Betapa sial dan naasnya aku hari ini. Bertemu lagi dengan pria pada malam itu. Lelaki yang sudah memperkosaku. Fakta barunya lagi adalah, dia direktur sekaligus anak pewaris dari Mahesa Group.
Ya, dia Aaron Mahesa. Bodohnya aku selama ini tidak pernah mencari tahu tentangnya. Wajahnya, ciri-ciri dan rupanya. Hanya tahu dan mendengar namanya saja. Rumor yang ku dengar, dia lelaki yang suka bergonta-ganti pasangan.
Alias playboy!
'Ya Tuhan, bagaimana dengan aku? Apakah aku akan terkena penyakit yang menular darinya? Tuhan, lindungilah aku.' Gumam Sofia dalam hati.
Mencemaskan keadaan dirinya kini. Karena sudah terlanjur di setubuhi dan di perkosa oleh Aaron. Lelaki yang punya banyak rumor tidak sedap itu. Terlebih lagi, dia adalah direktur bagi Mahesa Group.
____
Aku kembali memasuki ke dalam ruang kerjaku. Di sana sudah ada manager Anang. Yang tengah berdiri sambil mengobrol dengan Mila. Ya, ruang kerja kami memang jadi satu. Bedanya hanya meja dan tempat duduk yang dibiarkan terpisah.
"Kenapa, Fi? Kusut banget wajahmu." Tanya Mila.
"Hm, tidak apa-apa, Mil. I'm okay!" Jawabku beralasan.
Mana mungkin aku mengatakan semuanya pada Mila. Kalau dia tahu, aku tidak yakin dia masih bisa menerimaku menjadi temannya. Aku sendiri bahkan sudah di usir dari rumah Ayah. Karena mereka semua telah mengetahuinya.
"Kalau ada masalah, cerita saja. Jangan sungkan, oke?" Mila bersimpati. Aku hanya tersenyum kecut seraya mengangguk paham padanya. Lalu, kembali duduk ke tempat meja kerjaku.
'Kamu tidak akan mengerti, Mil. Jadi, buat apa aku harus menceritakan semuanya? Yang ada, hanya membuka aib bagi diriku sendiri.' Gumamku dalam hati meringis.
Di sisi lain.
*Pov Aaron
"Berani-beraninya dia mempermalukanku! Dia pikir aku ini miskin, hah?!" Gerutu Aaron sambil membuang napasnya kasar.
Beberapa detik kemudian, ia menelepon seseorang melalui telepon kantornya.
"Berikan semua informasi mengenai wanita yang baru saja datang ke ruang kerjaku!" Ucapnya via telepon.
Tak lama kemudian, datang seorang lelaki ke dalam ruang kerjanya. Usianya diperkirakan tidak beda jauh dengannya. Mungkin sepertinya mereka seumuran.
"Tuan muda." Ujar lelaki itu menyapa.
"Bacakan secara rinci!" Pinta Aaron padanya.
"Baik, Tuan. Gadis ini bernama Sofia, bekerja sebagai akuntan di perusahaan ini. Sudah bekerja selama kurang lebih 2 tahun belakangan. Lahir dari keluarga Xiao, keturunan china. Ibu kandungnya telah lama tiada sejak dia berusia 5 tahun. Dan Ayahnya Lian Xiao menikah lagi dengan wanita yang bernama Liana. Juga mempunyai Adik tiri perempuan. Yakni anak yang dibawa oleh Liana." Jelasnya pada Aaron.
"Xiao Group, bukankah Ayahnya juga mempunyai perusahaan sendiri? Lalu mengapa dia memilih bekerja pada perusahaan ini?" Tanya Aaron.
"Dalam informasi yang saya dapatkan, Nona Sofia begitu di asingkan dari keluarganya. Oleh sebab itu, Nona Sofia melamar bekerja di perusahaan ini."
"Selain itu, apa ada informasi penting lainnya. Mengenai wanita itu?" Tanya Aaron lagi.
"Dengar-dengar, Nona Sofia akan bertunangan dengan Keenan Pratama. Putra kedua dari Pratama Group. Acaranya akan di gelar dalam satu hari mendatang."
"Cih, bisa-bisanya dia berkhianat pada calon tunangannya." Gumam Aaron seraya menyeringai.
"M-maksud Tuan muda?"
"Ivan, apa kau ingin mati?!" Aaron menggertak.
"T-tidak, Tuan muda. Aku hanya ingin menjalani kehidupanku dengan baik sebagai Sekretaris Tuan muda."
"Lalu, diam dan jangan banyak bertanya. Orang yang terlalu banyak mencari tahu, rata-rata usianya tidak akan lama." Aaron menekan ucapannya Pada Ivan.
Fakta baru lagi, rupanya lelaki itu bernama Ivan. Dan dia adalah Sekretaris kepercayaannya.
"B-baik Tuan muda, kalau begitu, saya permisi!" Pamit Ivan pada Aaron.
"Tunggu!" Aaron menghentikan langkah kaki Ivan. Yang baru saja berbalik badan. Dan bergegas untuk pergi dari ruangan kerja Tuan muda nya.
"Ya, Tuan?" Ivan bertanya dengan hati-hati.
"Apa nama panjang dari wanita itu?"
"Hanya Sofia, Tuan. Sementara nama Xiao, itu tidak di ikut sertakan pada nama belakangnya."
"Kenapa?"
"Karena Ayahnya, Lian Xiao tidak menginginkan hal itu. Ia hanya akan setuju bila putri tirinya yang mewarisi nama Xiao Group. Yaitu, Amara Xiao."
