Zara senang saat MOS telah selesai dilaksanakan. Dia merasa jika tugasnya sudah selesai.
Meskipun tidak semuanya dia yang menjalankan namun rasanya cukup lelah.
"Kak Zara, maaf ya mau tanya." Kata cewek manis dengan memakai perlengkapan MOS hari ini.
"Kenapa ya?" Tanya Zara.
"Nanti pulang jam berapa kak? Kaya biasanya atau gimana?" Tanya cewek itu.
Zara sempat diam sebentar, seperti berpikir.
"Kayanya pulang agak telat dikit deh. Soalnya kan nanti bakalan ada pembagian kelas juga. Jadi Senin besok kalian bisa langsung masuk ke kelas masing-masing dan mulai belajar lagi." Jawab Zara.
Cewek itu mengangguk-angguk paham. Lalu ia pamit untuk kembali bergabung dengan teman-temannya.
Zara melanjutkan langkahnya menuju ruang OSIS, pagi ini dia akan setor jumlah pelanggaran selama satu Minggu ini.
Zara memasuki ruangan OSIS, ternyata disana ada Farhan yang sedang memainkan laptopnya.
"Pagi kak." Sapa Zara terlebih dahulu.
Farhan mendongak. Lalu tersenyum saat melihat ada Zara disana.
"Pagi. Mau ngerjain apa?" Tanya Farhan.
"Ini kak, mau setoran buat rekapan Minggu ini. Soalnya kan besok udah libur." Jawab Zara.
"Ah iya, sampe lupa gue Ra. Yaudah, Lo rekap dulu aja. Nanti Lo tulis nama-nama siapa aja yang paling banyak, terus kasih ke gue ya. Buat gue serahin ke pak Ilham." Kata Farhan.
Zara mengangguk. Lalu mulai mengerjakan tugasnya.
Saat ada satu yang bingung, Zara melirik ke arah Farhan yang terlihat sangat sibuk itu.
"Kak," panggil Zara pelan.
"Iya?" Farhan balik menatap Zara.
"Maaf ganggu ya kak, tapi aku mau tanya. Ini aku ga ngerti maksudnya gimana."
Zara menyerahkan buku OSIS miliknya. Lalu Farhan mengambil buku itu dan membacanya. Setelah dia paham, Farhan langsung menjelaskannya pada Zara.
Zara mengangguk paham. Lalu menerima buku dari Farhan melanjutkan pekerjaannya.
"Eh, Lo minggir dong. Ini kan tempat duduk gue."
Zara dikejutkan oleh tarikan di bahunya. Zara melihat siapa yang baru saja menarik bahunya dengan lumayan kasar.
"Eh, maaf kak. Tadi aku cuma pake bentar aja kok buat tanya ke kak Farhan." Kata Zara sambil berdiri lalu kembali ke kursinya.
"Udah punya kursi sendiri juga. Masih aja pake kursi orang lain." Karin, kakak kelas Zara.
Karin ini memang selalu seperti itu pada Zara. Entah ada alasan apa, yang pasti Karin seperti memiliki dendam tersendiri pada Zara.
"Iya maaf kak." Kata Zara lagi.
Ingin rasanya Zara mengumpat, namun dia tahan. Zara sendiri heran, kenapa Karin selalu kesal saat bersamanya.
"Apaan sih Karin?! Kan cuma kursi, masih banyak yang kosong. Coba Lo duduk ditempat lain kan juga bisa." Kata Farhan yang sedari tadi hanya diam saja namun memperhatikan.
Karin menatap tak suka pada Farhan.
"Dih, ya suka-suka gue dong. Lagian kan ini tempat duduk gue Han. Masa iya mau dipake sama orang lain." Kata Karin.
"Emangnya kursi ditentuin buat siapa aja? Enggak kan? Duduk mah tinggal duduk aja, ga usah dibikin rame lah." Kata Farhan.
"Iya-iya." Karin menjawab dengan terpaksa. Lalu dia melirik ke arah Zara yang juga melihat ke arahnya.
"Lo deket sama Farel?" Tanya Karin pada Zara.
Zara menggelengkan kepalanya. "Enggak kak. Cuma temen kenal biasa aja, kan satu angkatan." Jawab Zara.
"Oh, gue kira Lo deket juga sama dia. Udah deket sama Farhan, sama Farel juga. Coba pilih salah satu. Jangan maruk mau sama semua." Kata Karin sambil tersenyum sinis pada Zara.
Zara menatap Karin bingung.
