Kereta kuda yang dinaiki Athanasia akhirnya tiba, Clude lebih dulu turun lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Carissa turun sambil tersenyum lembut. Dan itu semua disaksikan oleh seluruh rakyat yang hadir disana, begitupun Rasta yang sudah lebih dulu tiba. Ia meremas kuat gaunnya, rasa iri semakin besar dalam dirinya.
Setelah Ratu Carissa berada disebelahnya, Clude kembali mengulurkan tangan untuk membantu Athanasia. Ia menatap lekat putrinya yang tampak ragu untuk turun.
"Tida ada jalan untuk kembali." ucapnya pelan yang dapat didengar Athanasia.
Benar! Tidak ada jalan untuknya kembali, siap tidak siap ia harus melakukannya apa pun resikonya.
Setelah menarik napas panjang, Athanasia menerima uluran tangan Clude. Perlahan ia turun dari kereta kuda yang ditumpanginya. Melihat banyaknya orang yang hadir, membuat Athanasia kembali gugup. Sebanayak ini orang yang akan dikecewainya nanti jika ia tidak bisa memenuhi harapan mereka.
Athanasia merasakan remasan ditangannya. Bukan remasan kuat, melainkan remasan pelan seperti sedang memberikan semangat untuknya. Ia menatap tangannya yang diremas oleh Clude, lalu menaikan pandangan untuk menatap pria yang sedang menatap lurus kedepan dengan dagu terangkat tinggi. Tersenyum kecil, Athanasia membalas remasan itu. Tanypa ia ketahui, Clude menyunggingkan senyum.
Mereka berjalan menuju tempat duduk yang sudah disiapkan untuk mereka. Ratu Carissa kembali mengalungkan tangannya dilengan Clude, ia memberikan senyum terbaiknya untuk semua rakyatnya yang hadir disana. Sedangkan Clude hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi, begitulah dia. Raja yang dikenal dingin namun baik hati dan memperdulikan kesejahteraan rakyatnya.
Tanpa menunjukkan kegelisahannya, Athanasia berjalan anggun dengan langkah pasti dan dagu terangkat tinggi. Ia sedikit menyunggingkan senyum. Semua orang yang hadir disana membungkuk hormat selama ia, Raja dan Ratu berjalan menuju kursi mereka
Sekarang acara akan dimulai, Athanasia sudah duduk dikursinya yang berada tepat disebelah kanan Clude sedangkan Carissa duduk disebelah kiri Raja.
Tempat yang seperti arena tanding itu sudah dipenuhi oleh manusia dan juga siluman yang sedang berubah wujud menjadi manusia. Rupa mereka yang cantik dan tampan membuat semua yang hadir disana berdecak kagum.
Tempat duduk keluarga inti kerajaan sedikit lebih tinggi dari tempat duduk yang lainnya. Dengan Sang Raja yang berada ditengah-tengah wanita kesayangannya, Ratu Carissa dan Putri Athanasia. Sedangkan untuk Lady Rasta dan Luisa, tempat duduk mereka sedikit jauh dan lebih rendah dari tempat duduk Athanasia yang merupakan calon penerus kerajaan.
Sedangkan untuk keluarga kerajaan yang lain, mereka ditempatkan disisi kiri Ratu Carissa. Hari ini akan ada lima orang bangsawan yang akan memilih siluman pelindung mereka, termasuk Athanasia dan Luisa. Tiga orang lainnya merupakan anak dari adik Yang Mulia Raja.
Dan tempat duduk para bangsawan dan rakyat biasa sudah diatur sedemikian rupa. Yang mana para bangsawan duduk sisi kiri, dan rakyat biasa duduk disisi kanan. Untuk para siluman tempat duduk mereka berada dihadapan Raja, dengan ruang kosong ditengah-tengah. Jika diperhatikan susunan duduk mereka sekarang seperti lingkaran.
Clude menatap Felix mengisyaratkan pada pengawalnya itu untuk segera memulai acara, Felix mengangguk dan memerintahkan anak buahnya untuk memukul gong sebagai tanda acara sudah dimulai. Setelah gong dibunyikan para siluman memasuki arena, ada sekitar sepuluh siluman yang sudah berusia diatas dua ratus tahun mungkin.
