Mendengar permintaan dari Farel membuat Zara langsung memundurkan tubuhnya. Dia menatap cowok didepannya dengan tatapan tak percaya.
"Lo udah gila? Kebanyakan ngerokok kayanya." Kata Zara.
Farel tersenyum miring. "Gimana? Gue bisa aja berhenti merokok. Gue juga bisa bawa temen-temen gue buat masuk kelas. Bahkan tiap hari gue bisa jadi siswa yang rajin sesuai kemauan semua guru-guru. Tapi syaratnya itu tadi. Lo jadi pacar gue."
Zara ikut menunjukkan senyuman miringnya.
"Gue rasa Lo udah gila! Udah deh terserah Lo aja." Kata Zara lalu pergi meninggalkan Farel dan teman-teman cowok itu.
Melihat punggung Zara yang semakin menghilang membuat Farel kembali mengembangkan senyuman.
"Menarik ternyata." Gumamnya sangat pelan, mungkin hanya dirinya sendiri yang mendengarnya.
Lalu Farel mengajak teman-temannya untuk masuk ke dalam kelas.
"Ayo kita ke kelas, nanti bel istirahat ke sini lagi." Kata Farel pada teman-temannya.
Mereka cukup terkejut karena tidak biasanya, Farel akan menurut jika disuruh masuk kelas.
---
Farel melewati kelas yang digunakan untuk MOS, hal itu membuat cewek-cewek disana memekik tertahan.
Farhan memang tampan dan berada didepan mereka. Namun, pesona Farel tidak bisa dilewatkan.
Cowok itu hanya berjalan biasa dengan diikuti oleh teman-temannya, namun hal itu justru membuat mereka menatap memuja pada Farel.
Siapa yang tidak mengenal AlFarellza? Tentu semuanya mengenal cowok ini. Entah dari sisi baiknya atau sisi buruknya. Pasti semua tau tentang dia.
'gila ganteng banget ya.'
'dia udah punya pacar belum sih?'
'setau gue dia jomblo, tapi kalo dia mau jalan sama cewek, pasti gampang banget buat dapatin ceweknya.'
'iyalah, semua bakalan suka rela buat nemenin dia.'
'sumpah, padahal cuma jalan tapi damage nya...'
Sepertinya mereka hanya fokus melihat ke arah Farel saja, tanpa mendengarkan penjelasan dari Farhan yang ada didepan mereka.
Zara yang berada didalam kelas itu hanya menggelengkan kepalanya saja. Pasti mereka akan terpesona pada Farel.
Zara duduk ditengah, berada diantara murid-murid yang sedang MOS itu.
Tak lama Farhan menghampiri Zara dan bercanda dengan gadis itu. Pengenalan lingkungan sekolah melalui monitor kini digantikan oleh Karin, bendahara OSIS.
Melihat kedekatan Zara dan Farhan, mereka banyak menyimpulkan jika keduanya adalah sepasang kekasih.
Farhan memang begitu gencar dalam mendekati Zara. Dia memang begitu menyukai gadis ini, jadi menurutnya ia tidak boleh melewatkan sedikitpun waktu untuk berjauhan dengan gadis itu.
"Kok tumben si Farel sama temen-temennya masuk kelas." Kata Farhan.
"Tadi gue samperin ke belakang sekolah kak. Biasalah mereka lagi nongkrong disana." Kata Zara.
"Terus Lo suruh masuk kelas?" Tanya Farhan.
Zara mengangguk. "Iya, sebelumnya mereka ngebantah ucapan gue terus. Sampai akhirnya gue paksa buat masuk kelas. Dan ya itu tadi, mereka udah otw ke kelas masing-masing." Katanya.
"Emang Lo tuh jagonya bikin mereka nurut sih, biasanya kan susah banget kalo disuruh masuk kelas. Ada aja alasannya, kadang malah bolos." Kata Farhan.
"Kadang gue tuh heran sama mereka. Kok bisa gitu loh bandel, gimana coba cara bikin mereka bisa taat aturan sekolah." Lanjut Farhan.
Sebagai ketua OSIS, terkadang Farhan juga bingung bagaimana agar mereka memiliki efek jera. Diberi hukuman pun rasanya sudah tidak mempan.
Guru-guru saja terkadang sudah angkat tangan dan menyerahkan mereka pada Farhan. Dan Farhan sendiri juga tidak tau bagaimana caranya agar mereka bisa menjadi siswa yang patuh aturan.
"Nanti kantin bareng mau?" Tanya Farhan pada Zara.
Zara diam dan terlihat sedang berpikir. Lalu mengangguk.
