaupun dalam lumpur, aku juga akan menjadi tetesan embun yang sangat nikmat dikala mereka kehausan, tunggu aja waktunya semua.
nanti suatu saat anak yang tidak diharapkan dan tidak berguna, akan menjadi yang paling diharapkan