Chereads / I'm not a Princess / Chapter 12 - Jangan Bicara Sebelum Aku Mengizinkan!

Chapter 12 - Jangan Bicara Sebelum Aku Mengizinkan!

"Ah..., oh tentu tidak Yang Mulia." Luisa tidak suka perasaan takut seperti ini. Ia terlihat seperti pecundang.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, apa yang kau lakukan disini?" suara dingin Athanasia mampu membuat siapa saja menggigil ketakutan, bahkan para pelayan yang ada disana pun sangat terkejut dengan sikap Tuan Putri mereka yang sebelumnya sangat ramah pada Luisa.

"Oh, i-itu saya hanya ingin mengunjungi Anda. Saya pikir setelah Anda hilang ingatan, hubungan kita menjadi sedikit renggang. Dan saya ingin memperbaikinya." jawab Luisa, ia harus terlihat tenang dan ramah. Agar Athanasia yang sangat baik padanya dulu kembali.

Athanasia tersenyum remeh, ia melipat tangannya dan dengan angkuh berkata. "Tidak ada yang perlu diperbaiki, karna aku akan tetap bersikap seperti ini padamu dan juga Lady Rasta." Dengan tatapan menghunus tepat ke netra coklat milik Luisa, ia melanjutkan. "Mulai sekarang jangan biarkan Lady Luisa memasuki ruanganku tanpa izin."

Seluruh pelayan membungkuk hormat dan dengan serempak menjawab, "Baik Tuan Putri."

"Periksa seluruh ruangan, apa ada yang mencurigakan." perintah Athanasia yang dengan sigap diterima oleh seluruh pelayan. Mereka mulai menyebar keseluruh ruangan.

"Kau mencurigaiku?" Luisa yang sudah emosi tidak dapat menjaga tutur katanya, ia kembali bicara non-formal pada Athanasia.

"Jaga tutur katamu, aku calon pemimpin dikerajaan ini."

Luisa memejamkan matanya sejenak sambil menarik napas pelan, lalu mengulang kembali pertanyaannya. "Anda mencurigai saya Tuan Putri?"

Dengan santai Athanasia menjawab, "Ya! Keberatan? kalau begitu jangan memasuki ruangan orang lain disaat pemiliknya sedang pergi."

"Tapi banyak pelayan disini, saya tidak mungkin melakukan apa pun." sekuat tenaga Luisa mencoba membela diri.

"Kita akan tau saat mereka selesai memeriksa." Athanasia dapat melihat kegugupan Luisa meskipun gadis itu sudah mencoba menutupinya, dan dia yakin ada sesuatu.

Athanasia berjalan dengan anggun dan duduk disingle sofa yang berada ditengah ruangannya sambil berkata "Kau terlihat gugup untuk seseorang yang tidak melakukan apa pun." Luisa meremas kuat gaunnya.

Seorang pelayan dengan sigap menuangkan teh krisan kecangkir yang terbuat dari porselen terbaik di Arandelle.

"Jika kau seperti itu, aku jadi semakin curiga kau melakukan sesuatu. Jadi tenanglah." setelah mengatakan itu dengan gerakan anggun Athanasia mengangkat cangkir teh beserta piringnya kemudian menyeruput pelan tehnya.

"Tuangkan Lady Luisa secangkir teh, mungkin dia membutuhkannya untuk menenangkan diri." ucap Athanasia remeh, Luisa dapat melihat gadis itu menyunggingkan senyum yang ia yakini itu merupakan senyum ejekan.

Luisa benar-benar merasa terhina dengan perlakuan Athanasia. Tadi dia kemari setelah mengetahui jika Athanasia tidak berada dikamarnya, tapi gadis itu kembali lebih cepat dari dugaannya.

Luisa berniat membuat kulit kepala Athanasia terluka dan infeksi dengan sisir yang dibawanya. Sisir itu mirip dengan sisir milik Athanasia, jadi mustahil pelayan menyadarinya. Pikirnya, namun perkataan Olivia beserta benda yang dibawanya membuat tubuhnya membeku.

"Saya menemukannya Tuan Putri." Olivia membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran burung phoenix.

Athanasia membuka kotak tersebut, "Sisir? apa yang salah dengan sisir ini?" sisir tersebut sangat cantik, gagangnya terbuat dari kayu pilihan dengan batu ruby sebagai hiasan.

Dengan sopan Olivia menjelaskan, "Dari kecil Anda memiliki kulit kepala yang sangat lembut dan juga sensitif, itu sebabnya Yang Mulia Ratu selalu memesan khusus sisir yang akan Anda gunakan. Sisir yang tidak terlalu runcing tapi juga tidak terlalu tumpul, dan ini bukan sisir yang biasa Anda gunakan."

