Minggu kedua masuk sekolah, pembelajaran sudah dimulai. Kelas Zara sekarang sedang ada pelajaran matematika.
Bu Evi menjelaskan dengan semangat didepan, sambil menunjuk-nunjuk papan tulis. Sedangkan anak muridnya terlihat sangat mengantuk di kursinya.
Pandu yang satu kelas dengan Zara sudah menguap berkali-kali. Matanya melirik ke arah Vano yang duduk dengannya.
Jadi satu geng Farel terpisah kelas. Pandu dan Vano satu kelas dengan Zara. Sedangkan Farel, Evan, Azka dan William satu kelas.
William sering mengejek Pandu dan Vano lalu berkata jika mereka adalah anggota geng buangan, makanya kelas mereka beda. Mendengar hal itu, pasti Pandu langsung marah-marah tidak jelas.
"Sst, Van." Panggil Pandu pada Vano.
"Paan?" Vano melirik ke arah Pandu. Temannya itu sedang menunjuk-nunjuk ke arah pintu.
Vano yang mengerti maksud dari Pandu hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Pandu berdecak saat temannya tidak mau diajak keluar. Dia tau jika Vano ini suka dengan pelajaran matematika, makanya susah mengajak Vano bolos saat ada jadwal matematika.
Sama halnya dengan Farel, cowok itu akan susah diajak bolos jika ada pelajaran matematika. Farel dan Vano adalah dua orang bandel yang suka matematika. Entah bagaimana kok bisa.
"Keluar, anjing!" Bisik Pandu sambil menundukkan kepalanya.
"Ogah," jawab Vano sambil berbisik.
Pandu menghela napas kasar lalu menguap dengan mulut lebar hingga mengeluarkan suara, yang membuat Bu Evi dan teman-temannya menoleh ke arahnya.
"Kenapa Pandu? Mengantuk? Mau tidur saja dan tidak mengikuti pembelajaran ibu? Iya?" Tanya Bu Evi sambil berjalan mendekati Pandu.
Pandu menggelengkan kepalanya sambil menunjukan cengirannya.
"Ga ngantuk kok Bu. Itu tadi bukan menguap loh bu." Kata Pandu.
"Kamu pikir ibu tidak tau?"
"Emang enggak Bu, tadi cuma cara biar mulut kita ga capek kalo diem aja. Biar rileks." Jawab Pandu.
"Oh mulut kamu capek, coba maju dan jelasin ke temen-temen kamu. Biar mulutnya ga diem aja dan capek." Kata Bu Evi.
Vano disampingnya sedang menahan tawanya. Sudah tau jika Bu Evi ini cukup killer, si Pandu malah nyari masalah.
"Engga kok Bu. Ibu bisa lanjutin lagi penjelasannya, saya juga mau nulis Bu." Kata Pandu.
Zara menggelengkan kepalanya pelan. Bisa-bisanya gurunya disuruh pergi dan melanjutkan penjelasannya.
Pandu ini sama saja dengan teman-temannya yang lain, tidak betah jika berasa didalam kelas.
"Pandu!"
Pandu langsung mendongak saat mendengar namanya dipanggil. Lalu dia berdiri tanpa sadar dan itu dilihat oleh Bu Evi tentunya.
"Weh ngapain lu anjir?!" Jawab Pandu sambil melihat keempat temannya sedang berdiri didepan bendera.
"Sini dong! Gue dihukum nih." Kata William sambil melambaikan tangannya untuk memanggil Pandu.
"Ngapain mereka?" Tanya Vano.
Pandu menggeleng.
"Ga tau, dihukum kayanya. Si anjir emang mereka mah. Buat masalah apaan lagi coba, bisa-bisanya dihukum." Kata Pandu.
Bu Evi menggelengkan kepalanya pelan. Lalu berjalan, mendekati mereka berdua yang masih sibuk melihat ke empat temannya sedang dihukum.
"Kalian mau keluar juga?"
"Weh iya lah, bisa ke kantin." Jawab Pandu tanpa tau siapa yang bertanya.
"Kita pura-pura ke toilet aja." Kata Vano.
"Ayo dah." Kata Pandu.
"Ibu kita---"
Pandu tersenyum kecil saat gurunya sudah berada dibelakangnya.
"Loh, bu Evi ngapain disini? Mau pake kursi saya Bu?" Tanya Pandu dengan polosnya.
Konyol memang. Tidak ada rasa bersalah sedikit pun.
