Akan ada konsekuensi jika manusia memutuskan siluman yang memilih mereka. Pertama manusia tidak boleh menolak jika nyatanya yang memilih mereka adalah siluman tingkat rendah, kedua akan jauh lebih memalukan jika tidak ada satu pun siluman yang memilih manusia tersebut, dan berakhir dikucilkan oleh masyarakat. Kenapa? karna mereka merasa manusia tersebut sombong dan sok hebat, diberi kesempatan untuk memilih tapi menyia-nyiakannya. Beda hal jika manusia sudah memilih tapi siluman tersebut menolak, mereka akan malu tapi tidak sampai dikucilkan.
Karna konsekuensi yang besar itulah belum ada yang pernah melakukan hal konyol ini. Membiarkan siluman yang memilih mereka. Ah, mungkin ada. Tapi itu dulu, sudah beberapa ribu tahun yang lalu, raja kedua di Arandelle dan saat itu dewa sedang memihaknya sehingga dia mendapatkan siluman terkuat dan merupakan simbul kerajaan. Siluman terkejam tanpa belas kasih, setelah raja tersebut wafat tidak ada satu manusia atau pun siluman lain yang melihat Sang Legenda. Ya! Sang Legenda, itulah julukan yang tersemat dalam diri siluman tersebut, karna ia hanya pernah sekali bekerja sama dengan manusia setelah itu hilang bak ditelan bumu. Konon katanya, siluman tersebut hanya ada satu dan diduga sudah wafat.
Salah seorang bangsawan yang merupakan perdana mentri di Arandelle pun angkat bicara, "itu tidak mungkin Yang Mulia, Tuan Putri Athanasia merupakan calon penerus tahta. Terlalu beresiko membiarkannya melakukan hal tersebut." ucapan si perdana mentri disetujui oleh pejabat yang lain.
Tatapan Clude yang sebelumnya tenang dan sedikit lembut saat bicara dengan Athanasia, seketika berubah dingin dan tajam. Ia menatap perdana mentri yang berani bicara tanpa seizinnya.
"Apa aku mengizinkanmu berbicara?" suara dalam dan dingin Clude membuat pria paruh baya yang masih terlihat gagah itu mengigil ketakutan.
"Ma-maaf Yang Mulia," suaranya terdengar bergetar, rasa takut dan malu bercampur jadi satu.
"Dan lagi, apa kau meremehkan Putri Athanasia?" perdana mentri itu seketika menatap Clude dan menggeleng kuat, "tidak mungkin Yang Mulia." jawabnya cepat.
Sebenarnya Clude paham jika perdana mentrinya itu tidak bermaksud begitu, tapi jika ia tidak mengizinkan Athanasia untuk melakukan hal itu, dikemudian hari gadis itu akan menjadi pemimpin yang diremehkan karna keputusannya tidak didengar.
Clude kembali menatap Athanasia, melihat keyakinan dimata putrinya itu bagaimana mungkin dia mengabaikannya?
"Sejarah baru akan kembali tercatat, apa anda melihatnya Your Highness?" ucap seseorang dengan tersenyum penuh arti. Tanpa mereka ketahui dibalik pohon besar ada seorang wanita tua yang terus memperhatikan Athanasia sejak gadis itu datang. Mungkin hanya dia satu-satunya orang yang dapat menangkap kekhawatiran dan kegugupan gadis itu selain kedua orang tuanya.
Setelah menghela napas pelan, Clude berucap. "Aku mengizinkan Putri Athanasia untuk melakukan apa yang ia inginkan," setelah diam sejenak, Clude menatap seluruh siluman kemudian kembali berkata, "Sekarang kalian dibebaskan untuk memilih, apa pun itu aku akan menerimanya." suara tegas sang raja dapa didengar oleh seluruh orang yang hadir disana.
Ada yang kagum dengan keberanian sang putri, ada yang menyayangkannya, dan juga ada yang tidak menyukainya. Mereka menganggap Putri Athanasia terlalu sombong.
Sekarang Athanasia sudah berdiri ditengah lapangan dengan dikelilingi dengan para siluman, ia meremas kuat tangannya.
Baiklah, setelah ini mari akui semuanya. I'm so sorry Princess, sepertinya semua akan selesai sampai disini. Batin Athanasia, jika ia yang memilih pun tidak akan berbeda. Dia tidak bisa menggunakan sihir, dan juga tidak akan mungkin bisa memilih salah satu diantara para siluman.
