Sinar matahari memasuki jendela kamar gadis cantik yang sedang tertidur meringkuk dibawah selimutnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun tidak ada tanda-tanda gadis itu akan bangun.
Alarm dari ponselnya sama sekali tidak berpengaruh, hingga ada suara lembut yang membangunkannya.
"Bentar, bun. Zara masih ngantuk." Kata Zara dengan mengubah posisi tidurnya.
Bundanya langsung menarik selimut yang digunakan oleh Zara.
"Ini sudah siang ya, Zara. Sekarang sudah jam tujuh, kamu mau berangkat jam berapa kalo sekarang aja belum bangun?"
Mendengar ucapan bundanya yang mengatakan sudah pukul tujuh, Zara langsung bangun. Dia juga melihat jam dindingnya, seketika matanya langsung terbuka lebar. Dia langsung beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi.
"Ini tuh gara-gara kak Al, bun. Kalo tadi malam nggak pulang sampe malam pasti juga aku nggak kesiangan." Gerutu Zara sambil masuk ke kamar mandi.
Bunda Fitria yang berada diluar hanya menggelengkan kepalanya pelan. Hal seperti ini sudah biasa terjadi.
Alvaro yang suka jahil dan adik kecilnya yang gampang terpancing emosi.
Bunda Fitria keluar dari kamar Zara. Dan bertepatan dengan Alvaro yang juga keluar dari kamarnya.
"Pagi bunda ku yang cantik." Sapa Alvaro sambil tersenyum.
Ia menghampiri Bundanya dan mencium pipi kiri dan kanan Bundanya. Namun, ia mengernyitkan dahinya saat Bundanya menatap dirinya dengan tatapan penuh selidik.
"Kenapa Bunda?" Tanya Alvaro.
"Kamu jahilin adik kamu lagi ya?" Tanya bundanya.
"Jahilin apa sih Bun? Padahal Alvaro baru keluar kamar udah dituduh-tuduh aja." Kata Alvaro tak terima. Namun, bibirnya tak bisa menahan tawanya.
"Jujur sama bunda deh. Kasihan itu adiknya kalo terlambat, belum lagi dia anak OSIS loh kak. Kan nggak baik juga buat nama adiknya." Kata Bunda Fitria.
Alvaro tertawa pelan. "Jahil dikit aja kok, Bun. Nggak yang gimana-gimana." Jawabnya.
Bundanya hanya geleng-geleng kepala pelan.
"Ya udah, sana kamu sarapan dulu aja. Zara biar siap-siap dulu." Katanya.
Alvaro mengangguk dan turun menuju lantai satu bersama bundanya.
***
Farel sedang duduk di kantin sendirian. Dia sengaja membolos tanpa teman-temannya, karena dia sedang malas untuk mengikuti pelajaran biologi.
"Farel! Kamu ini dengar bel masuk nggak? Kok malah disini santai-santai, sudah pintar kamu?!"
Farel melihat ke arah suara, ia menatap malas gurunya yang sedang berkacak pinggang itu. Belum lagi tatapannya yang terkesan siap melahap Farel hidup-hidup.
"Farel! Kamu dengar saya nggak sih?!"
"Iya bu, dengar." Jawab Farel.
"Karena membolos pelajaran, sekarang kamu ke halaman sekolah sana dan hormat sama bendera. Nanti setelah jam pelajaran pertama berakhir kamu baru bisa masuk kelas."
"Oke." Jawab Farel santai. Ia meninggalkan gurunya yang masih menatap kesal ke arahnya.
Sedangkan Zara berjalan mengendap-endap ditembok samping sekolahnya. Sebenarnya dia takut jika ada guru yang memergokinya datang ke sekolah terlambat. Namun, jika tidak datang sama saja dia bolos. Zara tidak mau mengotori absennya.
Dengan hati-hati Zara mulai memanjat tembok sekolahnya. Dia melihat ke kanan kiri untuk memastikan tidak ada yang melihatnya.
"Aduh, gue takut banget." Gumamnya.
Zara langsung melompat ke bawah setelah berhasil masuk ke area sekolahnya. Baru saja dia melompat, sudah dihadang oleh guru BK yang sedang keliling.
Zara langsung menunjukan cengirannya.
"Bu, maaf ya Bu saya terlambat. Saya boleh masuk kan Bu?" Tanya Zara.
Zara harus berusaha cari muka didepan guru BK-nya ini. Jika tidak dia akan mendapatkan hukuman.
