setiap kali marah terhadap anaknya, selalu sumpah serapah, caci maki dan hinaan yan keluar dari mulutnya, dan tidak pernah lupa diselipkan kata-kata kalau memang sudah tidak betah lagi tinggal disini bersama kami salahkan pergi cari orang tua lain dan cari rumah lain, ke 4 saudara sekandung Selalu disuruh pergi dan disebutkan tempatnya satu persatu.
"Kirana kalau kamu gak mau lagi tinggal disini silahkan balik ke kost kamu, Rana dia adalah seorang santri sekaligus mahasiswa disebuah pesantren salafi dikabupaten lain yang membutuhkan 12 jam perjalan dari kota kami tinggal".
"Riska kamu juga kalau gak betah lagi tinggal disini kamu balek aja kesana sambil disebutkan kampung dia mondok, Riska juga santri sekaligus siswa kelas 2 SMP disalah satu pesantren juga"
kalau aku dan Reza adik lelakiku yang dibawah aku dan anak lelaki satu-satunya dikeluargaku gak disebut kota karna kami berdua yang menetap dirumah, kami berdua adalah mahasiswa dikampus swasta yang tidak diminati banyak orang, kami satu kampus dan universitas yang sama, sama-sama fakultas tarbiyah dan jurusan yang berbeda, disitu mengenyam pendidikan bangku kuliah.
disaat semua orang mengidamkan pendidikan perguruan tinggi mereka dengan mudah mendapatkan semua keinginannya, tapi tidak dengan aku, aku harus bermimpi dulu kuliah di Ibu kota provinsi aku, dan untuk kuliah saja harus nangis- nangis rasanya.
aku tidak menyalahkan orang tuaku dalam hal ini, karna ketika aku tamat sekolah aliyah orang tuaku lagi membangun rumah, tinggal atapnya saja lagi akan dibuat, namun musibah lain datang, sepeda motor kami satu-satunya hilang dicuri maling, jadi semua simpanan orang tua ku untuk menyelesaikan rumah ludes tuk cari-cari motor yang hilang itu, aku terpaksa mengalah lagi.
aku sebenarnya pengen sekali kuliah di kedokteran pengen jadi dokter spesialis mata, namun jangankan kuliah di kedokteran kuliah dikesehatan jurusan keperawatan atau kebidanan aja gak dikasih orang tuaku, mereka bilang takut mereka gak mampu dan aku kelaparan dirantau orang.
aku terpaksa harus menguburkan semua impianku jadi dokter, dan yang berhubungan dengan kesehatan, aku sedih rasanya hampir gila memikirkannya, untung aku masih punya iman dan kepercayaanku terhadap sang pencipta, aku mencoba untuk tegar dalam menghadapi semuanya walaupun berlawanan dengan hati dan perasaan, sakit banget rasanya, aku kan cengeng cuma bisa nangis-nangis aja tiap malam selalu mengadu sama sang yang satu pemilik alam semesta.
lambat laun aku mulai bisa berdamai dengan keadaan walaupun rasa sakit ini sangat menyiksa aku, aku pengen kuliah di manapun aja boleh yang penting aku bisa kuliah, akhirnya aku memutuskan kuliah disini aja, walaupun dikampung yang penting aku sarjana, walaupun kadangkala aku suka minder kuliah dikampung, ah yang penting aku jadi mahasiswa.
aku selalu memotivasi diriku, kawan-kawanku yang seperjuangan ternyata ada juga beberapa orang yang hebat, bahkan ada anak mantan bupati jadi kawan sekelas aku, ya disini kampusku ini anak buangan semua memang, tapi aku gak peduli itu yang penting aku bisa sarjana.
******
Mimpi yang tertunda
Mimpi yang tertunda
Mimpi demi mimpi setiap hari yang terlintas di benakku, perlahan-lahan mulai menampakkan wujudnya, namun hilang lagi, aku punya keinginan yang sudah lama terpendam dalam benakku namun hanya aku pendam sendiri tanpa ku beri tahu kan ke siapapun, termasuk kedua orang tuaku, kadang-kadang sama suamiku juga suka kepolosan dengan keinginanku ini, aku pengen punya butik, serendah-rendahnya toko olshop yang meready kan semua barang-barang online, karna aku memang punya olshop tapi tidak meready kan barang-barang kalau ada yang beli aja baru aku pesan, cara aku jualan cuma lwat postingan status WhatsApp, Facebook dan Instagram aja.