"Tidak ada diantara kami yang akan memilihmu, karna kau bukan sang putri. Bagaimana kau bisa seberani ini?" ucap salah satu siluman, dari nada bicaranya tentu dia meremehkan Athanasia.
Athanasia menatap tak percaya siluman yang biacara dengannya, bukan karna nada remeh yang diberikan siluman itu melainkan siluman tesebut mengetahui siapa dia sebenarnya.
"Kau tau?" siluman tersebut menggerang kesal, "kau pikir kami para siluman tidak menyadari siapa kau? menghina kami, heh?"
Athanasia benar-benar tak menyangka jika para siluman mengetahui identitasnya. Tapi kenapa mereka tidak mengatakannya pada raja? batin Athanasia.
"Karna itu bukan urusan kami." jawab siluman tersebut, ia memiliki kemampuan membaca pikiran. Jadi sejak tadi dia tau apa yang dipikirkan gadis ini. Termasuk semua orang yang ada disini, hanya dua orang yang tidak bisa ia baca pikirnnya. Sang penguasa Arandelle, Raja Clude, dan juga seorang pemuda dari keluarga bangsawan tingkat tinggi.
"Kau bisa membaca pikiranku?" tanya Athanasia tak percaya,
Siluman laba-laba itu tersenyum angkuh, "itu keahlianku."
"Wah, keren!" reaksi yang diberikan Athanasia diluar dugaan mereka, mereka kira Athanasia akan histeris secara gadis ini sebenarnya bukan dari sini.
"Sebenarnya kau gadis yang menarik, tapi maaf kekuataan kami semua bahkan jika digabungkan pun akan sulit untuk melindungimu dikemudian hari." suara itu berasa dari siluman elang yang sangat besar dan gagah.
Athanasia menarik senyuman manis diwajahnya, "tidak masalah, dan terimakasih." ucap Athanasia lembut. Ia suka nada bicara siluman elang itu, terdengar bijak.
Semua siluman yang tadinya mengelilingi Athanasia mundur, membuka jalan untuk gadis itu. Tentu semua orang kembali terkejut, sebab sang putri tidak menggandeng satu siluman pun. Membuat mereka menduga bahwa sang putri telah gagal. Dalam diamnya Rasta dan Luisa tersenyum puas, setelah ini tidak akan ada lagi Putri Athanasia yang dielu-elukan, yang ada hanya kegagalan sang putri yang memalukan untuk seluruh keluarga kerajaan bahkan di seluruh Arandelle.
Athanasia menatap Clude dengan tatapan bersalah, namun ia tetap tersenyum tipis. Sedangkan Carissa tidak percaya jika putrinya tidak mendapatkan satu siluman pun. Sebenarnya bukan itu yang ia takutkan, melainkan hukuman yang akan diterima putrinya.
Saat kericuhan terjadi karna tidak adanya siluman yang memilih sang putri, sebuah suara yang berasal dari hutan menarik perhatian mereka termasuk Athanasia yang langsung berbalik.
"Kau lihat? kita terlambat gara-gara kau!" suara pria itu terdengar kesal, namun mereka belum melihat wujud dari si pemilik suara tersebut. Dilihat dari pria itu berbicara sepertinya ia tidak sendiri.
"Heh! wanita butuh waktu untuk bersiap." jawaban dari seorang wanita yang terdengar acuh pun mulai didengar mereka.
"Tidak ada yang berubah meski kau bersiap seribu tahun!" kesal pria itu.
Semua mata tertuju kehutan, mereka semua menunggu siapa sipemilik suara. Dan betapa terkejutnya mereka setelah melihat siapa pemilik dari dua suara yang mereka dengar tadi.
"Kau...!" wanita itu tidak bisa melampiaskan kekesalannya karna mereka sudah tiba ditempat tujuan.
Sipenguasa gunung agung, siluman macan hitam dan siluman tercantik dengan tipu daya yang memikat silumaan burung phoenix. Sangat jarang bisa bertemu mereka karna mereka dikenal sebagai siluman yang tidak pernah mau untuk menjalin hubungan dengan manusia. Dua siluman dengan kekuatan yang luar biasa.