Bel istirahat berbunyi, Zara langsung mengajak Viona untuk mengembalikan buku paket milik Farel. Sebenarnya tadi Zara sudah mengajak Viona untuk mengembalikan buku saat pergantian jam pelajaran, tapi Viona menolak dan mengatakan jika Farel pasti memiliki buku lagi, seperti yang dikatakan oleh cowok itu tadi.
"Ayo buruan, Vi. Nggak enak kalo lama-lama, mana tadi waktu kelas dia belajar matematika bukunya ada di kita lagi." Kata Zara sambil menarik tangan Viona.
Viona yang ditarik pun berjalan dengan terseret-seret, ia berdecak kesal. "Si Farel nggak akan kabur kali Ra, santai aja kenapa sih? Ini gue jalan udah kaya apaan aja." Katanya.
Zara tidak menggubris perkataan Viona. Ia hanya melirik sekilas dan melanjutkan langkahnya menuju kelas Farel.
Saat sampai didepan kelas Farel, Zara menyuruh Viona untuk memanggil cowok itu.
"Lah ya nggak mau gue. Kan tadi lo yang semangat banget mau balikin, ya udah panggil sendiri aja." Kata Viona sambil mengelus pergelangan tangannya yang ditarik oleh Zara tadi.
"Nggak mau, gue malu. Mending lo aja." Kata Zara sambil menyodorkan buku paket itu pada Viona.
"Nggak. Lo aja, lagian kenapa sih nggak mau, orang sama Farel doang. Apa jangan-jangan lo suka ya, makanya nggak mau ngasih sendiri? Hayo Zara hayo..." Viona justru menggoda sahabatnya itu.
Zara menepis pelan tangan Viona yang mencolek-colek pipinya. "Nggak ya, gue cuma malu aja. Lo tau sendiri kan kalo geng dia ada disini semua, kecuali si Pandu sama Vano. Jadi pasti mereka bakalan goda-godain gitu. Gue nggak suka."
"Dih, emang mereka bakalan godain lo apa? Terlalu percaya diri." Kata Viona mengejek Zara.
Zara berdecak kesal dan memukul lengan Viona. "Buruan panggil,"
Viona menggeleng dengan cepat. "Nggak mau, lo aja!"
"Ck, buruan panggil..."
"Panggil siapa?"
Ditengah perdebatan mereka, tiba-tiba Farel sudah berdiri didekat pintu dengan wajah bingungnya menatap dua gadis yang sedang saling pukul dan tunjuk itu.
Zara menatap Farel dengan cengirannya lalu tangannya menyerahkan buku paket itu kepada pemiliknya.
"Ini Rel, gue cuma mau balikin ini aja kok. Makasih ya." Kata Zara dengan suara lembutnya.
Farel mengangguk dan menerima bukunya. "Lain kali, kalo emang butuh sesuatu, bilang sama gue aja. Siapa tau gue bisa bantuin." Katanya.
Zara mengangguk dan melirik ke arah Viona yang sedang senyum-senyum sambil melihat ke arah atas. Zara tau jika sahabatnya itu sedang menggodanya.
"Ya udah, gue duluan ya Rel. Makasih sekali lagi." Kata Zara.
"Iya, santai aja." Farel berkata sambil mengangguk.
Setelah itu, Zara kembali menarik Viona untuk pergi ke kantin. Dan gadis itu kembali marah-marah, memangnya dia sapi apa, harus diseret-seret seperti ini.
Dan di kantin, Viona langsung berkata heboh pada teman-temannya yang lain. Zara hanya mampu menepuk keningnya pelan, ingin menutup mulut gadis itu juga tidak bisa.
"Kalian harus tau kalo ternyata temen kalian ini deket sama bad boy sekolah kita," Kata Viona dengan heboh.
"Serius Ra? Siapa? Gengnya Farel apa sama Farel-nya sendiri?" Tanya Yuna menanggapi dengan heboh juga.
"Nggak ada kaya gitu, si Viona mah ngawur aja." Kata Zara sambil melirik sahabatnya itu.
"Dih emang iya, kalian harus tau juga kalo tangan Zara tadi sampe dingin, kaya orang grogi mau ketemuan sama gebetannya." Kata Viona sambil tertawa puas.
Ines langsung menatap Zara dengan tatapan tak percaya. "Serius Ra? Ya Allah Ra, gue kira lo sukanya sama yang sejenis kaya kak Farhan, ternyata malah yang bertolak belakang." Katanya.
