Sore hari aku berjalan sendirian menuju sekolah Menengah Atas favorit dikabupaten aku saat itu, aku mau pergi latihan.Tepatnya aku masih kelas 3 sekolah Aliyah aku adalah salah satu anggota olah raga cabang atlit anggar dan cabang pramuka. kami numpang latihan disekolah tersebut. aku berjalan sendirian melewati lapangan bola dan sungai terus menaiki jembatan tinggi dengan berjalan kaki, biasanya aku selalu berdua ketika pergi latihan dengan kawan aku, namanya Yena, kami sekampung satu sekolah dan sekelas, pas kelas 3 kami berpisah aku memilih IPA dan dia memilih IPS, awalnya aku pilih IPS dan setelah fikir-fikir aku lebih suka ke IPA, aku pindah jurusan lagi padahal dia Uda tandain bangku untuk aku, aku gak boleh jauh duduk dari Yena, tapi itulah anehnya kami, kami tidak pernah duduk sebangku berdua, dan kami juga punya geng masing-masing, pas sampe kesekolah kami langsung berpisah, dari rumah kami berdua, main dikampung dan main sore kami juga selalu berdua.
geng dia rata-rata pemberani semuanya beda dengan geng aku, Sama persis kayak aku kebanyakan kalem-kalem.
tetiba disuatu sore aku lagi -lagi jalan sendirian karna Yena ngambek gak mau pergi latihan, aku jalan melewati sungai, apa dipengkolan jalan sungai disitu ada semacam warung ibu itu jualan macam-macam makan ada juga mie so dan lainnya kami kadang-kadang sering singgah disitu, didepan warung ibu Eti ada terpakir sebuah sepeda motor bermerek Supra fit, motor yang paling keren dan lagi booming saat itu, didalam warung itu pemiliknya penampilan kayak seorang ustadz, yang berperawakan tinggi putih berpeci berjenggot agak sedikit berisi badannya, hatiku berbisik lirih saat itu "aku suka seorang ustadz ya Allah semoga aku bersuamikan seorang ustadz nantinya"
hampir setiap hari aku lewat selama tiga hari berturut-turut beliau selalu ada dikantin itu.
dihari ke empat aku pulang sekolah aku dipanggil sama Bu Eti
"rani, sini dulu, panggilnya"
"ada apa Bu"
"mau tanya sesuatu boleh"
"tanya apa, tanya aja"
"semisal ada orang yang suka dan mau sama kamu gimana"
" mau gimana maksudnya, aku gak faham Bu, intinya aja ibu bilang"
" gini ceritanya, selama beberapa hari ini ada keponakan ibu ustadz yang duduk disini yang pas kamu lewat Setiap hari dia suka sama kamu dia pengen kamu jadi istrinya dia mau mau melamar kamu, gimana mau gak"
"gak tau Bu coba Rani Fikir dulu ya".
dalam hati aku berbisik lagi ya Allah rupanya keinginanku terkabulkan, berharap keadaan lebih baik. namun apa yang terjadi petaka yang akan menimpa aku, karna bagi aku seorang ustadz itu suci semua baik tidak pernah melakukan kesalahan, namun aku salah.
aku pulang kerumah ceritakan semuanya sama Mak dan ayah, sambil aku menangis terisak-isak membujuk orang tuaku agar menolak lamarannya, karna setelah pertemuan aku dengan sang ustadz aku terlanjur bilang terserah orang tau ku saja, dan rupanya dia tidak mau aku melanjutkan pendidikan kebangku kuliah dia mau menjadikan aku sebagai IRT token, sedangkan aku punya keinginan tuk melanjutkan sampai keperguruan tinggi, aku merayu dan membujuk orang tua ku dan akhirnya aku kalah, orang tua ku tetap menerima lamarannya dan akhirnya kami tunangan.
pas acara tunangan ketemu antara kedua keluarga besar kami dan semuanya mereka bersepakat agar jangan lama-lama tunangannya nanti masuk angin, aku gak faham apa maksudnya masuk angin, rupanya nanti banyak masalah kedepannya itu maksudnya masuk angin heheh, mereka mufakat dan mengambil kesimpulan aku nikah bulan 7 atau bulan Juli, pada saat itu padahal aku masih duduk dibangku sekolah dan masih kelas 3 disekolah Aliyah belum lagi ujian nasional, aku sempat kecewa dengan orang tua ku ingin menguburkan semua impian aku yang sudah lama tertanam dalam benakku, rasa kecewa yang begitu mendalam aku rasakan saat itu, namun apalah dikata aku hanya bisa pasrah berharap dapat mukjizat sama Allah agar bisa melanjutkan semua keinginanku.
