Lima cowok dengan memakai motor besar dan helm full face itu berhenti didepan gerbang sekolah.
Ketua mereka turun dari motor dan berdiri didepan Zara. Sudah seperti biasa, cowok itu akan berdiri dengan pongah seolah menantang Zara untuk memberinya hukuman.
"Mana dasi Lo?" Tanya Zara to the point.
Cowok itu tersenyum sekilas.
"Jangan langsung to the point gitu dong. Ngobrol bentar coba. Gimana nih kabarnya habis liburan? Makin cantik aja gue lihat-lihat." Katanya sambil menatap Zara intens.
"Wuhu, makin cantik aja nih si Zara." Kata salah satu teman cowok itu.
"Kayanya pas sebelum libur kemarin udah cantik, eh sekarang malah makin cantik aja."
"Jadi pacar gue dong Ra, biar cantik Lo tuh ga mubazir."
Sang ketua tersenyum mendengar ucapan-ucapan dari teman-temannya.
Zara mengalihkan pandangannya. Inilah yang membuat dia malas jika berurusan dengan lima cowok ini. Dia akan terus digoda oleh mereka.
"Kalian berempat turun juga." Perintah Viona.
"Oke, tuan putri."
Mereka langsung turun dari motor masing-masing dan berdiri dibelakang ketua mereka.
"Pake dasi kalian masing-masing. Gue tau pasti kalian bawa dasi, tapi ga kalian pake." Kata Zara saat melihat tidak ada satupun yang memakai dasi.
"Catat ya Vi, biar gue absen pelanggaran dari mereka." Kata Zara. Viona mengangguk.
Zara mulai menyebutkan setiap pelanggaran yang ada pada mereka. Mulai dari sepatu berwarna hitam putih, kaos kaki warna warni, tidak memakai ikat pinggang dan masih banyak lagi.
"Pake dasi Lo!" Perintah Zara sambil mendongak menatap ketua geng motor itu.
Cowok itu mengeluarkan dasinya dari dalam tas lalu menyerahkan dasinya pada Zara.
"Pakein dong, cantik." Kata cowok itu.
Zara menghembuskan napas kasar. Cowok ini selalu menguji kesabarannya.
"Pake sendiri. Lo punya tangan kan?" Kata Zara.
"Punya, tapi gue maunya dipakein sama Lo." Kata cowok itu.
"AlFarellza Dirgantara, Lo jangan membuang-buang waktu gue ya. Gue masih harus ada rapat, buruan Lo pake dasi Lo dan masuk ke sekolah." Kata Zara.
Cowok itu tersenyum miring.
AlFarellza Dirgantara, cowok ganteng yang suka balapan dan suka berantem. Tampan, tinggi, pintar namun suka bolos, incaran banyak cewek.
Farel dan teman-temannya membentuk sebuah kelompok geng motor bernama Zervanos, yang dikenal sebagai geng motor yang suka membantu sesama. Mungkin mereka memang suka melanggar aturan sekolah, namun diluar sana mereka sering membantu orang-orang. Entah ke panti asuhan atau pinggir jalan sekalipun.
Sebenarnya, Zervanos tidak ada ketuanya, namun karena sikap tanggung jawab Farel yang tinggi, mereka mengangkat Farel sebagai ketua mereka.
Mereka ingin menghilangkan citra buruk geng motor dimata orang-orang. Jadi mereka harus memberikan kesan berbeda dari geng motor lainnya.
"Farel!" Panggil Zara.
Farel menunduk menatap Zara yang tingginya tepat sejajar dengan dadanya.
"Apa?" Tanya Farel.
"Buruan pake dasi Lo! Bentar lagi udah mau masuk, kita upacara. Sekali-kali Lo jadi murid yang teladan gitu kenapa sih? Sekarang ada murid baru. Lo harus kasih contoh yang bagus buat mereka." Kata Zara.
"Makanya pakein dasinya." Kata Farel sambil menyerahkan dasi miliknya.
Zara kembali mengalihkan pandangannya. Lalu lengannya disenggol pelan oleh Viona. Dia melihat ke arah temannya itu.
"Udah Lo pakein aja deh Ra, biar cepet selesai. Bentar lagi masuk, kita juga harus rapat OSIS dulu." Kata Viona.
"Tapi Vi---"
"Udah buruan." Potong Viona.
Akhirnya Zara mengambil dasi milik cowok tinggi didepannya.