"Kalian berdua keluar aja. Raga disini pikiran kemana-mana. Udah sana ikutan berdiri didepan bendera sana. Biar setia kawan. Itu kan mau kalian?" Perintah Bu Evi.
Vano yang juga tidak sadar akhirnya mengusap wajahnya kasar. Dia tadi juga tidak sadar dengan apa yang dilakukan.
"Bu saya ga ikutan ya bu." Kata Vano.
Bu Evi menggeleng pelan.
"Udah sana, kalian berdua keluar aja. Biar sekalian udah. Sampai ganti jam pelajaran ya. Buruan sana, biar setia kawan." Kata Bu Evi.
Bu Evi seperti sudah menyerah dengan tingkah mereka berdua.
Lalu dengan langkah ringan, Pandu dan Vano keluar kelas.
"Jangan pernah ada yang mencontoh mereka ya. Benar-benar contoh tidak baik itu." Kata Bu Evi.
"Setia kawan banget, sampe ketuanya dihukum mereka ikutan." Bisik Viona pada Zara sambil berbisik.
Zara hanya menggelengkan kepalanya pelan. Dia sendiri sampai heran dengan kenakalan mereka.
---
"Ngapain Lo berdua?" Tanya William saat melihat kedua temannya ikut keluar kelas.
"Gara-gara lo ya, manggil-manggil gua jadi spontan berdiri." Jawab Pandu kesal.
"Halah, bilang aja kalo Lo juga seneng kan ga ikut pelajaran." Kata Azka.
Pandu tertawa. "Tau aja Lo. Kan biar kita saling setia kawan." Katanya.
"Si anjir, udah dihukum juga masih ngomongin setia kawan." Kata Azka.
"Zara masuk?"
Kelima temannya langsung menoleh saat mendengar pertanyaan dari Farel.
"Apa, Rel? Gue ga salah denger?" Tanya Vano dengan mengorek-ngorek telinganya.
"Zara masuk?" Tanya Farel lagi.
"Masuk bos. Dia kan rajin, anaknya paling semangat kalo urusan sekolah." Jawab Vano.
Farel mengangguk setuju. Hari ini, dia belum bertemu dengan gadis yang selalu merebut rokoknya itu. Biasanya di gerbang sebelum masuk halaman sekolah, sudah ada gadis itu. Namun hari ini, dia belum bertemu.
"Tumben Lo nanyain Zara, bos?" Tanya Pandu.
Farel hanya melirik Pandu tanpa menjawab pertanyaan cowok itu.
"Gue ada niatan mau masukin Zara ke list calon cewek gue deh. Tapi---"
"Berani Lo masukin, kita duel di jalanan." Potong Farel.
Azka yang ucapannya terpotong hanya mengangguk-angguk pelan.
"Enggak kok bos. Dulu itu, kalo sekarang mah udah ga bisa digapai sama gue." Kata Azka.
Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi. Mereka langsung kembali masuk ke kelas.
Farel memasuki kelas dengan melepaskan kancing bajunya. Hal itu membuat cewek-cewek disana menahan teriakan.
"Permisi Bu."
"Loh, Zara. Ada apa?"
Farel langsung mendongak saat mendengar nama gadis itu disebut.
"Permisi Bu, saya disuruh pak Herman, katanya kacamata beliau ketinggalan dikelas ini, dan katanya ada dimeja. Apa benar ada Bu?" Tanya Zara.
Bu Evi yang sudah berpindah ke kelas Farel langsung mencari kacamata dimeja guru.
"Oh iya, ini ada."
Bu Evi menyerahkan kotak kacamata pada Zara.
"Makasih ya Bu, saya permisi." Kata Zara.
"Iya." Jawab Bu Evi sambil tersenyum.
Zara langsung kembali ke kelasnya.
Azka yang duduk bersama Farel, menatap sahabatnya itu bingung dan curiga.
"Lo suka sama dia?" Tanya Azka.
Farel hanya melirik Azka sekilas. Diam tanpa menjawab.
Lalu dia fokus mendengarkan penjelasan Bu Evi. Matematika, mata pelajaran kesukaan Farel.
"Kalo suka deketin dong! Daripada gue masukin ke list calon cewek gue." Kata Azka sengaja berkata sambil memperhatikan ekspresi Farel.
Farel melirik ke arah Azka.
"Kita duel."
"Enggak, canda aja." Jawab Azka.
Bisa-bisa dia K.O. di jalanan jika serius menerima tantangan duel dari Farel.