"Begitu menyedihkan nasibnya." Aaron terkekeh seraya membayangkan wajah Sofia.
Ivan hanya diam tanpa berani berkata lagi. Takut bila dirinya dikirim kan ke kutub utara. Dan bertemu dengan para beruang kutub. Lalu tinggal di goa, dengan suhu iklim 1° celcius.
'Baguslah dia tidak mengungkit hal tadi.' Ivan bergumam dalam hati.
Ivan keluar dari ruang kerja Aaron. Tinggalah Aaron seorang diri di ruang kerjanya. Sembari duduk dan membuka laptop kerjanya. Tangannya tiba-tiba tergerak melihat foto Sofia. Yang dikirimkan oleh Ivan melalui file drive ke emailnya.
"Sofia... So.. fi.. a! Wajahnya begitu jelek! Rambutnya... model jenis apa itu? Keriting hanya dibagian bawahnya. Ha ha, dasar aneh!" Celoteh Aaron terkekeh sendiri. Melihat foto Sofia di layar laptopnya.
Jelek-jelek tapi kenapa masih dipandang, Tuan? Eh.
Sementara di lantai 9, tempat dimana Sofia beserta rekan team kerjanya berada.
"Fi, kamu sakit? Wajahmu begitu pucat. Aku antar kamu pulang saja, ya?" Ujar Mila memperhatikan kondisi Sofia dengan peluh di keringat di dahinya. Wajahnya pun tampak begitu pucat dan tegang.
"Eh... tidak, tidak, Mil. Aku tidak apa-apa, kok."
"Serius? Tapi wajahmu begitu pucat loh, itu." Mila mengernyitkan dahinya. Seakan tidak percaya dengan yang Sofia katakan mengenai kesehatannya.
"Iya, aku hanya kelelahan saja hari ini."
"Hm, ya sudah. Tapi kalau ada apa-apa, jangan sungkan beritahu aku, ya!"
"Iya, iya, aku pasti akan beritahumu." Sofia tersenyum kecil menatap Mila.
'Aku baik-baik saja, Mil. Aku hanya cemas dan kepikiran. Dengan kejadian hari ini. Bertemu lagi dengan pria kala malam itu. Yang ternyata ialah, direktur pimpinan di perusahaan ini.' Gumam Sofia dalam hati.
...
Hari mulai sore, jam menunjukkan sudah pukul 15.55 WIB. Semua karyawan Mahesa Group bergegas kembali ke rumah masing-masing. Namun, tidak dengan Sofia. Ia masih berdiam diri di meja kerjanya.
"Fi, kamu tidak ingin pulang? Kita semua mau pada pulang nih." Ucap Mila bertanya pada Sofia. Terlihat meja kerja Mila pun sudah bersih dari tumpukkan-tumpukkan dokumen.
"Eh.. kamu.. duluan saja, Mil. Aku masih mau mengerjakan sesuatu sebentar lagi." Jawab Sofia.
"Memangnya masih ada laporan lagi, ya? Bukannya tadi sudah kamu kumpulkan, berkas-berkasnya?"
Sofia tergelak kaget.
'Iya juga ya? Aku harus beralasan apa pada Mila?' Gumam Sofia dalam hati.
"Hm... bukan laporan, kok."
"Terus?" Mila mendelikan kedua matanya. Tampak bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ingin Sofia lakukan.
"Aku lagi kepingin pulang terakhir. Sekalian mau lihat jadwal apa saja buat besok, yang harus dipersiapkan." Tutur Sofia logis.
"Oh, oke. Jangan lama-lama loh, ya. Soalnya kalau sudah sore begini, semua karyawan sudah pada kembali ke rumah. Paling hanya ada petugas keamanan. Yang berjaga di luar kantor. Kamu.. sendirian loh, disini. Tidak takut, kah?" Mila seperti menakut-nakuti Sofia.
"Tidak, kamu tenang saja. Aku hanya sebentar. Tidak akan lama. He he he." Ucap Sofia terkekeh.
"Ya sudah, aku balik duluan ya! Hati-hati dan selamat tinggal! Pamit Mila. Tubuhnya langsung menghilang dibalik pintu. Beberapa rekan kerja team nya pun juga ikut pergi menyusul Mila. Tinggalah Sofia sendirian, yang masih berada di sana.
Menduduki kursi di meja kerjanya. Tangannya tiba-tiba tergerak membuka kembali laptop yang ada di hadapannya saat ini. Mulai mengetik sesuatu di dokumen baru.
*Hari ini, tanggal 19 Mei 2019.
Aku mengalami hal yang tidak mengenakkan lagi. Iya, aku bertemu dengan pria kala malam itu untuk kedua kalinya. Aku tak menyangka, bahwa dia adalah direktur di tempat perusahaanku bekerja. Aku tidak tahu, nasibku di perusahaan ini akan bagaimana kedepannya. Betapa bodohnya aku dulu, tidak pernah mencari tahu kabar mengenai direktur di kantor ini. Lelaki arogan dan kejam! Aku begitu membencinya! Banyak yang mengatakan kalau dia tampan, lelaki idaman, dan kata-kata bagus lainnya. Cih, aku pikir mata mereka sudah benar-benar buta! Yang jelas, aku tidak ingin melihat wajahnya lagi di hadapanku! Lelaki sialan! Matilah, kau! Aku sangat membencimu, Aaron!
Tertulis, Sofia.
Tak berapa lama Sofia menuliskan semua unek-uneknya. Ia menutup kembali laptopnya. Lalu memasukkannya ke dalam bag. Bergegas kembali ke apartemennya.
Apartemen yang ia beli menggunakan cek senilai 50 Miliar tersebut.