Chereads / I'm not a Princess / Chapter 15 - Tidak Akan Mampu Menaklukan Jiwa Liar Itu

Chapter 15 - Tidak Akan Mampu Menaklukan Jiwa Liar Itu

"Aku ingin bertemu Tuan Putri." ucap seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap.

Olivia membungkuk hormat, dengan sopan dia berkata "Maaf Tuan, tapi Tuan Putri sedang tidur sekarang."

"Kalau begi-" belum sempat Felix menyelesaikan ucapannya, pintu kamar terbuka bersamaan munculnya seorang gadis cantik yang mirip jelmaan dewi.

"Olivia aku ingin ke perpustakaan." ucap Athanasia begitu pintu terbuka.

Olivia sedikit membungkuk hormat, "Anda sudah bangun? tapi ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda."

Alis Athanasia mengernyit, "Siapa?" tanyanya, lalu tatapannya jatuh pada seorang pria dengan surai hitam.

Felix langung membungkuk hormat, "Salam saya haturkan kepada bulan kehidupan kerajaan Arandelle. Saya Felix Tracher, pengawal pribadi Yang Mulia Raja yang sekarang akan menjadi pengawal pribadi anda Tuan Putri."

Oh jadi ini bodyguard rasa jaman kuno, batin Athanasia. Ia terkikik geli dengan pikiran gilanya.

Olivia dan Felix menatap bingung Tuan Putri mereka yang tiba-tiba tertawa padahal tidak ada hal yang lucu. Merasa jika pengawal dan pelayannya memperhatikan, Athanasia berdehem kecil.

"Masuklah kita bicara didalam." perintah Athanasia, ia berbalik dan masuk kedalam kamarnya. Duduk disingle sofa yang ada ditengah ruangan.

Melihat pria bernama Felix itu tidak duduk, Athanasia menaikan tatapannya. "Duduklah! Jika kau diutus Yang Mulia, berarti kau sudah tau apa yang aku alami, benar?"

Felix membungkuk, menatap Putri Athanasia dengan sopan ia menjawab. "Terimakasi Tuan Putri, tapi saya lebih nyaman seperti ini. Dan ya! Saya mengetahui bagaimana kondisi anda."

Athanasia mengangguk pelan. Lalu ia sedikit mengernyit, tatapan yang pria ini berikan seperti memberikan sinyal padanya.

"Oivia, bisakah kau menyiapkan teh dan cemilan untukku dan ksatria Felix?" ucap Athanasia saat melihat ekor mata pengawal yang dikirim Raja mengarah pada Olivia, pelayannya. Yang artinya pria ini ingin bicara berdua dengannya.

"Baik Yang Mulia."

Setelah kepergian Olivia, Athanasia menatap serius pria tampan didepannya ini. "Ada hal yang tidak boleh diketahui pelayanku?" tanya Athanasia to the point.

"Saya tidak menyangka Anda menangkap sinyal saya." puji Felix, "Saya akan mengajari anda memanah, juga berlatih pedang. Tapi sebelum itu, anda harus menguasai ilmu beladiri terlebih dulu." lanjutnya.

Athanasia menaikan sebelah alisnya, "Hanya itu? kenapa Olivia tidak boleh tau?"

"Anda sudah memberi tahunya?" tanya Felix, Athanasia menggeleng."Belum!"

Felix mendesah lega, "Yang Mulia meminta saya melakukan hal ini secara rahasia, karna itu sebaiknya tidak boleh ada yang tau termasuk para pelayan anda." jawab Felix sopan.

"Aku hanya latihan, kenapa harus dirahasiakan?" tanya Athanasia tak habis pikir.

"Karna semua hal yang anda lakukan tidak boleh terbaca oleh siapa pun." jawab Felix, ia menatap lekat netra biru permata milik Athanasia. Warna mata yang sama seperti Yang Mulia Raja.

Athanasia mendesah kasar, "Baiklah!"

"Tadi anda bilang, anda ingin keperpustakaan? apa ada sesuatu yang anda butuhkan?" tanya Felix,

"Hm, aku perlu semua buku tentang sihir."

"Sihir? kenapa anda membutuhkannya?" Felix harus mengetahui dengan jelas apa yang akan dilakukan Sang Tuan Putri.

Mendesah pelan Athanasia menjawab, "Seperti yang kau tau, ingatanku hilang dan entah kenapa aku tidak bisa menggunakan kekuatanku. Lebih tepatnya aku tidak tau cara menggunakannya."