pengen rasanya mengakhiri hubungan ini, tiap hari aku bagaikan tinggal dineraka, semua gerak langkahku terbatasi kenama aja aku gak boleh pergi aku bagaikan tahanan lepas, harus tertahan semua nya tidak bisa sebebas dulu lagi, belum algi tiap hari perang mulut dengan orang tua, orang tua yang sangat tempramental hampir setiap hari aku dapat perlakuan kasar tamparan, cai maki, pukulan itu yang selalu aku rasakan, jangan sampe aku memutuskan hubungan ini katanya, karna kami punya adat jikalau memutuskan hubungan pertungan sebelah wanita itu seberapa mahar atau uang yang dikasih pihak laki-laki dikata harus bayar dua kali lipat, kalau diputuskan sepihak oleh laki-laki maka maharnya tersebut hangus, jadi gak milik sang perempuan.
hari demi hari itu yang aku rasakan bahkan sampai tiba pada suatu hari terjadi perdebatan sangat hebat dengan ayahku aku dipukulin dengan kabel listrik, bayangin gimana sakitnya sampai-sampai berjejak persis seperti kabel listrik dibadanku, itu bukan sekali dua kali dan berkali-kali, aku cuma bisa menangis dan menangis. ya Allah aku sudah tidak kuat lagi, tolong akhiri semua penderitaanku ini.
belum lagi dari pihak tunanganku aku selalu dimata-matai kemana gerak langkahku, sampai pada suatu hari hampir terjadi pertengkaran hebat juga, padahal kami jarang ketemu tapi karna dia pasang mata-mata dan fitnah itu terjadi, aku dituduh pacaran dengan seorang polisi padahal apa yang mereka lihat diseperti yang terjadi, aku sama sekali tidak kenal dengan Abang polisi tersebut, Masya Allah betul2 fitnah lebih kejam, disinilah mulai terjadi pertengkaran hebat sampai akhirnya hubungan ini berakhir, mereka yang ambil keputusan dan mereka yang memutuskan semuanya, dari pihak kami cuma bisa menerima saja, sebenarnya sesuai perjanjian adat uang mahar hangus, tapi orang tuaku tetap mengembalikan uang mereka agar tidak terjadi masalah lagi kedepannya nanti.
hubungan kami telah berakhir, orang tua malu dan harus menanggung malu, seolah-olah aku telah melahirkan anak haram, begitulah kalau kita diputuskan hubungan pertungan didaerahku, sampe2 keluarga besarku juga menanggung malu, adek ayahku dibully sama tetangganya dan sampe akhirnya mereka betengkar begitu juga dengan Abang ayahku, pokoknya berita itu trending topiklah saat itu dikampung ku, karna mereka berfikir aku yang bersalah, tanpa mau mencari kebenaran apa yang terjadi begitulah masyarakat Indonesia.
hari demi hari aku semakin beban, sampai pada akhirnya aku dibawa pulang kerumah makcik aku yang tetangga kampung, untuk menghindari amukan ayah aku, karna dia juga marah sama seperti orang-orang tidak bertanya kepada aku apa yang sebenarnya terjadi langsung mengambil kesimpulan dan keputusan sampai aku bernazar dalam shalatku aku bersujud dan berdoa" ya Allah jika memang dia jodohku dan yang terbaik untukku dekatilah aku dengannya walaupun kami diambang perpecahan dan perpisahan, namun jika sebaliknya maka jauhkan aku darinya"
sampai dihari terakhir dimana diujung penantian menunggu keputusan aku hanya mendengar cerita-cerita yang terjadi dari makcik aku, akupun punya keinginan dan mengambil kesimpulan ya Allah aku bernazar pisahkan aku dengan dia aku benci dia, Jika aku terpisah maka aku akan puasa sunat dua hari dan sedekah tuk anak yatim semampu aku. setelah semuanya usai aku membayar janjiku dengan sang pencipta ku.