Penjelasan Olivia membuat Luisa ketakutan, keringat jagung mulai membasahi pelipis gadis cantik pemilik netra coklat itu.

Bagaimana mungkin pelayan rendahan itu menyadarinya? batinnya kesal.

Athanasia mengambil sisir tersebut dan memperhatikannya secara seksama. Ia merasa tidak ada yang salah dengan sisir ini, "Bagaimana kau yakin jika ini bukan sisirku?" tanyanya penasaran.

Olivia membungkuk dan dengan sopan menjawab, "Anda tidak pernah mengizinkan siapa pun menata rambut Anda selain saya, Tuan Putri. Tentu saya tau seperti apa sisir yang selalu saya gunakan untuk menata rambut An-"

"Kau bisa saja salah, sisir itu sama dengan milik Tuan Putri Athanasia." sela Luisa cepat,

Athanasia menatapnya dingin, "Apa aku sudah mengizinkanmu bicara?" aura mematikan yang dikeluarkan Athanasia membuat Luisa merinding ketakutan. Belum pernah ia merasa seperti ini sebelumnya.

"Ah.. maaf Yang Mulia, sa=saya hanya-"

"Jangan bicara sebelum aku mengizinkan!" potong Athanasia, Luisa hanya bisa menggigit dalam bibirnya.

"Lanjutkan!" perintah Athanasia, namun matanya tidak lepas menatap tajam Luisa. Gadis itu hanya bisa menundukkan kepalanya.

Olivia mengangguk kemudian melanjutkan perkataannya yang sempat disela Luisa, "Meskipun sisir ini sangat mirip dengan punya Anda, namun jika diperhatikan lebih seksama mata sisir ini sedikit lebih runcing dan lagi saya bisa mencium aroma getah dari tanaman ivy pada mata sisir itu, Tuan Putri."

Luisa semakin menggigil ketakutan setelah mendengar penuturan dari pelayan rendahan itu.

Bagaimana bisa dia tau sampai seakurat itu? batinnya frustasi. Jika Athanasia sampai melaporkan hal ini pada Yang Mulia Raja, bisa dipastikan hukaman yang akan menunggu Luisa adalah kematian. Membayangkannya saja mampu membuat jantung Luisa serasa ingin berhenti.

Athanasia mengernyit bingung, "Tanaman ivy? tanaman apa itu? lalu apa bahayanya?"

"Tanaman liar yang dapat membuat ruam kemerahan, gatal dan iritasi jika tersentuh. Bahkan racunnya akan tetap ada walau sedah lewat beberapa hari. Itu sebabnya saya meminta Anda untuk menggunakan sarung tangan sebelum Anda memegang sisir tersebut." Ya, Olivia meminta Athanasia menggunakan sarung tangan, agar kulitnya tidak tersentuh langsung dengan racun dari getah tanaman ivy.

Tamaman liar itu akan sangat berbahaya jika tersentuh langsung dengan kulit, getah berminyak yang disebut urishol terdapat diseluruh bagian tanaman, mulai dari daun, batang hingga akar. Getah tamanan ini masih tetap ada bahkan ketika tamanan sudah mati.

"Ah begitu," Athanasia sempat bingung saat pelayannya ini memintanya memakai sarung tangan, tapi ia tidak mengatakan apa pun dan tetap memakainya. Ternyata ini penyebabnya.

Athanasia menatap Luisa, gadis itu terlihat sangat ketakutan. "Sekarang aku mengizinkanmu bicara, ada pembelaan?" suaranya yang tenang bahkan lebih tenang dari air mengalir, mampu membuat suara Luisa tercekat.

Luisa luruh, dengan terbata ia berkata. "I-itu tidak benar Tuan Putri, sa-saya mana berani. Pelayan itu memfitnah saya dengan sangat kejam, tolong berikan keadilan pada saya Yang Mulia." tangisnya pecah. Tidak ada cara lain selain berpura-pura tersakiti.

Athanasia bangkit dengan langkah anggun dan pasti ia berjalan mendekati Luisa yang sudah bersimpuh dilantai dengan membawa sisir. Pembawaannya yang tenang sangat mencerminkan sikap seorang pemimpin.

"Begitukah? kalau begitu kau tidak keberatan bukan jika aku menyisir rambutmu dengan ini?" tanya Athanasia dengan suara rendah, ia berjongkok untuk mensejajarkan wajahnya dengan Luisa.

Deg!

Reflek Luisa menggeleng kuat, kulit kepalanya bisa gatal-gatal dan terluka.