Chereads / It's About Us! / Chapter 31 - 31. Dinner

Chapter 31 - 31. Dinner

"Ayo masuk!"

Zara mengajak Farel untuk memasuki rumahnya. Mereka baru sampai di rumah Zara saat waktu menunjukkan pukul setengah enam sore. Sebelumnya mereka mampir ke rumah Farel terlebih dahulu, laki-laki itu mengajak Zara untuk makan malam bersama. Jadi, supaya tidak bolak-balik, Farel mengajak Zara ke rumahnya, dan gadis itu menunggu Farel yang sedang mandi dan bersiap.

Setelah Farel selesai mandi dan berganti baju, mereka menuju ke rumah Zara. Kini giliran Farel yang harus menunggu Zara.

"Apa gue tunggu di luar aja, Ra? Nanti kalau ada kakak lo malah bikin rame lagi." Kata Farel.

Zara menepuk keningnya, ia lupa untuk bercerita kepada Farel, bahwa Alvaro sudah menerima perjodohan mereka.

"Nggak akan bikin rame, ayo kita masuk dulu. Gue bakalan lama kalau mandi, kasihan kalau lo diem di sini aja." Ajak Nara lagi.

Farel menarik napas panjang. Lalu ia mengikuti Zara untuk memasuki rumah gadis cantik itu. Farel sudah menyiapkan kesabarannya saat ia melihat Alvaro duduk di sofa ruang tamu. Ia sudah siap jika laki-laki itu akan mencaci maki dirinya.

"Loh, ada lo, Rel. Sini, bro! Ayo kita ngobrol." Alvaro mengajak Farel untuk duduk bersama. "Lo mandi sana! Biar Farel di sini sama gue." Katanya.

Farel menatap Zara, ia mengatakan jika ia tidak mau ditinggal sendirian. Tetapi, sayangnya Zara tidak melihatnya, gadis itu justru pergi meninggalkannya. Farel hanya takut jika ia tidak bisa menahan emosinya.

"Gini, Rel. Gue mau minta maaf sama lo, maaf, ya, gue pernah maki-maki lo. Ngatain lo yang buruk-buruk. Sekarang gue udah bisa nerima kok kalau lo emang dijodohkan sama adik gue."

Kalimat-kalimat yang terlontar dari Alvaro membuat Farel tercengang. Ia bahkan menatap bingung ke arah Alvaro. Apa yang sudah terjadi?

"Kalau lo ngerasa bingung karena sikap gue wajar sih, tapi gue beneran udah nerima perjodohan kalian kok. Soalnya mau gue ngebantah kayak gimanapun juga nggak akan bisa, karena ini udah amanah dari kakek gue juga." Alvaro menjelaskan.

Farel mengangguk-angguk pelan. Lalu ia tersenyum. "Makasih, bang. Gue bakalan berusaha buat bikin Zara bahagia." Katanya.

"Iya. Santai aja. Intinya gue udah nerima kok. Jadi, nggak usah ngerasa canggung lagi. Biasa aja." Kata Alvaro.

Farel mengangguk pelan. Ia juga merasa senang jika seperti ini. Rasanya semua pikiran-pikiran yang bersarang di otaknya telah menemukan jawabannya.

***

Zara membuka handle pintu kamarnya, ia merasa jantungnya berdetak dengan kencang. Ia memegangi dadanya. Ini adalah pertama kalinya ia akan makan malam berdua dengan Farel.

"Aduh, jantung gue kok kayak gini sih? Nanti kalau Farel dengar gimana?" Gumamnya.

Zara menarik napas panjang. Lalu mengembuskan pelan. Ia berjalan dengan pelan menuju ke lantai satu, di mana ada Alvaro dan Farel di sana.

"Loh, kalian mau keluar?" Tanya Alvaro saat melihat adiknya sudah terlihat rapi.

"Iya, bang. Gue mau ngajak Zara makan malam nih. Boleh kan?" Jawab dan tanya Farel.

Alvaro mengangguk. "Boleh kok boleh. Cuma tadi gue ngiranya kalian mau pacaran di rumah aja. Kalau mau keluar, ya, nggak masalah juga." Jawabnya.

"Siapa sih yang pacaran, orang kita cuma teman aja." Kata Zara dengan pipi bersemu merah.

Sedangkan Farel yang menyadari hal itu menggelengkan kepalanya pelan, menahan rasa gemasnya kepada Zara.

"Meskipun kalian nggak pacaran, kalian juga bakalan bersatu sih." Kata Alvaro dengan mengangguk-angguk pelan, seolah ia baru saja memahami sesuatu.

