Zara masuk ke dalam rumahnya. Dia masih tidak percaya jika tadi dia pulang bersama dengan seorang bad boy.
"Gue tuh takut banget kalo dikeroyok sama penggemar ga jelas si Farel itu. Mana mereka brutal banget lagi." Gumamnya.
"Ngapain Lo ngomong sendiri disana?"
Zara mendongak dan melihat ada kakaknya disana. Alvaro.
Zafran Alvaro. Kakak kandung Zara yang sekarang sedang menempuh pendidikan di tingkat mahasiswa. Usia Zara dan kakaknya terpaut tiga tahun.
Terpaut usia yang terbilang dekat itu, membuat Zara dan Alvaro sering bertengkar kecil-kecilan, seperti Alvaro yang suka jahil. Kadang ia bisa membuat adiknya itu sampai menangis karena ulahnya.
Dulu uang jajannya juga pernah dipotong oleh Bundanya agar tidak menjahili adiknya lagi. Namun, namanya juga Alvaro, ia tetap saja mengganggu adik satu-satunya itu.
"Siapa juga yang ngomong sendiri? Gue cuma lagi nyanyi aja." Jawab Zara dengan ketus.
"Yee, tai Lo. Eh, gimana tuh si Farel bandelnya SMA Lo itu? Masih tetap kaya gitu apa gimana?"
Zara sempat terkejut dengan pertanyaannya dari kakaknya, karena kakaknya itu tidak pernah yang namanya bertanya tentang Farel, dan sekarang tiba-tiba saja dia bertanya.
"Ya tetap aja sih kak. Namanya udah bandel pasti susah sih. Kalo dia ga mau berubah dari dirinya sendiri juga pasti susah." Jawab Zara.
"Lo jangan sampe punya pacar yang kaya gitu. Dia aja jaga diri sendiri ga bisa apalagi jaga pacarnya." Kata Alvaro.
"Ga bisa jaga diri sendiri gimana?" Tanya Zara bingung.
"Ya ga bisa. Buktinya dia ngerokok kan? Dengan dia ngerokok tuh udah tandanya dia ga bisa jaga diri." Jawab Alvaro.
Kenapa Alvaro bisa berkata seperti itu? Karena dirinya sendiri tidak merokok. Dia harus menerapkan hidup sehat dalam setiap harinya.
Zara mengangguk paham.
"Tapi dia juga baik loh, kak. Dia mau bantu-bantu orang diluar sana yang kekurangan. Jiwa sosialnya tuh bagus." Katanya.
Alvaro menunjukan senyuman miringnya.
"Iya. Dia ada baiknya. Tapi banyak buruknya kan? Dia masih suka bolos kan?" Tanyanya.
Zara mengangguk. Jika kalian berpikir dari mana Alvaro tau semua tentang Farel, semua itu berawal dari Zara yang suka mengeluh dan bercerita tentang Farel yang suka terlambat, bolos, merokok disekolah dan kadang suka berantem.
Selain itu, Farhan juga pernah bercerita tentang Farel pada Alvaro.
Apalagi Alvaro sendiri pernah melihat cowok itu sedang balapan bersama dengan salah satu temannya. Itu membuat Alvaro memandang buruk kepada Farel.
"Tapi kan kita ga bisa lihat dari satu sisi aja kak. Dia mungkin emang bandel, tapi dia juga punya kebaikan." Kata Zara.
Alvaro menyipitkan matanya dan menatap curiga pada Zara.
"Kok Lo kaya belain dia banget sih Ra? Padahal yang gue sebutin tadi bener semua kan?" Katanya.
Zara jadi gelagapan sendiri. Dia juga tidak sadar dengan kata-katanya yang mengulang kebaikan Farel.
"Ga ada yang belain. Orang gue cuma ngomong kaya gitu kok. Tapi kan emang bener dia juga ada baiknya." Jawab Zara.
"Jangan sampe Lo suka sama cowok bandel kaya gitu." Kata Alvaro.
"Iya, enggak." Jawab Zara.
Zara duduk disofa ruang tamu. Diikuti oleh Alvaro.
"Bunda sama Ayah kemana?" Tanya Zara.
"Lagi keluar. Katanya kondangan. Tadi gue udah pesen sih, minta beliin makanan, soalnya dirumah ga ada camilan." Jawab Alvaro.
"Siang-siang gini kondangan?" Tanya Zara kaget.