"Mau sama semua gimana ya kak? Aku kan temenan sama semuanya emang. Masa iya aku ga boleh deket?"
Karin memutar kedua bola matanya malas.
"Buktinya Lo mau aja dideketin sama Farhan. Terus sama Farel kemarin juga keliatan deket. Emang dasarnya aja." Katanya.
"Dasarnya apa kak? Masa iya aku temenan harus milih-milih. Sama semua mah aku temen." Kata Zara.
"Dasarnya aja mau sama semuanya." Kata Karin.
"Rin, apaan sih! Dari tadi didengerin malah makin ga enak banget omongan Lo. Kalo ada masalah pribadi diomongin diluar. Ini ruang OSIS buat kegiatan sekolah." Kata Farhan.
Karin menatap sekilas pada Farhan. Lalu mendekati cowok itu.
"Han, gue bingung sama tugas Lo tadi malam. Katanya kan seluruh keuangan harus dijadiin satu, itu maksudnya gimana?" Tanya Karin.
Zara bergidik geli saat mendengar nada bicara Karin yang terkesan dimanja-manjakan.
'caper banget,' batin Zara.
Lalu Zara segera menyelesaikan tugasnya. Dia ingin cepat keluar dari ruangan OSIS ini.
"Ini kak, punya gue udah selesai." Kata Zara sambil menyerahkan buku OSIS milik Zara.
"Oke, makasih ya. Senin gue bagiin lagi." Kata Farhan.
Zara mengangguk lalu pamit untuk keluar terlebih dahulu, dia sudah tidak tahan dengan adanya Karin disana.
---
"Gimana? Udah selesai?" Tanya Viona.
Zara mengangguk. "Lo tau ga, si Karin sumpah ngeselin banget."
"Kenapa?" Tanya Yuna.
"Gue dikatain maruk tau ga. Katanya gue deketin Farel sama Farhan sekaligus. Emang udah gila dia tuh." Jawab Zara sambil menggelengkan kepalanya heran.
"Lah, ga salah tuh? Bukannya dia yang maruk? Dia kan usaha buat deketin Farel juga, tapi Farel-nya cuek terus." Kata Ines.
"Lagian, bisa-bisanya suka sama adek kelas. Ya ga direspon lah. Si Farel gitu-gitu standartnya pasti tinggi." Kata Yuna.
"Iya lah. Ngelawak kayanya si Karin mah. Kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu. Butuh kaca gede kayanya." Kata Viona.
"Gue tuh heran, kenapa kalo sama gue kaya punya dendam gitu loh. Padahal kan gue biasa aja juga ke dia, malah gue baik-baikin." Kata Zara.
"Ya itu dia tuh iri sama Lo. Lo kan bisa naklukin Farel tuh." Kata Yuna.
"Naklukin gimana?" Tanya Zara bingung.
"Maksudnya tuh, Farel kalo sama Lo kan nurut. Ya walaupun bukan nurut yang nurut banget. Setidaknya kalo disuruh masuk kelas dia masih mau, kalo sama Karin disuruh masuk kelas, pasti sama Farel dicuekin." Jawab Yuna menjelaskan.
"Ya terus kalo kaya gitu salah gue? Enggak kan? Gue aja ga tau kenapa Farel bisa mau gue suruh masuk. Lucu banget kalo si Karin benci gue gara-gara hal itu." Kata Zara.
"Emang ngeselin sih dia." Kata Ines.
"Pengen sesuatu tapi ga kesampaian ya gitu. Giliran ada orang yang bisa dapatin, pasti dibenci." Kata Viona.
"Terus tadi gimana pas sama Kak Farhan, caper ga?" Tanya Yuna.
Zara menghela napas. "Ya kaya biasanya gitu lah. Mana kalo ngomong dimanja-manjain." Jawabnya.
Yuna tertawa. "Pengen rasanya gue tuh ngasih semangat buat dia. Semangat buat mengejar cintanya." Katanya.
"Jangan gitu Lo! Nanti kalo tiba-tiba Karin jadian sama kak Farhan. Wah jantungan Lo semua." Kata Zara sambil tertawa pelan.
"Mustahil bestiee. Si Farhan aja suka sama Lo." Kata Yuna.
"Apaan, enggak lah." Elak Zara.
Zara selalu mengelak fakta jika Farhan memang menyukainya. Dia tidak mau jika nantinya persahabatan mereka akan rusak hanya karena cinta. Selama ini Zara justru sudah menganggap Farhan seperti kakaknya sendiri, karena cowok itu begitu perhatian padanya.
---