Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

It's About Us!

🇮🇩Yulisa_Novita
--
chs / week
--
NOT RATINGS
37k
Views
Synopsis
Farel, seorang siswa yang bisa dikatakan bandel , menaruh rasa pada Zara, gadis cantik yang menjabat sebagai ketua seksi keamanan dan ketertiban di OSIS sekolahnya. Farel bertekad menjadi pribadi yang lebih baik agar bisa mendapatkan hati Zara. Dan Zara pun juga mau membantu Farel berubah menjadi sosok yang lebih baik. Di saat Farel telah berubah menjadi laki-laki yang baik dan Zara juga telah meyakinkan bahwa dirinya juga memiliki perasaan yang sama dengan Farel, ada rintangan besar yang harus mereka lewati. Tidak semudah itu untuk mereka bisa menjalin hubungan semakin dekat. Meskipun kedua orang tua Zara telah mengizinkan putrinya untuk menjalin hubungan dengan Farel, tetapi ada kakak Zara yang begitu protektif dalam menjaga adiknya. Bahkan Zara dilarang keras oleh kakaknya, agar gadis itu tidak berteman dekat dengan Farel. Kakak Zara selalu memberitahu Zara supaya gadis itu berteman dengan Farhan, ketua OSIS di sekolah Zara yang sifatnya sangat bertolak belakang dengan Farel. Lalu, apakah Zara mengikut keinginan kakaknya atau justru mengikuti isi hatinya? Yups, ini kisah tentang Farel dan Zara yang memperjuangkan hubungan mereka disaat kakak Zara menentang dengan keras kedekatan mereka. It's About US!
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Zara Almeera

Hari pertama masuk sekolah setelah ujian kenaikan kelas membuat mereka sedikit malas untuk memulai kegiatan disekolah lagi.

Setelah libur dua Minggu, semua anak tentu senang dengan hal itu, dan sekarang mereka harus memulai lagi semuanya. Belajar.

Upacara bendera setiap hari ini Senin akan dilaksanakan. Tidak hanya upacara saja, hari ini akan menjadi hari pengenalan lingkungan sekolah atau biasa kita sebut sebagai masa orientasi peserta didik baru.

Seperti halnya Zara Almeera, gadis yang baru saja naik kelas 11 IPA itu kini sudah berada didepan gerbang sekolahnya.

Zara Almeera, gadis cantik berperawakan langsing, tinggi dan cantik. Bisa disebut dengan body goals. Rambut panjangnya yang lurus dan berwarna hitam, menambah kesan cantik.

Sebagai ketua dari seksi keamanan dan ketertiban, Zara harus ikut andil dalam memeriksa perlengkapan semua siswa-siswi, mulai dari dasi, sepatu, kaos kaki, warna rambut dan lain-lainnya.

Awalnya gadis ini menjadi kandidat salah satu wakil ketua OSIS, namun Zara menolak karena dia merasa masih belum mampu untuk menjalankan tugas besar itu.

Menjadi wakil ketua OSIS bukanlah hal yang mudah, mereka akan bertanggung jawab tentang semua kegiatan yang ada disekolah. Memang tidak semua, namun sebagian besar pasti OSIS yang mengurus.

Sebenarnya Zara ini termasuk siswi pandai disekolah ini. Di kelas 10 dia dua kali mengikuti lomba dan memenangkannya. Hal itu membuat banyak guru-guru bangga pada Zara.

"Kelas berapa?" Tanya gadis disamping Nara. Viona, namanya. Anggota dari seksi keamanan dan ketertiban.

"Kelas 10 kak." Jawab cewek yang baru datang dengan menenteng sebuah name-tag besar ditangannya. Sebagai salah satu perlengkapan untuk MOS.

"Dasi rapi, ikat pinggang oke, sepatu hitam. Kaos kaki putih. Rambut hitam. Oke sip! Silahkan masuk adik cantik." Kata Viona setelah meneliti perlengkapan cewek itu.

"Sampai kelas 12 nanti kalo bisa harus tetap lengkap ya atribut sekolahnya. Jangan sampe pas udah jadi kakak kelas malah dilepas semua." Kata Zara.

"Iya kak." Cewek itu mengangguk.

"Yaudah, kamu bisa masuk." Kata Viona. Lalu cewek itu masuk ke dalam sekolah.

"Berasa apaan banget ya kita, mana harus lihat baju mereka satu-persatu." Kata Viona.

Zara tertawa. "Kita kan sie ketertiban." Katanya.

"Harusnya Lo jadi wakil ketua OSIS aja sama kak Farhan, enak tuh. Gue bisa bolos OSIS, terus nitip absen ke Lo." Kata Viona.

"Wah ga bisa. Ini yang bikin gue ogah jadi wakil ketua OSIS. Lo pasti bakalan seenaknya aja sama gue. Nitip absen, ga ikut rapat. Pasti ada aja alasannya." Kata Zara.

Viona tertawa. "Tau aja sih Lo."

"Zara!"

Zara menoleh saat ada yang memanggil namanya dari dalam sekolah. Ternyata Farhan, sang ketua OSIS lah yang memanggil.

"Ada apa kak?" Tanya Zara.

Farhan, kelas 12 IPS 1. Ganteng, tinggi, rambutnya rapi dan hitam tentunya. Punya segudang prestasi. Banyak yang naksir, pastinya. Namun tetap bertahan dengan ke-jombloan-nya.

