"Kenapa? bukankah kau bilang Olivia memfitnahmu? jika terbukti seperti yang kau katakan, aku sendiri yang akan memenggal kepalanya." Athanasia menoleh sebatas bahu, "Kau tidak keberatankan?" lanjutnya.
Olivia yang tau jika pertanyaan itu untuknya langsung membungkuk hormat, "Tentu Tuan Putri, Anda bisa mengambil nyawa saya jika terbukti yang saya ucapkan adalah dusta." ucapnya yakin.
"See? sekarang kita hanya perlu memastikannya. Dia yang berdusta, atau kau yang memang berniat mencelakaiku." tatapan dingin Athanasia seperti membuat seluruh saraf Luisa membeku, ia bahkan tidak mampu menggerakkan tubuhnya.
"Tenanglah, aku akan melakukannya dengan pelan." Ucap Athanasia santai, tapi Luisa menganggap perkataan itu seperti 'Tenanglah, aku akan menyakitimu secara perlahan.' Demi Tuhan, bukan ini yang diinginkannya.
Athanasia bersiap akan menyisir surai lembut dan halus milik Luisa, namun perkataan gadis itu menghentikan gerakan tangannya yang sudah menggantung diudara.
"Saya mohon maaf Tuan Putri, saya tidak bermaksud menyelakai Anda. Saya tidak tau jika Anda memiliki kulit kepala yang sensitif, dan saya juga tidak tau jika getah tanaman itu bisa membuat kulit gatal dan iritasi. Saya kira getah yang berminyak itu bisa menjaga kelembaban kulit Anda. Maafkan saya yang tidak mencari tau lebih dulu Tuan Putri." tidak ada cara lain selain mengaku, tapi Luisa juga menutupi tentang efek getah tanaman liar itu.
Athanasia tersenyum smirk, "Kau bilang jika ini memang sisirku, lalu kau juga mengatakan jika pelayanku berdusta. Apa kau meremehkanku, Luisa?" tatapan Athanasia seketika berubah datar dan dingin, suara rendah dan aura yang dikeluarkannya mampu membuat Luisa menggigit dalam bibirnya.
Athanasia dapa melihat mental Luisa terguncang, tadi ia hanya menggertak saat mengatakan akan menyisir rambut Luisa dengan sisir itu. Ia tidak benar-benar akan melakukannya. Bagi seorang bangsawan tentu kesehatan kulit dan rambut menjadi hal utama yang harus mereka perhatikan setelah wajah dan penampilan.
Itu sebabnya Luisa tampak begitu terguncang saat mendengar Athanasia akan menyisir rambutnya dengan sisir yang sudah ia beri racun.
Athanasia tersenyum miring, ia puas melihat keadaan Luisa sekarang. Menyerang mental seseorang dengan kata-kata? itu keahliannya.
Lagi pula gadis ini datang disaat mood nya sedang buruk, karna memikirkan masalah sihir dan siluman. Jadi gak ada salahnya kan dia menumpahkannya pada gadis ini?
Mungkin jika Athanasia yang asli, ia akan memaafkan Luisa dan melupakan kejadian ini semudah membalikkan telapak tangan, tapi dia bukan Athanasia asli yang berhati malaikat. Dia tidak bisa menutup mata saat ia tau ada orang yang berniat mencelakainya, apalagi orang itu ada didepan matanya.
Dia akan menjadi Athanasia versinya sendiri. Sudah dia katakan bukan? Dia akan jadi setengah iblis dan setengah malaikat. Tergantung siapa lawan bicaranya.
Athanasia melempar sisir yang dipegangnya tepat kesamping Luisa, membuat gadis itu memejamkan mata takut jika sisir tersebut mengenainya.
"Akan kulupakan masalah kali ini, selanjutnya jika kau mengulanginya lagi. Maka saat itu, hukuman dari Yang Mulia Raja yang akan menunggumu. Ini bukan ancaman, tapi peringatan!" suara tegas Athanasia menggelegar diseluruh penjuru ruangan, padahal dia tidak berbicara dengan suara tinggi.
Kembali duduk tegak disingle sofa, aura kepemimpinan gadis itu menguar begitu saja. Dengan suara rendah dan datar disertai tatapan dingin yang mematikan, Athanasia berkata, "Sekarang pergilah!"
Dengan gemetar dibantu dengan pelayannya Luisa berdiri, ia sedikit membungkuk hormat sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan Athanasia dengan amarah dan dendam yang membara.