"Baiklah, saya akan menemani anda. Ada satu perpustakaan yang hanya bisa diakses oleh Raja dan calon pemimpin berikutnya. Yang Mulia sudah mengizinkan saya untuk membawa anda kesana, karna sepertinya beliau tau jika anda akan mencari sesuatu tentang sihir." Sebelum Felix meninggalkan ruangan Clude tadi, pria dengan kekuasaan tertinggi di Arandelle itu mengatakan padanya jika putri ingin mencari sesuatu tentang sihir, ia harus membawa gadis cantik itu ke perpustakaan tersebut.

"Saya akan membawa anda kesana besok malam."

"Apa ini juga termasuk rahasia?" tanya Athanasia,

"Benar," Athanasia hanya mengangguk. Sebenarnya dia juga tidak mau terlalu pusing memikirkan masalah sihir dan siluman pelindung yang dikatakan Raja tadi. Tapi dia tidak ingin membuat malu Athanasia yang asli.

Tidak lama Olivia kembali dengan beberapa pelayan yang membawa nampan teh dan cemilan. Ia menatanya diatas meja. Setelah menikmati secangkir teh dengan paksaan Athanasia, Felix pamit untuk berjaga diluar ruangan. Sekarang ia harus berada disisi Putri Athanasia selama 24/7.

***

Seorang wanita tua tersentak dari meditasinya, tanpa diduga ia melihat sesuatau yang belum pernah dilihatnya selama ini.

"Sepertinya dewa sangat menyayangi anda, Your Highness." ucapnya pelan dengan senyum penuh arti.

"Madam ada seorang Lady didepan yang ingin bertemu dengan anda." ucap seorang wanita berpakaian sederhana. Sepertinya ia pelayan dari wanita tua yang dipanggilnya dengan sebutan madam ini.

Madam tersenyum, ia tau siapa yang datang menemuinya hari ini. "Persilahkan Lady itu masuk," perintahnya, tidak lama masuklah seorang wanita cantik dengan jubah yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

"Sangat sulit bertemu denganmu." sindir Lady itu, ia membuka penutup kepalanya.

"Amarah menguasai anda My Lady, apa terjadi sesuatu?" tanya Madam tenang.

"Kau masih bisa bertanya seperti itu setelah menipuku?" geram Rasta. Ya! Dia adalah Lady Rasta yang hari ini kembali keluar istana untuk menemui wanita yang disebut Madam itu.

Tersenyum kecil, Madam menjawab "Saya tidak pernah menipu anda."

"Masih mau mengelak? Gadis itu sadar dan sangat sehat sekarang. Bukankah kau bilang kau sudah menyegel jiwanya?"

Madam mengangguk, "Ya saya melakukannya, sesuai perintah anda." sedikit pun wanita ini tidak gentar menghadapi Rasta yang menatap tajam dirinya.

"Berhenti menipuku!" sentak Rasta, "Jika kau memang sudah melakukannya, lalu gadis yang sedang beraktifitas di Istana itu siapa?"

"Apa anda tidak mengenali musuh anda, My Lady?" tanya madam dengan senyum penuh arti.

Rasta mengernyit bingung, "Apa maksudmu?"

"Jika anda tidak mengenali musuh anda, bagaimana anda bisa mengalahkannya?" bukannya menjawab pertanyaan Rasta, madam itu semakin membuat Rasta bingung.

"Jelaskan maksud perkataanmu!" perintah Rasta yang diabaikan Madam.

Dengan tenang ia berkata, "Sekarang tidak ada yang bisa saya lakukan."

Rasta membelalakan matanya dengan sempurna, "Apa kau takut dihukum mati karna menggunakan sihir hitam?"

"Tidak! Saya tidak pernah takut dengan hukuman apa pun." jawabnya.

Rasta tersenyum remeh, "Tapi kau mundur!"

"Saya tidak pernah memulai, kenapa saya harus mundur?" Rasta tersentak. Benar! Dari awal wanita tua ini tidak pernah memulai apa pun. Dialah yang memulai semua ini.

"Jika anda ingin mengalahkannya, anda harus mengenali dulu siapa dia. Karna apa yang kita lihat, belum tentu yang sebenarnya."

Rasta semakin tidak mengerti dengan apa yang wanita tua ini katakan. Ia kembali memakai penutup kepalanya, sebelum pergi ia berucap. "Sepertinya aku datang ketempat yang salah." Setelah ini dia akan menyuruh pelayannya untuk mencari penyihir lain.

"Saran saya, sebaiknya anda berhenti. Karna anda tidak akan mampu menaklukan jiwa liar itu." mendengar perkataan Madam, Rasta menghentikan langkahnya dan dengan angkuh dia menjawab. "Tidak ada alasan bagiku mendengar penipu sepertimu."

"Putri Athanasia menjaga tubuhnya dan juga jiwa liar itu dengan sihir. Bahkan bukan hanya beliau yang menjaganya." Rasta berbalik untuk menanyakan maksud ucapan Madam, tapi wanita tua itu sudah tidak ada.