Salah seorang siluman, berjalan mendekat kearah pemimpin Arandelle. Ia mewakilkan teman-temannya untuk memberi salam pada Raja tersebut. Clude yang melihat itu pun langsung berdiri, karna sejatinya antara manusia dan siluman memiliki derajat yang sama. Itu yang selalu ditanamkan oleh para leluhur mereka, baik dari leluhur manusia maupun leluhur para siluman.
Bukan tanpa alasan, itu semua agar antara siluman dan manusia tidak akan berselisih paham hanya karna membandingkan derajat siapa yang paling tinggi lalu akhirnya menjadi musuh dan menyerang satu sama lain. Karna bagaimana pun, manusia membutuhkan kekuatan siluman, dan siluman membutuhkan manusia untuk membimbing mereka dengan kecerdasan yang mereka miliki.
Itu sebabnya Clude selalu membuat hubungan layaknya teman antara dirinya dan para siluman, begitupun dengan yang lain. Itulah kenapa para siluman boleh menolak manusia yang memilih mereka, karna hak mereka juga untuk menentukan siapa yang ingin mereka layani. Dan manusia tidak boleh memaksakan kehendak mereka terhadap para siluman.
Siluman dengan wujud pria tampan nan gagah itu sedikit membungkuk hormat, ia seperti itu karna menghormati Clude sebagai prmimpin Arandelle. "Saya harap anda selalu dalam keadan baik Yang Mulia, begitu pun dengan Ratu dan Tuan Putri." Carissa tersenyum kecil, begitu pun dengan Athanasia.
"Saya menggantikan tetua untuk memberi salam pada anggota keluarga kerajaan, beliau berhalangan untuk hadir." ucap pria tampan itu sopan.
"Aku harap bukan sesuatu yang buruk." ujar Clude
Pria itu tersenyum kecil, "tentu tidak Yang Mulia."
Clude mengangguk kecil, "Baiklah! Sekarang kita bisa memulainya."
Pria itu kembali ketempat duduknya, meninggalkan teman-temannya ditengah lapangan yang sebentar lagi akan memiliki teman baru. Para siluman yang berada ditengah lapangan langsung berubah ke wujud asli mereka, agar manusia yang memilih mereka tau wujud asli siluman yang akan mereka pilih.
Yang pertama kali akan memilih adalah putri bungsu dari keluarga Marquess, Raja menganugrahkan gelar bangsawan itu saat adik pertamanya memutuskan untuk menikahi seorang Lady dan keluar dari istana.
Lady Ann merupakan harapan terakhir ayahnya, karna kedua putranya yang sudah lebih dulu mengikuti acara ini tiga tahun yang lalu tidak mendapat satu siluman pun.
Lady Ann maju untuk memberi salam pada Raja, Ratu dan Putri Athanasia. Setelah salamnya diterima, ia berjalan ketengah lapangan dimana sudah terdapat beberapa siluman dengan wujud asli mereka. Sejujurnya ia sangat gugup sekarang, takut jika tidak ada siluman yang akan menerimanya seperti kakak-kakaknya dulu.
Gadis cantik itu memperhatikan satu persatu siluman yang ada, mulai dari siluman elang, srigala, ular dan lainnya. Tapi perhatiannya jatuh pada siluman berwujud burung merak yang sangat cantik, tatapan mereka bertemu. Siluman merak itu langsung memekarkan ekornya, dan itu membuat Lady Ann semakin terpana dan berdecak kagum.
"Cantik," gumamnya pelan, disertai senyum manis. Tanpa sadar langkah kakinya berjalan mendekati siluman merak tersebut.
Dari tempat duduknya Ayah Lady Ann, meremas kedua tangannya berharap sang putri bisa memilih satu siluman dan siluman tersebut tidak menolak. Ia merasa malu pada Yang Mulia Raja, padahal Raja tidak pernah mempermasalahkan itu.
Sedikit membungkukkan badan, dan menjulurkan tangan Lady Ann berkata dengan sopan. "Bisakah kita berteman?" suara yang sangat lembut, sangat mencerminkan dirinya yang manis.
Siluman merak itu menatap lekat mata Lady Ann, "Bagaimana mungkin aku bisa," ucapnya yang membuat bahu Lady Ann meluruh. Dan itu dapat dilihat oleh ayahnya. Ia mengira anaknya kembali ditolak, bahu kekarnya pun ikut meluruh.