Zara berdecak, lalu ia menatap ke arah Farel. "Ayo, Rel. Kalau lama-lama di sini yang ada bakalan digodain mulu sama dia." Katanya sambil melirik ke arah Alvaro dengan sengit.

Farel tertawa pelan. Lalu ia beranjak dari duduknya. Sebelum mereka pergi, Farel sempat tos-tosan dengan Alvaro. Mereka pergi tanpa berpamitan kepada kedua orang tua Zara, karena mereka juga sedang tidak ada di rumah.

***

Zara menatap takjub restoran yang ada di depannya. Restoran yang selama ini ia impikan, ia ingin datang ke restoran ini, tetapi ia terlalu takut jika uangnya akan habis. Tetapi, sekarang Farel mengajaknya untuk dinner di tempat ini, tentu saja Zara merasa bahagia.

Zara tersentak saat tiba-tiba Farel menggandeng tangannya. Mereka memasuki restoran itu dengan bergandengan tangan, ternyata di dalam tidak terlalu ramai. Farel mengajak Zara ke sebuah meja yang sudah berhiaskan lilin-lilin kecil. Di sana juga ada sebuah kue berukuran kecil dan minuman yang terlihat begitu menggoda.

"Silakan, sayang..." Kata Farel sambil menarik kursi di depan Zara.

Zara langsung mencubit pinggang Farel saat laki-laki itu menggodanya. Farel hanya tertawa saja, ia begitu senang jika melihat Zara kesal.

"Suka nggak gue ajak dinner di sini?" Tanya Farel.

Zara mengangguk pelan. "Suka kok. Justru gue pengen banget ke sini, tapi baru kesampaian sekarang." Jawabnya.

Farel mengernyitkan dahinya. "Kenapa kok baru kesampaian sekarang? Padahal kan nggak jauh-jauh banget tempatnya?"

"Iya, tempatnya nggak jauh. Gue sayang aja sama uangnya, di sini kan agak mahal katanya." Jawab Zara.

Farel tertawa pelan. "Lain kali, kalau mau ke mana-mana, langsung ajak gue aja, ya. Nggak usah mikirin uang lagi!" Katanya. Zara hanya tertawa saja merespon ucapan Farel.

"Tuh cobain kuenya, gue sengaja beli yang rasa coklat, soalnya gue yakin kalau semua cewek emang cuma suka rasa coklat." Kata Farel.

Zara tertawa. "Nggak juga, gue suka semua rasa kok." Katanya.

"Yaudah, itu dicoba dulu. Tapi dikit aja, soalnya kita belum makan nasi." Kata Farel.

Zara mendengus pelan. Lalu ia mencoba kue yang dipesan oleh Farel dan ternyata rasanya begitu nikmat dan manis.

"Hm, enak banget..." Kata Zara dengan kedua pipi yang menggembung penuh dengan kue itu.

Farel tertawa pelan, ia mencubit pipi gembul milik Zara. Farel semakin tertawa saat melihat wajah Zara yang terlihat kesal itu.

"Sebelum kita makan yang lain, gue mau ngomong sesuatu sama lo, Ra." Kata Farel sambil melepaskan cubitan di pipinya.

Zara merasa semakin deg-degan saat melihat Farel yang menatapnya dalam. Mata tajam laki-laki itu seolah menembus ke dalam matanya.

"Ngomong apa?" Tanya Zara, tangannya langsung meletakkan sendok kue yang tadi ia genggam.

Farel menarik napas panjang dan meraih tangan Nara yang berada di atas meja.

"Gue suka sama lo, Ra. Gue sayang sama lo. Meskipun nggak perlu pacaran kita juga bakalan tetap bersatu. Tapi untuk sekarang, gue cuma mau meresmikan hubungan kita aja. Gue mau lo, sepenuhnya jadi milik gue."

"Sebelum nantinya kita bakalan menjalin hubungan yang resmi, gue mau kita menjalin hubungan untuk bisa saling mendekat dan mengenal satu sama lain. Biar lo nggak sungkan dan malu-malu lagi sama gue." Lanjut Farel.

Zara merasa jika ia kesulitan dalam menelan ludahnya sendiri. Kalimat yang dikeluarkan oleh Farel benar-benar berhasil membuat jantungnya berdetak semakin cepat. Ia tidak menyangka jika laki-laki itu akan mengungkapkan isi hatinya.

"Lo mau kan jadi pacar gue?"