Toko onlineku lumayan sudah dikenal orang karna memang sudah lama aku bergerak di bidang ini, sempat off beberapa lama, akhirnya aku putuskan aktif kembali, dulu sempat lumayan berkembang aku pernah menghasilkan jutaan juga dari hasil jualan online.
Aku juga punya mimpi ingin rumah berlantai dua, pengen punya mobil Fortune atau fajero, dan pengen meng umrah atau menghajikan kedua orang tuaku, yang aku maksudkan kedua orang tua ku disini orang tua kandungku dan kedua mertuaku, yang terakhir aku pengen bisa kuliah pasca sarjana keluar negeri.
Aku dulu pernah coba-coba daftar kuliah pasca sarjana ke Turki, tapi gagal karna aku teledor dan kurang teliti, aku kirain tanggal 15 padahal pendaftarannya ditutup tanggal 5, semuanya sudah aku siapkan tinggal isi formulirnya saja namun takdir berkata lain, aku ketahuan pas tanggal 4 yang besoknya pendaftaran terakhir, itu ketahuannya pas ditelpon sama dosen aku, katanya besok terkahir pendaftaran nya, aku shok berat karna aku tahu biasanya kalau sudah di akhir jaringan pasti bermasalah, dan betul itulah penyebab nya aku gagal, namun kegagalan itu bukan membuat aku terpuruk justru membuat semangatku Semakin membara, punya keinginan untuk mencoba lagi ditahun-tahun berikutnya.
Adekku Kirana berusaha sekuat tenaga sampai jam 02 pagi dia belum tidur berusaha untuk mendaftarkannya, dia yang banyak berperan disini dalam hal ini, mulai dari translate ijazah dan semuanya dia yang bantu, karna dilaptop dia banyak aplikasinya. Rana Uda mulai gelisah, kami ngomong via telpon.
"Kak gimana ini jam sudah menunjukkan pukul 12, jaringannya masih mutar-mutar, kata Kirana"
"Udahlah dek gak usah dipaksa lagi, mungkin bukan rezeki kk disini, kan masih bisa tahun depan lagi"
"Gak apa-apa kan Rana usahain lagi ya" kata Kirana"
"Udahlah dek kamu tidur aja kan besok kuliah"
Kirana tinggal di ibu kota provinsi dan sangat jauh jauh dari kami memakan waktu 8 jam perjalan ketempat dia ngekost.
"Gak apa kak kita tunggu sebentar lagi"
"Yaudahlah kalau gitu maunya kamu, tapi jangan dipaksain ya"
" Kak aku nyerah Uda jam 02.00 pagi masih gak bisa ne, dari nada bicaranya sangat jelas tergurat rasa kecewa dalam hatinya"
"Kan uda kakak bilang diakhiri aja, gak rezeki kita disini"
"Yalahlah kak, apa kk gak kecewa? Tanya nya"
"Ikhlasin aja, kalau rezeki pasti ada jalan"
"Yadah ya kk assalamualaikum"
"Waalaikumsalam salam" kami langsung memutuskan telponnya.
Jelas ada rasa kecewa dalam hati namun tidak berlarut-larut, aku gak mau ini jadi beban, karna cuma tinggal isi formulirnya saja ibarat kata tinggal detik-detik terakhir satu lagi, yang lain-lainnya sudah selesai, mulai dari administrasi apapun sudah aku lengkapi syarat-syaratnya dan dibantuin Kirana juga, upload juga sudah selesai semua, tinggal selangkah lagi menuju pintu masuk, walaupun belum tentu lewat setidaknya Uda berada di dalamnya dulu, aku pasrah dan ikhlasin aja, yakin aja ada jalan lain yang terbaik dan pasti ada rezeki lain lagi nantinya, begitulah aku pantang menyerah, semakin gagal semakin aku penasaran tuk mencoba dan mencoba sampai akhirnya mendapatkan hasil dan aku orangnya kalau sudah gagal penasaran kali kali dengan hasil akhirnya seperti apa, tapi setelah gagal waktu itu aku tidak pernah mencoba lagi, dan pengen fokus ke karir dulu biar karirnya makin mantap dan punya status yang jelas nantinya