Tapi untuk apa mereka datang kemari? tidak mungkin hanya sekedar memberi salam pada Raja dan Ratu karna mereka tidak pernah melakukannya.
Siluman macan hitam itu berjalan dengan gagah, disampingnya burung phoenix yang memiliki bulu dengan perpaduan warna merah dan emas. Sangat indah, dan untuk pertama kalinya mereka melihat dua siluman tingkat tertinggi menunduk hormat.
Kepada Putri Athanasia!
"Maafkan keterlambatan kami Yang Mulia." ucap siluman macan hitam tersebut.
Athanasia yang masih bingung kenapa dua siluman ini mendatanginya hanya tersenyum kecil. Clude langsung turun sambil menuntun istrinya. Ia pun sama terkejutnya dengan yang lain, tidak menyangka dua siluman agung akan datang.
"Apa ada hal penting sampai kalian datang kemari?" tanya Clude
"Ah maaf Yang Mulia, fokus kami hanya pada Tuan Putri sebelumnya." jawab siluman macan hitam itu,
"Anda tidak perlu khawatir, Your Majesty." ucap siluman burung phoenix, Clude hanya mengangguk kecil.
Kedua siluman itu kembali menatap Athanasia, "Nah Yang Mulia, apa anda sudah memilih siluman anda?" tanya siluman macan hitam.
Athanasia tersenyum getir, "aku tidak memilih siapa pun, aku meminta mereka yang memilih."
"Dan tidak ada yang memilih anda?" tebak siluman burung phoenix, "tepat seperti yang dia katakan." gumamnya pelan.
Athanasia mengangguk kecil, "eh, siapa yang kau maksud?"
"Anda akan segera mengetahuinya." jawab kedua siluman itu serempak, dan semakin membuat Athasia bingun. Clude dan Carissa sudah kembali ketempat duduk mereka, karna sepertinya kedua siluman agung itu ada keperluan dengan putrinya.
"Nah Yang Mulia Putri Athanasia, aku Aaron siluman agung yang menjaga keseimbangan hutan agung mulai hari ini memilihmu sebagai teman dan pemanduku." ucap Aaron dengan suara tegas dan lantang.
Semua yang mendengarnya sangat terkejut tak terkecuali Athanasia. Ditambah lagi, perkataan yang dilontarkan siluman burung phoenix membuat mereka semakin terkejut bukan main.
"Saya Ghea, sama seperti Aaron saya juga merupakan siluman agung yang bertugas menjaga dan mengawasi keseimbangan hutan agung mulai hari ini dan seterusnya akan mengabdikan hidup saya untuk anda."
Kedua siluman itu menunduk hormat pada Athanasia. Athanasia menutup mulutnya dengan telapak tangan, matanya berkaca-kaca. Ia masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Aaron dan Ghea sama-sama menundukkan kepala mereka, seolah meminta Athanasia mengelusnya. Dengan tangan bergetar gadis itu mengelus kepala Aaron, didahinya terdapat permata yang menandakan bahwa ia adalah siluman agung, begitu pun dengan Ghea.
Athanasia tidak bisa menahan harusnya lagi, ia memeluk Aaron. Karna wujudnya yang besar, Athanasia hanya bisa memeluk bagian kepalanya saja. Dan lagi siluman ini masih dalam wujud aslinya.
"Terimakasih, aku... aku benar-benar berterima kasih." setetes air mata mengalir dipipinya.
"Ekhem, saya harap anda tidak melupakan saya Yoyr Highness." ucap Ghea, Athanasia tertawa kecil. "Itu tidak mungkin." lalu ia langsung mengelus kepala Ghea, "bulumu sangat halus." ucapnya, ia juga memberikan pelukan dan mengucapkan rasa terimakasih.
"Kurasa kalian tau, betapa bersyukurnya aku kalian datang." akhirnya ia tidak membuat keluarga kerajaan malu, dan saat putri Athanasia kembali ketubuhnya gadis itu bisa berjalan dengan dagu terangkat tinggi.
"Masih terlalu awal bagi anda mengucapkan terimakasih, akan ada seseorang lagi yang datang." ucap Ghea, dia sudah berubah ke wujud manusianya.
Wujud wanita yang sangat cantik, kulit putih dan sangat halus. Rambut hitam legamnya ia sanggul asal dengan tusuk konde yang terdapat ukiran burung phoenix. Sangat senada dengan gaun berwarna merah keemasan, dengan belahan dada rendah. gaun yang menjuntai sampai bawah.
