Chapter 16 - Pantangan

pantangan

aku terus dipantau sama tukang obatinnya dan itu semua tidak lepas dari pantangan-pantangan yang membuat aku lumayan tersiksa dan terpenjara dalam rumahku sendiri, tapi berkat kesabaran dan kegigihan orang tuaku menjaganya Alhamdulillah semua pantangan itu mampu aku lewati satu persatu tanpa hambatan sesikitpun

pantangan pertama: aku tidak boleh keluar dari rumah di Minggu pertama, dan setelah Minggu kedua kamu boleh keluar dipekarangan rumah saja belum boleh keluar dari halaman rumah dan tidak boleh jauh-jauh, Minggu ke 3 aku baru boleh main disekitaran rumah dan tetangga belum boleh main keluar dari kampung, genap satu bulan baru boleh beraktivitas seperti biasa

pantangan kedua: aku tidak boleh makan, makanan dari orang yang kasih, misalnya ni ada tetangga yang mau kasih makanan atau apapun itu tidak boleh, tidak boleh masuk apapun barang pemberian orang kedalam rumah selama aku belum sembuh total

pantangan ketiga: aku tidak boleh memanggil dan menjawab panggilan orang lain dari luar rumah. kalau bahasa daerah ku katanya seumangkle heheh...

pantangan ke empat: gak boleh dilangkahin punggung aku, kalau orang lain mau lewatin aku harus lewat didepan gak boleh lewat belakangan aku, pernah aku melanggar pantangan yang ini bahkan sampai sekarang kalau orang lewatin belakang aku aku merinding seolah2 kayak digerundungi makhluk gaib, pokoknya merinding sejadi-jadinya, begitulah yang aku rasakan kalau melanggar pantangan ini baik disengaja ataupun tidak disengaja.

pantangan kelima: aku tidak boleh pergi atau ngelayat ke orang yang baru aja meninggal atau yang masih ada mayat dirumah, sampai aku tua dan beranak cucu, ini di bilang langsung sama bapak yang obatin aku selepas aku sadar dan tidur nyenyak ku hehhe, maksdnya selepas aku sadar dari pingsan yang berhari-hari, pernah baru beberapa bulan sembuh dan saat itu ada saudara dekat yang meninggal dan tetangga dekat rumah, aku penasaran kali mau tau apa yang akan terjadi kalau aku melanggar, aku sudah keluar dari pintu dan mau pergi kerumah duka yang baru aja meninggal, aku langsung ditarik sama Kirana sambil dia marah-marah,

" kak, jangan macam-macam kakak jangan bikin kami susah dengan kembalinya sakit jahannam tersebut, kami Uda lelah melawan penyakit kakak, tolong kakak jangan pergi kalau kakak sayang sayang sama kamu semua, lebaran tinggal 2 minggu lagi kak, kita mau bersenang-senang, kami gak mau jagain kakak lagi kalau sakit, sambil dia marah-marah dan mata sendu"

kebetulan lebaran memang tidak lama lagi, aku jadi sedih juga dengar kata-kata nya Rana dan akhirnya kuurungkan niatku, dan kembali masuk kedalam rumah, meningat gimana susahnya mereka berusaha tuk aku sembuh, sampai ke hutan-hutan mereka mencari berbagai macam dedaunan tuk obat aku agar aku sembuh, bikin aku sedih dan tersentuh

aku pernah mencoba juga pergi ke melayat ke kawan ku yang meninggal karna kecelakaan, kami pergi pas di hari ke 7 dia meninggal, aku sudah mulai rada remang-remang hampir gak bisa menguasai diriku saat itu, aku makan cepat-cepat dan langsung aku ajak kawan-kawan cepat pulang, jangan pula aku sempat pingsan dan kambuh lagi dirumah orang.

pantangan ini yang bikin aku ngeri dan penasaran gimana dan apa yang akan terjadi kalau aku melanggarnya, pantangan ini yang paling unggul diantara lainnya, selama aku sakit ada yang mereka lakukan dan ada sebuah benda yang mereka ambil dan dijadikan obat karna sebab itulah lahirlah pantangan ini.