"Kamu ini bagaimana, Zara?! Sebagai anggota OSIS, apalagi kamu seksi keamanan dan ketertiban, harusnya kasih contoh yang baik bukan malah datang terlambat lalu manjat tembok."
Zara menunduk, dia tidak berani melihat ke arah gurunya itu.
"Iya maaf Bu, saya salah." Katanya pelan.
"Kamu ke halaman sekolah sana, hormat bendera. Nanti setelah bel ganti pelajaran berbunyi kamu bisa masuk kelas. Meskipun saya tahu, kalau kamu selalu taat aturan, tapi ini namanya kamu tetap salah, kamu melanggar aturan dan datang terlambat."
Zara ingin meminta keringanan lagi sebenarnya, namun nyalinya seketika langsung hilang. Ia hanya mampu mengangguk dan langsung berjalan menuju ke tiang bendera.
Zara melihat ada cowok yang sering kali berdiri disana. Farel. Bukannya hormat, cowok itu justru hanya berdiri saja di awal tiang bendera.
Farel terkejut saat tiba-tiba saja ada orang yang berdiri didekatnya. Dan yang membuat Farel semakin terkejut orang itu adalah Zara.
Gadis yang setahu Farel selalu disiplin, sekarang sedang berdiri didekatnya.
"Lo kenapa kok bisa dihukum?" Tanya Farel penasaran sambil melirik ke arah Zara yang berdiri sambil hormat itu.
"Kesiangan." Jawab Zara singkat.
"Kok bisa? Gara-gara lo nonton balapan sampe malam ya?" Tebak Farel.
Zara sempat terkejut saat cowok itu bisa tahu jika tadi malam dirinya juga berada di arena balap.
"Kok lo tau?" Tanya Zara pelan.
Farel tertawa pelan. "Gue lihat lo sama kakak lo." Jawabnya.
Zara mengangguk pelan. "Lo sendiri kenapa bisa dihukum lagi?" Tanyanya.
"Gue mau bolos. Tapi ketahuan sama guru BK, jadi gue disuruh kesini buat dihukum." Jawab Farel santai.
Zara menatap heran pada Farel. Mendapatkan hukuman seolah bukan beban bagi cowok disampingnya ini.
"Kalo lo capek, lo bisa duduk. Nggak usah terlalu dipaksa jalanin hukuman." Kata Farel melirik Zara.
Zara juga melirik ke arah cowok itu.
"Gue telat, jadi wajar kalo gue dihukum. Dan soal capek, gue emang capek. Tapi gue juga nggak mau semakin melanggar aturan di sekolah." Katanya.
Farel tersenyum miring.
"Lo kenapa se-nurut itu sih sama guru-guru? Kalo pun lo nggak jalanin hukuman, mereka juga nggak bakalan tau." Katanya.
"Kok lo gitu sih? Lo kan emang salah. Harusnya lo jalanin hukuman aja." Kata Zara.
"Hukuman mah santai aja menurut gue. Kalo emang dihukum yaudah jalanin aja." Kata Farel.
Zara kembali geleng-geleng kepala pelan dengan kelakuan Farel. Mungkin karena terlalu sering di hukum membuat cowok itu sudah sangat santai.
"Lo kenapa suka...balap?" Tanya Zara dengan terbata-bata, dia takut jika pertanyaannya akan menyinggung perasaan Farel.
"Karena itu hobi gue." Jawab Farel.
Cowok itu bahkan sudah tidak menjalankan hukumannya, dia hanya berdiri disamping Zara saja.
"Kan ada banyak macam hobi. Kenapa harus balap? Itu kan bahaya buat lo." Kata Zara pelan.
Farel tersenyum kecil.
"Lo nggak suka ya sama cowok yang suka balapan?" Tanyanya.
"Iya gue nggak suka. Karena itu bahaya buat diri sendiri juga. Lebih baik cari hobi yang bermanfaat." Kata Zara.
"Kalo lo hobinya apa?" Tanya Farel balik.
Zara menoleh sekilas pada Farel.
"Gue suka baca buku." Jawabnya.
Farel mengangguk paham. Pantas saja gadis itu pintar, hobinya saja membaca buku.
"Ayo duduk aja. Gue capek berdiri." Ajak Farel sambil menarik Zara untuk duduk didekatnya. Mereka berteduh dibawah pohon.
Zara kembali berdiri. Namun, Farel menahannya.
"Lo kamu kemana sih?"
"Gue mau lanjutin hukumannya. Kalo lo mau duduk, ya duduk aja." Jawab Zara.
Melihat Zara yang panas-panasan, akhirnya Farel ikut berdiri lagi disamping gadis itu.