Aaron berjalan keluar dari ruang kerjanya menuju lift. Sesampainya di depan pintu lift. Tangannya menekan tombol angka 2. Lantai dasar yang langsung terhubung dengan pintu keluar masuk kantor. Ia mulai memasuki diri ke dalam lift.
Pandangannya melihat ke arah jam tangan yang melingkar di lengannya. Namun, tiba-tiba lift berhenti.
Ting!
Pintu lift terbuka lebar. Matanya berubah tajam ketika melihat orang yang sudah menekan tombol lift itu.
'Wanita ini!' Gumam Aaron dalam hati.
Di sisi lain...
'Astaga! Presdir setan ini! Bisa-bisanya aku papasan dengan dia lagi! Tuhan, tolong singkirkan wajah pria ini, kumohon!' Gumam Sofia dalam hati seraya melotot menatap Aaron.
Dengan cepat, Sofia membalikkan lagi tubuhnya. Ia memilih untuk balik lagi ke ruang kerjanya. Dibandingkan harus satu lift bersama dengan Aaron. Namun...
"Mau kemana kamu?!" Ujar Aaron mengeluarkan suaranya. Dengan terpaksa, Sofia menghentikan langkahnya untuk pergi.
"Eh, m-mau ke ruangan lagi, Tuan. A-ada b-berkas saya yang masih tertinggal." Jawab Sofia beralasan.
"Heh, kau pikir aku percaya? Ya sudah sana!"
'Terima kasih Tuhan, akhirnya aku bebas dari jeratan si harimau gila ini! Eh, bukan, maksudnya Presdir setan! Si kejam si angkuh dan si arogan! Ah, aku ingin membunuhmu!' Gumam Sofia dalam hati memaki. Sambil pergi berlari ke dalam ruangan kerjanya lagi.
Sementara Aaron, ia menekan lift untuk menutupnya. Tidak peduli dengan Sofia yang masih berada di lantai sembilan.
'Masih ingin bermain-main denganku? Jangan harap!' Aaron bergumam memikirkan perkara tadi.
Sofia kembali menduduki kursi di meja kerjanya. Tubuhnya berkeringat dingin, masih tegang dengan kejadian barusan. Sudah begitu berusaha dirinya untuk tidak bertemu lagi dengan Aaron. Namun, takdir Tuhan berkata lain. Lagi-lagi dirinya dipertemukan kembali.
Dengan pria yang sudah memperkosanya kala malam itu.
"Orang itu sudah balik belum, ya? Perutku begitu lapar. Ada makanan tidak, ya? Di dalam ruangan ini." Celoteh Sofia.
Tak menyadari bahwa dirinya hampir kelaparan. Karena ia lupa untuk makan siang. Karena begitu banyak masalah yang bermunculan di otakknya. Membuatnya tidak bernafsu untuk makan. Tapi pada akhirnya, malah menyusahkan diri sendiri. Aih!
Sayangnya, Sofia tidak menemukan apa-apa di ruangan itu. Perutnya kembali berbunyi, menandakan bahwa rasa laparnya sudah tidak dapat tertahankan lagi.
"Mau tidak mau, harus buru-buru turun ke bawah. Semoga aja si harimau setan itu sudah pergi jauh." Ucap Sofia berharap.
Ting!
Setelah menekan kembali lift itu. Pintu lift pun terbuka lebar. Kosong, dan tak ada siapa pun selain dirinya sendiri.
'Ini kenapa jadi merinding begini, sih?' Sofia bergidik ngeri karena tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Seraya ia memasuki diri ke dalam lift.
Mungkinkah suasana horor itu tercipta, karena lantai 9 yang sudah kosong. Hanya dirinya seorang yang masih berada di dalam sana.
Buru-buru Sofia menekan tombol lift itu lagi. Dan beberapa detik kemudian.
Ting!
Pintu lift terbuka di lantai dasar 2. Sofia bergegas keluar dari dalam sana. Sembari membawa laptop yang ada di genggaman kedua tangannya.
-
Sofia sampai di depan apartemennya. Buru-buru ia masuk ke dalam apartemen mewah seharga 1Miliar itu. Kapan lagi ia bisa membeli apartemen mewah. Dengan menggunakan uang dari pria malam itu, yaitu Aaron.
"Huh, akhirnya bisa kembali ke apartemen ini!" Ucap Sofia ceria.
Kruk.. kruk.. kruk..
Suara perut Sofia lagi-lagi berbunyi. Baru saja ia hendak bangkit dari sofa yang ia duduki. Namun tiba-tiba...
"Hueek... Hueek... Hueek..."
Sofia mual dan muntah tanpa sebab. Ia tidak menggubrisnya, buru-buru ia pergi memasuki dapur. Bergegas untuk memasak makanan.
"Sepertinya asam lambungku kambuh lagi." Gumam Sofia.