Alhamdulillah ya Allah lepas semua beban begitulah Fikir aku, namun apa yang terjadi aku malah lebih tersiksa dan menderita lagi dari pada yang sudah-sudah, orang tuaku punya ide aku akan diantarkan kepesantren salah satu yang ada di kecamatan aku, dimana pesantren itu menganut faham perempuan tidak boleh sekolah tinggi, sefaham dengan mantan tunangan aku, musibah lagi yang terjadi, disini aku merasakan betul-betul seperti tahanan yang tidak akan pernah tau kapan bisa keluar dari penjara ini, tidak boleh ngomong dengan yang bukan muhrimnya dan tidak boleh menatapnya, ketika bertemu dengan lelaki kita harus lari tidak boleh melayaninya, dan banyak lagi lainnya, ini sangat tidak masuk diakal dan fikiran ku, aku berfikir apakah Islam mengajarkan seperti ini, bukan Islam itu indah, rupanya itu adalah faham salafi. pemimpinnya adalah salah seorang ulama terbesar juga kabupaten tersebut dan yang paling disegani seluruh masyarakat setempat dan beliau juga dikenal seprovinsi bahkan konon katanya dikenal sampai keluar negeri oleh orang-orang tertentu.
dan ini tidak berlangsung lama aku hanya mampu bertahan hanya dalam hitungan bulan.
dan pada akhirnya disinilah awal mula cerita dimulai..
pada suatu hari disore hari kami sesama santri lagi bercerita masalah santet, kata salah satu temanku kalau terkena santet kita resah dan gelisah, apalagi kalau mendengar suara adzan dan ngaji kayak orang keselek makananan dia bercerita panjang lebar, dan sesuai pengalaman nya, katanya salah satu saudaranya yang jadi korban santet, aku hanya diam seribu bahasa tidak menyangkal apa yang diceritakan, karna aku merasakan hal yang sama apa yang dia ceritakan, aku hanya berharap sama sang rabbiku aku bukan seperti itu aku rasa ini hanya perasaan aku sesaat saja, karna aku yakin aku gak akan seperti itu, insya Allah gak.
tiga hari sudah berlalu berturut-turut ketika sore hari itu selalu yang aku rasakan aku coba lawannya dengan ngaji, pas jam 05.00 sore hari aku selalu datang lebih cepat ke asrama ngaji, aku sudah siapkan semua kitab yang akan kubawa dari asrama tidur ke asrama ngaji, agar tidak ada yang ketinggalan dan tidak bolak balek. tepatnya dihari ke empat perasaan aku sudah berubah menjadi lebih ganas, aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain, ketika aku menghafal kitab tidak masuk-masuk diotakku, aku marah rasanya ini bukan aku, aku masih sadar waktu itu, dan setelah itu antara sadar dengan tidak aku membanting kitab, semua kawan-kawan ku tercengang karena mereka tahu aku tidak seperti itu, aku mulai menangis dan setelah itu aku pingsan tak sadarkan diri.
menurut cerita Mak dan ayah aku sudah tidak sadarkan diri selama 7 hari 7 malam berarti kan Uda seminggu lebih, kata mereka aku tidak makan dan tidak minum, setelah aku pingsan dari pesantren dibawa ke Puskesmas karna itu yang paling terkenal dan terpercaya saat itu, dipuskesmas di ceck semua nya normal tidak ada penyakit, aku sempat sadar sebentar dan ketika ditanya kata mereka aku tidak mengenali satu orang pun, dan akhirnya aku dibawa pulang kerumah.
dari malam sampai pagi kedaanku hanya begitu-begitu saja tanpa ada perubahan yang signifikan, orang tuaku mencoba mengobati ku dengan cara non medis pula, dipanggilnya beberapa orang ustadz dan orang-orang yang bisa mengobati yang terkena penyakit seperti itu, namun gak ada hasil hingga sampai ke yg 8 (delapan) dan inilah orang yang terakhir mengobati aku semuanya menyerah, orang tua hampir kehabisan akalnya, aku persis kayak mayat hidup manusia yang masih bernyawa dan tidak bergerak sama sekali, layaknya orang mati suri, akhirnya kedua orang tuaku pergi ke orang pintar sang orang pintar itu menerawang dengan mata batinnya, siapa yang bisa mengobati aku.
singkat cerita aku diobati oleh orang yang mampu karna kiriman ini sudah sangat kuat susah untuk digoyahkan, pas di hari ke 7 aku sakit aku baru bisa mengenali orang sudah normal layaknya manusia biasa, tapi tidak total sembuh, aku belum bisa bangun aku persis layaknya orang lumpuh, mau ngapa-ngapain harus dipapah dan harus ada tempat aku bersandar karna kepalaku sama sekali belum bisa tegak persis seperti bayi baru lahir.
bersambung