"Nanti setelah bel masuk, kita ada rapat dulu ya, ada yang mau gue sampaiin." Kata Farhan.

"Semua apa cuma ketua-ketua aja kak?" Tanya Viona.

"Semua dong. Kan nanti yang nemenin MOS ga cuma ketua aja." Jawab Farhan.

Viona mengangguk-angguk paham.

"Yaudah, gue lanjut juga ya. Jangan lupa kalo bel masuk langsung ke ruang OSIS, kita rapat sebentar." Kata Farah mengingatkan.

"Oke kak." Zara mengacungkan jari jempolnya. Diikuti oleh anggukan Viona.

Setelah Farhan pergi mereka melanjutkan pengecekan atribut sekolah.

"Dasi Lo mana?" Tanya Zara pada teman satu angkatan dengannya.

"Ya elah Ra, hilang. Habis liburan mah hilang semua. Pulpen aja gue kaga punya." Jawab cowok bernama Pandu itu.

Pandu, cowok tinggi, ganteng, suka bercanda dan receh.

"Udah gila lu, masa iya barang-barang hilang lo ga beli? Persiapan buat sekolah dong." Kata Viona.

"Ya ampun Ona, gue kan ga punya uang. Mau beli pake apaan? Daun?" Kata Pandu.

Viona memutar kedua bola matanya malas.

"Kebiasaan banget manggil Ona. Panggil Vio dong biar bagus." Katanya.

"Ga papa, gue maunya manggil Ona aja. Kan spesial buat Lo dari gue. Pake telur tiga deh." Kata Pandu.

"Buruan tanda tangan, Lo kan melanggar aturan ga pake dasi." Kata Zara sambil menyerahkan buku pelanggaran.

"Yaelah Ra, nego tipis deh buat temen Lo ini. Baru hari pertama masuk masa iya gue udah ada pelanggaran aja sih." Kata Pandu sambil memasang wajah memohon.

"Ya itu kan dari Lo sendiri. Ngapain ga pake dasi?"

"Kan gue udah bilang. Dasi gue hilang, Zara yang cantik dan manis. Masa gue harus pake dasi SD punya adek gue?"

Viona sudah tertawa mendengar jawaban dari Pandu, cowok itu selalu ada saja jawaban untuk menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari Zara.

"Boleh kalo Lo mau. Buruan tanda tangan." Kata Zara sambil menyerahkan buku khusus pelanggaran.

Sambil berdecak, Pandu mengambil pulpen dari tangan Zara dan mulai tanda tangan disana.

"Kalo kaya gini mah gue bakalan ketemu sama pak Ilham terus." Kata Pandu.

Pak Ilham, sebagai guru BK disekolah mereka. Beliau terkenal suka bercanda namun juga tegas.

"Lo kan emang udah langganan." Kata Zara.

"Btw, mana temen-temen Lo yang lain? Kok ga barengan? Biasanya kalian kan kemana-mana selalu sama-sama." Tanya Viona.

"Ada, mereka masih di belakang. Gue duluan, soalnya mau makan dulu di kantin, eh malah kalian suruh berhenti." Jawab Pandu.

Zara menghela napas pelan. Jika Pandu sudah datang, pasti sebentar lagi teman-teman se-geng nya akan datang juga.

Hal itu membuat Zara malas, karena mereka termasuk kumpulan orang yang sulit dikasih tau soal aturan.

"Bilangin sama temen Lo deh Pan, kalo sekolah coba pake seragam yang rapi. Biar ga jadi langganan sama pak Ilham. Suka banget kayanya kalo disuruh hormat sama bendera." Kata Zara.

"Loh, gimana sih Ra, kan bagus tuh kalo hormat ke bendera. Sang Saka Merah Putih tuh. Wajib kita hormati." Kata Pandu.

"Astaga, udah ga mampu gue Vi." Kata Zara sambil menoleh ke arah Viona yang sedang tertawa.

"Emang menghormati bendera itu bagus, tapi ga dengan dihukum juga kan Pan? Coba deh kalo sekolah tuh masuk, jangan cuma sampai didepan gerbang doang." Kata Viona.

"Nah ini gue mau masuk malah lo suruh berhenti." Kata Pandu.

"Udah sana masuk Lo masuk." Kata Zara.

Pandu tertawa pelan lalu menyalakan kembali motornya yang tadi sempat ia matikan.

Zara melihat ke arah jalan raya, rupanya segerombol geng Pandu tadi sudah mulai datang. Hal ini membuat Zara malas. Teman Pandu itu sama semua.

Dikasih tau pasti ada saja jawabannya. Kadang Zara merasa aneh dengan mereka, jarang sekolah tapi pintar sekali menyusun kalimat saat mendapatkan teguran.

"Mereka datang Ra." Kata Viona.

Zara mengangguk.

"Iya, malas banget gue." Gumamnya pelan.

Setiap hari ini pasti Zara akan dihadapkan dengan mereka. Karena pengecekan atribut memang tidak dilaksanakan setiap hari, hanya di hari-hari tertentu saja.

Saat beberapa motor besar berhenti didepan Zara dan Viona. Zara hanya menghela napasnya, tetap mereka lagi yang memenuhi pelanggaran di setiap harinya.