"Nunduk." Kata Zara.
Farel tersenyum miring dan merendahkan tubuhnya. Wajahnya sangat dekat dengan wajah cewek didepannya.
Zara memejamkan matanya saat dengan sengaja Farel meniup kedua matanya.
"Ihiy, enak dong kalo sekolah dasinya dipakein. Gue juga mau dong kaya gitu." Kata Azka.
Azka, cowok dengan mulutnya yang paling ahli dalam mengumpat. Dia ini termasuk cowok yang suka gombal, ceweknya ada dimana-mana.
"Berasa mau ke kantor ya." Celetuk Vano.
Vano, cowok berambut gondrong, ia suka memakai seragam dengan lengan yang dilipat.
Dua cowok disamping mereka hanya ikut tertawa. Mereka adalah Evan dan William.
Evan si cuek, yang suka iya-iya saja sama temannya. Dia paling suka to the point.
William, dia suka bercanda sama Pandu. Sama-sama receh.
Jadi Farel, Pandu, Evan, Azka, Vano dan William, mereka adalah teman satu geng di Zervanos. Terkenal dengan ketampanan mereka, tak lupa juga dengan keberanian mereka.
"Udah, sana Lo masuk!" Zara menepuk bahu Farel lumayan kencang.
"Oke. Btw, makasih udah masangin dasinya sayang. Mau kiss dulu ga?" Kata Farel masih terus menggoda Zara.
Zara hanya diam saja tanpa memperdulikan apa yang dikatakan oleh Farel.
Ke lima cowok itu masuk kedalam sekolah dengan mengendarai motor masing-masing.
Banyak dari murid-murid yang memperhatikan mereka berlima. Siapa yang tidak mengenal Zervanos, semua orang mungkin mengenal nama geng motor yang diketuai oleh Farel itu.
'ganteng banget kan Farel.'
'ternyata ga cuma di cerita kakak gue aja, katanya mereka ganteng. Ternyata mereka beneran ganteng banget.'
'ga sia-sia gue belajar buat bisa masuk ke sekolah ini. Akhirnya bisa lihat mereka.'
'heh, emang Lo sekolah cuma buat lihat mereka aja?'
'kak Farel punya pacar ga sih?'
'si Farel emang ga bisa dibiarin sih. Minta dipacarin banget ga sih?'
'ga dapat kak Farel, temen-temennya juga boleh kok. Sama-sama ganteng ini.'
'milih sambil merem juga ga akan nyesel.'
Mereka sudah biasa mendengar kalimat-kalimat seperti itu. Selama liburan kemarin mereka merasa tenang tidak mendengar kalimat itu.
Namun sekarang mereka kembali mendengar kalimat-kalimat seperti itu.
"Lo suka banget sih godain Zara, Rel? Hati-hati suka." Kata Azka.
Farel tersenyum miring. "Kalo suka ya tinggal pacarin." Katanya dengan santai.
"Wih, santai banget kalo ngomong. Emang Lo pikir si Zara mau sama lo." Kata Pandu.
Cowok itu sudah bergabung dengan teman-temannya.
"Buat jadiin pacar mah si Farel tinggal kedip aja. Pasti cewek-cewek langsung luluh." Kata Vano.
"Gimana kalo kita buat taruhan aja, kalo Farel bisa pacaran sama Zara, mobil kesayangan masing-masing buat si pemenang." Usul Azka ngawur.
"Ga bisa kalo mobil. Itu udah kesayangan banget." Tolak William.
"Tau nih, jangan dong." Kata Vano.
"Terus apa dong? Uang? Motor?" Tanya Azka.
"Ga ada taruhan." Kata Farel. Mereka sontak melihat ke arah Farel.
"Kalian boleh bandel, tapi ga ada yang namanya cewek dijadiin taruhan. Gue ga suka, gue benci." Kata Farel tegas.
Se-gagah apapun cowok, menurut Farel mereka akan terlihat biasa saja saat berani menjadikan perempuan sebagai taruhan.
Jadi, Farel tidak suka itu.
"Yah, masa ga mau taruhan sih? Kan enak tuh kita bisa dapat mobil gratis." Kata Azka.
"Ga ada taruhan. Kalo aja gue tau kalian masih bikin taruhan, gue bakalan rusakin motor kalian." Kata Farel dengan tegas.
Mereka mengangguk saja. Daripada motor kesayangan rusak, kalau rusak mereka tidak akan bisa balapan lagi.