Akan kuingat penghinaan ini! batinnya.
***
Setelah kepergian Luisa, Athanasia mendesah panjang. Ia memijat pelan pangkah hidungnya yang terasa nyeri.
Sorry Princess, aku gak bisa bersikap sebaik dirimu dengan memaafkan gadis itu. batin Athanasia,
Ia merasa bersalah karna berubah kejam disaat dia sedang berada didalam tubuh orang lain.
"Apa aku terlalu kejam?" gumamnya pelan,
Olivia yang paham kerisauan Sang Putri dengan sopan menjawab, "Anda tidak kejam Yang Mulia, itu merupakan bentuk pertahanan diri Anda. Dan jika boleh jujur, Saya lebih menyukai diri Anda yang sekarang."
Athanasia mendongak untuk bisa menatap pelayannya itu, "Jadi kau tidak menyukai diriku yang sebelumnya?"
Olivia panik dengan pertanyaan tak terduga yang keluar bibir mungil majikannya, padahal bukan itu yang ia maksud. "Bu-bukan begitu maksud saya Tuan Putri, ha-hanya saja sa-" Olivia tidak melanjutkan perkataannya karna tiba-tiba Athanasia tertawa kecil.
"Hahahaha, baiklah-baiklah aku paham. Kau tidak perlu sampai segugup itu." ucap Athanasia dengan nada menggoda. Ya, dia hanya menggoda pelayannya ini saja tadi.
Dengan nada sedikit protes, Olivia berucap. "Anda menggoda Saya?"
Athanasia menaik turunkan alisnya, "Menurutmu?" senyum jahilnya membuat Olivia tidak percaya jika gadis tercantik di Arandelle ini adalah Tuan-Putrinya.
"Anda seperti bukan Tuan Putri Athanasia."
Deg!
Perkataan itu seperti tembakan peluru yang menembak tepat dijantungnya, membuat Athanasia kesulitan bernapas.
Berdehem pelan, Athanasia berkata. "Kenapa kau bilang begitu?"
"Karna sebelumnya anda tidak pernah bercanda, pembawaan anda yang tenang dan serius membuat siapa saja segan terhadap anda meskipun anda memiliki hati yang sangat baik." jawab Olivia.
Athanasia menarik napas pelan, "Sekarang biasakanlah dengan sifat baruku yang mungkin belum pernah kau lihat." ucapnya,
Olivia membungkuk hormat, "Tentu, bagaimana pun anda saya akan tetap setia melayani anda, Tuan Putri."
Athanasia tersenyum simpul, "Bagus! Sekarang katakan, darimana kau tau tentang tanaman liar itu?" tadi dia ingin bertanya lebih jauh, tapi itu bukan moment yang tepat, dan sekarang lah saatnya.
"Tanaman liar itu berupa semak yang dapat tumbuh dengan tanaman lainnya. Dibeberapa bagian taman istana terdapat tanaman itu." jawab Olivia,
"Lalu bagaimana kau tau jika getah tanaman itu beracun? kau pernah terkena?"
Olivia menggeleng, "Tidak, bukan saya."
Menarik napas pelan, ia melanjutkan. "Dulu sebelum diketahui jenis tanaman itu, seorang tukang kebun pernah memncabut tanaman itu dengan tangan kosong, alhasil seluruh tubuhnya merah-merah dan terasa gatal. Lalu para tukang kebun berinisiatif untuk membakar tanaman itu, tapi dampak yang terjadi malah lebih buruk lagi. Semua orang yang menghirup asapnya terkena gangguan tenggorokan, saluran pernapasan serta paru-paru, bahkan ada yang mengalami alergi yang lebih parah lagi. Beruntung mereka semua langsung ditangani oleh tabib terbaik di Arandelle atas perintah Yang Mulia Raj, sehingga nyawa mereka tertolong."
Athanasia terkejut, "Separah itu?" padahal itu hanya tanaman, tapi dampaknya bisa seburuk itu?
Olivia mengangguk, "Benar Yang Mulia, itu sebabnya saya tadi meminta anda menggunakan sarung tangan saat memegang sisir itu."
Athanasia mengangguk paham, tapi sebuah pertanyaan kembali muncul dibenaknya. "Tapi bagaimana kau bisa tau jika sisir itu sudah dilumuri dengan getah tanaman liar?"
Dengan tenang Olivia menjawab, "Saya pernah mencium aroma getahnya untuk berjaga-jaga, jika hal seperti ini terjadi."