"Boleh deh kak." Jawab Zara.
Farhan tersenyum lalu menepuk-nepuk pelan kepala Zara.
"Nanti kalo udah bel istirahat kita ketemu ya. Sekarang lanjutin kerjaan masing-masing. Oke?"
Zara mengangguk dan mengangkat ibu jarinya.
Farhan pergi meninggalkan Zara untuk kembali ke depan. Melaksanakan tugas sebagai ketua OSIS.
"Bener-bener ya pak ketua ini."
Zara dikejutkan dengan suara yang tiba-tiba dibelakangnya. Dia memukul Viona cukup kencang.
"Kaget tau!" Katanya kesal.
Viona tertawa. "Lagian si kak Farhan kayanya ngebet banget ya deketin Lo. Lagi ada acara kaya gini juga tetep aja, Zara prioritasnya." Katanya.
"Mana ada, tadi dia cuma ngajakin ngobrol soal Farel aja." Kata Zara.
"Emang kenapa?" Tanya Viona penasaran.
"Dia heran pas lihat Farel sama temen-temennya masuk kelas. Terus ya gue kasih tau dong, kalo gue yang nyuruh mereka masuk. Gue suruh buang juga tuh rokok-rokoknya." Jawab Zara.
Viona menepuk tangannya pelan.
"Lo tuh emang pawangnya mereka deh kayanya. Soalnya mereka bakalan nurut kalo Lo yang ngasih tau Ra. Coba aja yang lain, pasti ga akan di gubris." Kata Viona.
"Kata siapa mereka nurut sama gue? Gue aja tadi hampir nyerah, akhirnya gue tinggalin aja. Gue kira mereka tetap disana, ternyata enggak. Mereka langsung ngikutin gue buat masuk kelas." Kata Zara.
"Tuh kan, makanya kalo harus razia ke mereka gue bakalan serahin ke Lo aja." Kata Viona dengan santainya.
Zara mendelik menatap sahabatnya itu.
"Enak banget hidup Lo!
Viona tertawa.
---
Bel istirahat berbunyi. Zara dan Farhan sudah berjalan bersama menuju kantin.
Banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka. Apalagi teman-teman satu angkatan dengan mereka.
Mereka akan semakin heran dengan hal itu, biasanya ketua OSIS akan lengket dengan wakilnya. Namun, sekarang tidak. Farhan justru lengket dengan Zara, ketua dari seksi ketertiban.
Sebenarnya, rumor mereka pacaran itu sudah banyak yang dengar. Namun, diantara keduanya tidak ada yang angkat bicara.
Zara sendiri bukannya suka digosipkan pacaran dengan Farhan. Namun, menurutnya dia juga tidak perlu bilang apa-apa kan pada mereka? Karena memang diantara Farhan dan dirinya tidak ada hubungan apapun.
Zara dan Farhan duduk berhadapan. Mereka memesan makanan masing-masing. Tak lama teman-teman Zara ikut duduk bergabung.
Dari jauh geng Farel melihat ke arah meja Zara.
"Emang si ketos pacaran sama Zara?" Tanya Pandu.
"Lah, Lo yang sekelas sama Zara. Gimana coba?" Tanya William.
"Gue ga tau sih. Soalnya kan gue juga ga ada waktu buat ngurusin mereka." Jawab pandu.
William memukul lengan temannya itu.
"Gaya ngomong Lo tuh tinggi banget. Berasa presiden aja ga ada waktu." Katanya.
Pandu tertawa. "Kan emang gue orang sibuk."
"Sibuk deketin cewek." Kata Evan.
Pandu berdecak. "Mending Lo diem aja den Van. Daripada sekalinya ngomong udah langsung nusuk jantung paru-paru." Katanya.
"Lebay," cibir Farel.
"Ini lagi satu. Dibilangin juga." Kata Pandu.
"Apa?" Mata tajam Farel menatap pada Pandu, membuat Pandu hanya berani menunjukkan cengirannya.
"Enggak kok bos. Jadi gimana, nanti malam turun ga?" Tanya Pandu mengalihkan pembicaraan.
"Lihat nanti." Jawab Farel.
"Gue masih penasaran deh sama mereka. Pacaran ga ya?" Gumam William melihat ke arah Zara dan Farhan.
Farel ikut melihat ke arah mereka berdua.
"Gosip doang kayanya." Kata Azka.
"Iya kali ya..."
Saat masih asik menatap ke arah Zara dan Farhan. Tiba-tiba matanya saling tatap dengan mata indah milik Zara.
Namun, gadis itu sontak mengalihkan pandangannya. Hal itu membuat Farel tersenyum miring.
---