"Apa sih, nggak gitu. Kalian jangan percaya deh sama apa yang dibilang sama Viona. Dia kan suka gitu, cie-ciein teman sendiri." Kata Zara kesal.
"Hmm... Temen gue bisa suka sama cowok juga ternyata." Kata Ines sambil mencolek dagu Zara.
"Ya lo pikir aja, gue masih suka cowok ya." Balas gadis itu dengan sengit.
"Tapi emang kok Ra, dekat sama cowok yang bandel itu lebih nyaman kayanya, daripada sama cowok yang pinter-pinter banget. Bikin bosen yang ada, terusin aja ya dekat sama Farel, biar hidup kita aman dilindungi sama gengnya." Kata Yuna sambil menepuk-nepuk bahu Zara.
"Lah makanya, si Farhan yang pinter aja si Zara nggak mau. Ini giliran sama Farel yang bandelnya nauzubillah malah mau." Kata Ines.
"Nggak guys, kalian tuh apaan sih? Mau apa? Gue sama Farel nggak ada apa-apa juga, cuma teman aja. Orang nggak dekat juga." Kata Zara masih terus mengelak.
"Ah masa?"
Zara memutar kedua bola matanya malas. Lalu duduk dan menunggu pesanannya. Teman-temannya masih terus menggodanya.
Zara mengambil sebuah kertas yang ada diatas meja. Ia gunakan kertas itu untuk mengipas lehernya, karena ia merasa sangat panas hari ini.
"Nih, biar nggak gerah."
Zara mendongak dan melihat Farel yang tiba-tiba meletakkan sebuah es krim didepannya. Ia melihat cowok itu dengan tatapan bingung.
"Ini apa Rel?" Tanya Zara.
"Itu es krim. Lo makan ya, biar nanti semangat belajarnya." Jawab Farel, lalu cowok itu pergi dari tempat Zara.
"Ekhemm... Cie, masa iya kaya gitu nggak dekat sih? Tiba-tiba kasih es krim, kan so sweet banget." Viona kembali menggoda Zara. Dan tentunya diikuti oleh temannya yang lain. Zara hanya diam saja sambil menatap es krim didepannya.
***
Zara berjalan menuju kelasnya sendirian. Dua temannya sedang pergi ke kantor guru dan satu lagi sedang ke kamar mandi, karena Zara tidak ingin mengikuti keduanya, akhirnya ia memilih untuk kembali ke kelas saja.
Zara merasa jika ada yang berjalan dibelakangnya. Lalu ia menoleh. Farel tersenyum di belakangnya.
"Kok sendiri?" Tanya Farel sambil mensejajarkan langkahnya.
"Iya, yang lain lagi ke kantor sama ke toilet." Jawab gadis itu.
Farel mengangguk paham. "Nanti mau pulang bareng?" Tanyanya.
Farel menunggu jawaban dari gadis itu, karena Zara bukannya menjawab malah diam saja.
"Gimana Ra?" Tanya Farel.
"Besok aja gimana, Rel? Kalo hari ini gue nggak bisa." Jawab Zara.
"Oh besok. Oke sih nggak papa." Kata cowok itu. Zara mendongak dan tersenyum melihat Farel.
"Lo bawa mobil hari ini?" Tanya Farel.
"Gue hari ini dijemput sama kakak, makanya nggak bisa pulang sama lo." Jawab Zara.
"Oh gitu. Lo nggak boleh pacaran ya sama kakak lo?" Tanya Farel.
"Boleh, kakak gue nggak ngelarang kok. Cuma ya, kaya yang gue ceritain kemarin. Dia maunya yang jadi pacar gue itu anak baik-baik. Sebenarnya semua orang baik, tapi kakak gue selalu bilang gitu." Kata Zara.
Kadang Zara juga tidak suka jika terlalu dikekang seperti ini, tapi mau membantah pun juga tidak mungkin. Alvaro akan semakin marah jika ada yang membantah perintahnya.
Tangan Farel terangkat untuk mengelus kepala Zara. "Nggak papa, maksud dari kakak lo baik kok. Dia cuma mau adiknya dijaga dengan baik sama pacarnya." Katanya. Zara hanya mengangguk saja. Ia merasa jika Farel sudah semakin berani untuk mengusap kepalanya, terkadang juga memegang tangannya.
Dari belakang mereka berdua, ada Yuna yang memekik tertahan, kini apa yang dibilang oleh Viona memang benar. Ia melihat sendiri kedekatan antara Farel dan Zara.
"Gue harus ceng-cengin Zara nih nanti." Gumamnya dengan semangat.