******

Lumut sebagai obat

benda yang mereka ambil adalah lumut dibatu nisan orang yang sudah meninggal dan selama hidupnya tidak pernah meninggalkan shalat, jika benda tersebut tidak mereka temukan mungkin aku tidak bisa menghidup lagi udara segar dan menikmati indah beserta megahnya dunia ini.

benda tersebutlah salah satu syarat terakhir dan ikhtiar terakhir agar bisa membangunkan aku dari tidur nyenyakku atau menyadarkan aku dari pingsan yang sudah berhari-hari, dan Allah masih punya cara memberikan aku umur panjang, akhirnya ayahku mengingatkan salah seorang kerabat dekatnya yang selama hidupnya tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu, benda tersebut pun didapatkan, dan obat pun mulai diracik akupun tersadar kembali.

selepas dari itu aku betul-betul dikontrol dan dijaga aku gak boleh terbengong - bengong, aku gak boleh kosong fikiran, aku harus diajak bicara terus walaupun pada saat itu aku masih kayak orang lumpuh belum bisa ngapa-ngapain dari segi makanan juga dijaga, disini makanan juga ada beberapa pantangan yang belum boleh aku makan. kawan-kawanku selalu menjenguk aku tiap hari dari sore sampai malam.

walaupun dijaga dan terus dijaga disaat mereka lengah aku juga sempat beberapa kali tak sadarkan diri namun itu tidak berlangsung lama kadangkala ada yang hitungan menit bahkan ada juga yang hampir sejam, orang tuaku mulai panik, mereka takut aku sakit lagi dan kembali tidur panjang, dan mereka sepakat akhirnya aku dibekali penangkal berupa dibuat sekayak kalung dan dikalungi dileher dan perut, dibuat dari kulit kayu yang bau nya aja minta ampun, selagi dibuat kalung penangkal itu aku gak sanggup cium saat itu aku hampir tumbang lagi untuk kakek Daud yang obatin aku itu sigap dan bisa dikendalikan lagi akunya sama beliau

penangkal itu dibuat dan diracik kek Daud dengan ayahku sore hari dan dibacakan beberapa ayat Alqur'an dan juga dishalawatin agar aku tejauhkan dari dari gangguan sihir dan santet tersebut.

namun seberapa keras pun mereka berusaha rupanya santet itu lebih kuat dari yang mereka duga, penangkal tersebut lepas sendiri kayak orang buka tanpa cacat sedikitpun, ini yang aneh dan tidak masuk diakal dan sangat berantem dengan logika ku kala itu. aku sangat terheran-heran sama sekali tidak pernah terfikir olehku akan bisa terjadi seperti ini, masak kulit kayu yang sudah dijalin begitu rapat, dan sudah diikat dengan simpul mati bisa terlepas begitu saja sangat rapi tanpa cacat sedikitpun...

setelah itu lepas bagaikan ada campur tangan makhluk halus kembali diracik lagi lebih kuat dengan doa dan rukyah-rukyah yang lebih tinggi lagi akhirnya lumayan bertahan hingga beberapa lama, namun setelah itu terlepas lagi bukan putus ya tapi lepas, kejadian yang aneh bin ajaib, belum pernah terjadi selama kek Daud pernah ngobatin orang katanya.

akhirnya semua dilepas dan aku tidak tau apa yang dibacakan kek Daud pas ngobatin aku lagi, karna aku disuruh membelakanginya, katanya kita gak usa pakek kalung itu atau benda itu lagi, kita bentengi dari dalam saja, aku pun menurutinya. dan setelah selesai dia memberi kode ke aku bahwa sudah, dan dia pun berpesan, ingat ya semua pesan-pesan kakek, tolong kalau kamu sayang sama diri kamu sendiri dan keluargamu terutama ayah kamu yang sangat berperan penting disini, demi kesembuhan kamu, sampe-sampe ayah kamu kepijak ular pas mencari obat dan dedaunan yang diperlukan ayah kamu nangis Lo, padahal ayah kamu orang yang paling kuat yang paling disegani disini, orang-orang takut sama ayah kamu, tolong kamu jaga semua pantangan-pantangan yang udah kakek sebutin satu persatu kemaren dan tadi Uda kakek ingatin lagi, kakek mohon dengan sangat tolong ya, tolong kamu indahkan dan tolong kamu jaga agar kamu terhindar dari penyakit ini lagi, kakek cuma bisa berpesan kakek tidak bisa menjaga kamu, kakek cuma bisa bantu kamu menjaga, kamulah yang lebih besar perannya dari pada kekek, kalau bukan kamu yang jaga tubuhmu siapa lagi nak, kakek mohon dengan sangat, dia menjelaskan panjang lebar, aku hanya diam seribu bahasa dan cuma bisa menjawab iya, dan pesannya yang terakhir, jangan tinggalkan shalat dan terus bershalawat karna shalawat juga bisa menangkal sihir. aku menjawab lagi iya kek baik, insya Allah Rani akan berusaha menjalankan pesan-pesan kakek.

hari-hari berlalu aku mulai merasakan kenikmatan dari sembuh perlahan-lahan namun itu tidak berlangsung lama, kadangkala pas aku tidur malam aku suka diganggu juga suka menangis sendiri sambil manggil -manggil ayah....tolong aku ular itu mau menggigit aku...

bersambung...