Alvaro mengangguk. "Yang katanya rumahnya jauh itu loh, makanya berangkat agak siang." Jawabnya.
Zara melepaskan kaos kakinya. Lalu merebahkan tubuhnya disofa.
"Lo ga kuliah?" Tanya Zara. Alvaro menggeleng.
"Bolos ya Lo?" Tuduh Zara.
"Enggak dong. Gue mah anak rajin. Mana ada bolos. Emang lagi libur." Jawab Alvaro.
"Ayo jalan dong, kak. Lo udah lama tau ga traktir gue. Masa pelit banget sama adek sendiri." Kata Zara.
"Lo kemarin juga janji kan sama gue bakalan traktir gue kalo dapat uang saku double dari Bunda. Tapi mana neng, sampe udah lewat satu Minggu kaga ada kabarnya." Kata Alvaro sambil melirik sinis pada adiknya.
Zara yang mengingat hal itu langsung tertawa.
"Gue lupa tau. Terus sekarang pas udah inget, uangnya malah habis. Jadi rencana mau traktir Lo gagal total." Kata Zara.
"Emang Lo mah pelit. Kalo minta ke gue aja udah kaya orang malakin apaan banget. Kalo di mintain sendiri susah banget." Kata Alvaro sambil memukul kaki adiknya itu.
Zara mengelus kakinya.
"Sakit tau. Tangan Lo tuh gede, mana berat lagi. Dipake buat mukul kaki gue yang kecil gini, ya sakit." Gerutunya kesal.
Alvaro tertawa.
"Aduh maaf ya adikku yang manis. Maafkan kakak mu ini tidak sengaja melakukan hal seperti itu." Katanya dengan drama.
Zara melirik sinis ke arah kakaknya itu.
"Gue maafin, kalo Lo mau beliin gue makanan." Katanya.
Alvaro justru kembali memukul kaki adiknya itu.
"Emang Lo tuh tukang malak. Bisa aja gitu loh kalo memanfaatkan keadaan." Kata Alvaro.
Zara tertawa mendengar itu.
"Kan gara-gara lo ini. Gue cuma minta pertanggungjawaban. Ayo dong kak, beliin makanan." Katanya.
"Ya beli apa? Gue juga butuh makanan biar bisa nemenin ngerjain tugas. Gue kalo ga ada makanan pasti ga bisa fokus." Kata Alvaro.
Zara bangun dari rebahannya lalu memukul lengan Alvaro pelan.
"Itu mah, emang Lo aja yang suka makan. Gue dalam keadaan lapar juga bisa belajar." Kata Zara sambil menunjukan wajah songongnya.
"Kita beda ya. Meskipun terlahir dari rahim yang sama. Tapi kita beda. Ga usah dibanding-bandingkan, gue kaga suka." Kata Alvaro sambil menoyor pelan kepala adiknya itu.
"Gue bilangin bunda nih nanti. Gue bakalan bilang ke bunda kalo kak Alvaro suka dorong-dorong kepala Zara bund. Biarin aja uang jajan Lo dipotong kaya dulu." Kata Zara sambil beranjak dari duduknya.
"Lo jangan suka ngadu gitu dong. Kaya anak kecil. Yaudah buruan mau beli jajan apa, biar gue bayarin." Kata Alvaro dengan terpaksa.
Adiknya ini sangat pintar jika mencari kesempatan, apalagi kesempatan untuk mendapatkan jajanan kesukaannya.
Dengan antusias Zara langsung menyebutkan apa saja yang ia inginkan. Dan hal itu membuat Alvaro syok, dia benar-benar tidak menyangka dengan makanan yang dipesan oleh adiknya.
"Badan kecil tapi makan banyak. Siapa lagi kalo bukan si Zara Almeera." Ledek Alvaro sambil menjulurkan lidahnya.
"Dasar Alvaro. Penghinaan terhadap ciptaan Tuhan Lo mah. Ga baik kaya gitu." Kata Zara.
Alvaro tertawa. Lalu berhenti saat menyadari kalimat adiknya. "Gue cuma bercanda. Lo jangan bawa-bawa nama Tuhan dong. Ga boleh kaya gitu."
"Buruan pesenin makanan gue. Sekarang gue mau mandi dulu."
Zara langsung pergi meninggalkan kakaknya yang sedang menatap sinis padanya itu.
Zara langsung masuk ke kamar mandinya dan menyiapkan air untuk ia mandi. Ia harus membersihkan dirinya dari keringat dan debu yang menempel.