Memasak mie instan dengan beberapa toping sayuran dan junkfood diatasnya. Hanya itu yang bisa dimasak. Kala perut sudah berada di ujung tanduk.
**
Di apartemen Aaron.
Tubuh kekar bak atletis itu begitu terpampang nyata. Kemeja putih yang ia gunakan langsung dilepas begitu saja. Saat ia sampai ke dalam kamar apartemen mewah miliknya. Yang tidak jauh dari lokasi kantor perusahaannya sendiri.
Ivan sang sekretaris setianya juga tinggal di apartemen yang sama. Hanya saja, kamar Ivan tidak berdekatan dengan sang Tuan mudanya.
Drrrtt.. drrrtt..
Bunyi getaran yang berasal dari ponsel Aaron. Tangannya menjelajahi saku celananya.
Terlihat notifikasi pesan singkat dari Ivan, sang sekretarisnya.
[Tuan muda, ada informasi mengenai wanita itu, Tuan. Nona itu juga tinggal di apartemen yang sama dengan kita.] -Ivan
Aaron menyeringai setelah membaca pesan itu.
[Awasi setiap gerak-geriknya.] -Aaron membalas.
[Baik, Tuan muda.] -Ivan
Rencana apakah yang akan dilakukan Aaron pada Sofia?
...
Sofia merebahkan tubuhnya diatas ranjang miliknya. Dengan keadaan perut yang sudah kenyang. Rasa kantuknya tiba-tiba menyerang. Matanya mulai terpejam secara perlahan.Tanpa sadar, ia telah tertidur pulas dengan begitu nyenyaknya.
Singkat cerita, pagi pun tiba. Berbunyi suara alarm yang berasal dari jam weker milik Sofia. Dengan malas, mata itu terbuka. Menyipitkan kedua matanya yang masih setengah sadar.
"Hoam.. apakah sudah pagi? Huahhh!" Ucap Sofia seraya menguletkan kedua tangannya.
Kakinya berjalan melangkah demi selangkah ke arah toilet. Bergegas untuk mandi dan membersihkan diri. Namun, setibanya di depan pintu. Tiba-tiba...
"Hueeek.. hueeekkk!"
Apa yang terjadi?
Sofia memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam WC. Mie instan yang ia makan semalam. Dikeluarkan lagi semuanya.
"Perasaanku semalam aku sudah minum obat. Kenapa asam lambung nya kambuh lagi, ya?" Gumam Sofia berbicara pada dirinya sendiri.
SSSSRRRRRHHH!
Air shower itu turun membasahi tubuhnya. Menghilangkan rasa kantuk serta malas untuk semangat pagi ini. Seperti biasanya, Sofia harus kembali bekerja. Pada perusahaan Mahesa Group.
Kalau dari awal ia tahu, siapa direktur di perusahaan Mahesa. Mungkin, ia tak akan pernah terlibat lagi pada pria malam itu. Pada Aaron, pria yang menidurinya dalam keadaan tak sadarkan diri.
Sofia, apakah nasibmu beruntung? Entahlah.
Selepas mandi dan berganti pakaian. Dengan gerakan cepat, Sofia memakai polesan makeup natural. Rambut lurus berwarna hitam kecoklatan. Ia catok dibagian bawahnya. Membuat tampilannya menjadi lebih menarik.
"Hm.. Sofia, kamu cantik!" Ujarnya memuji diri sendiri.
Teringat pada waktu lalu, Keenan yang selalu tak pernah tidak memujinya setiap saat. Setiap kali ia bertemu dengan Keenan. Dirinya selalu dipuji olehnya. Mata itu mulai berkaca-kaca. Tak kuasa mengingat semua hal yang berhubungan dengan Keenan di masalalunya
"Keenan, hiks... hiks..." tangis Sofia seraya memanggil nama Keenan.
Namun, tangis itu seketika berhenti. Karena terdengar suara bunyi bel yang mengalihkan perhatiannya.
"Siapa ya? Perasaan, aku tidak pernah memberitahu siapa-siapa. Aku tinggal di apartemen ini." Tutur Sofia menerka-nerka.
Krek
Pintu apartemen dibuka, terlihat seorang pria dengan setelan jas hitam. Yang sudah rapi, lengkap dengan sisiran rambut yang cool. Harum dari bau badannya seperti memakai parfum mewah. Ya, begitu elegan dan terkesan mahal.
'Astaga! Si Presdir setan ini! Kenapa dia bisa tahu apartemenku? Ya Tuhan, mengapa jadi begini?' Gumam Sofia dalam hati. Seraya mendelik tajam melotot menatap ke wajah pria itu.
"Hei, wanita! Beraninya kamu memakiku dalam hatimu! Mau cari mati kamu?!" Ucap Aaron menatap tajam Sofia.
Sofia, tamatlah sudah riwayatmu! Eh.
"T-tidak, Tuan. Sa-saya hanya kaget, benaran!" Ujar Sofia terbata-bata.