Kecantikan yang dimiliki Ghea sangat luar biasa, bahkan mengalahkan kecantikan Shalom si siluman rubah. Meski pun bajunya tidak seseksi Shalom, namun dapat memikat para lelaki dengan jentikan jari.
"Tidak kusangka si tua itu bisa setelat ini." kesal Aaron, ia juga sudah berubah ke wujud manusianya.
Pria tampan dan matang. Kulit coklat yang dimilikinya membuat ketampanan pria itu berkali-kali lipat. Ditambah lagi ia tidak memakai baju melainkan hanya sehelai kain yang diselempankan dari bahu kiri kemudian dikaitkan dengan bagian pinggang celana kanannya. Membuat tubuh dengan otot yang sempurna itu terpampang jelas. Membuat semua wanita bangsawan menatapnya kagum, dan membuat bangsawan pria iri.
Athanasia sudah biasa melihat tubuh pria seperti ini dikehidupannya saat menjadi Victoria, jadi ia santai dan tidak terlalu memusingkannya.
"Heh, mari kita lihat apa kau bisa berbicara seperti itu setelah dia datang nanti." ujar Ghea.
"Dari tadi kalian sedang membicarakan siapa?" tanya Athanasia penasaran.
Aaron dan Ghea yang sedang melihat langit langsung menatap Athanasia, mereka hanya tersenyum kecil. Dan membuat Athanasia sedikit kesal karna diabaikan.
"Tenang Princess dia akan segera tiba." ujar Aaron, namun matanya tetap tertuju ke langits, seolah sedang menunggu sesuatu.
"Dia datang," gumam Ghea, Athanasia langsung mendongak untuk melihat langit. Tapi ia tidak melihat apa pun kecuali cuaca yang tiba-tiba mendung, padahal tadi sangat cerah.
Tidak lama kemudian semua orang heboh dengan kehadiran sesosok makhluk besar. Sangat besar dan menyeramkan, bentangan sayapnya menutupi cahaya matahari. Bahkan Raja dan Ratu pun ikut terkejut.
Sesosok makhluk dengan wujud singa raksasa dengan tanduk besar yang memiliki sayap sangat lebar. Sang Legenda yang dikira sudah mati. Manticore, siluman singa yang memilki sayap. Bahkan saat ia turun hampir memenuhi area lapangan yang sangat luas.
Makhluk yang dikira hanya mitos dan dongeng belaka, kini muncul dihadapan semua orang, matanya yang besar hanya tertuju pada satu objek.
Putri Athanasia!
Aaron memegang bahu Athanasia, "pergilah, ia datang memang untuk bertemu dengan anda."
Athanasia ragu untuk melangkah, mahkluk sebesar ini jika menerkamnya akan sangat mudah. Ia seperti remahan kue jika dibandikan dengan makhluk besar didepannya.
"Anda tidak perlu takut," ucap Ghea, mencoba meyakinkan.
Clude yang ingin turun dan menghadap pada makhluk besar itu menghentikan langkahnya saat silumannya berkata, "duduk dan lihatlah, sejarah akan kembali terulang."
Clude masih belum paham dengan apa yang dikatakan siluman singanya ini, tapi ia menuruti perkataan teman silumannya ini dan memperhatikan apa yang terjadi. Jika Athanasia dalam bahaya, tidak perduli dia legenda atau apa pun itu, ia akan menghadapinya.
Menarik napas pelan Athanasia berjalan pelan, matanya menatap mata coklat miliki makhluk besar itu.
Semua yang ada disana menahan napas, merasa takut. Kecuali Aaron dan Ghea, mereka berjalan dibelakan Athanasia.
Saat jarak Athanasia sudah sangat dekat dengan makhluk besar itu, tanpa diduga makhluk besar tersebut menundukkan kepalanya. Athanasia menatap Aaron dan Ghea bergantian, mereka mengangguk dan dengan gerakan pelan Athanasia mengelus kepala besar makhluk yang disebut manticore itu.
Bulunya sangat halus dan lembut, membuat Athanasia lupa akan rasa takutnya.
"Sudah tidak takut?" ucap Aaron dengan tatapan menggoda ia tersenyum jahil, Athanasia langsung berdehem kecil dan menghentikan kegiatannya.