Senyuman manis terulas di bibir Kinara sementara matanya sibuk menatap ke luar jendela. Pagi ini rasanya lebih ringan, secangkir kopi yang pahit dan asam menjadi kawan. Namun ingatan tentang semalam jauh lebih mengesankan, membuat hati Kinara berangsur baik-baik saja. Meskipun ia masih belum menginginkan sebuah perdamaian, baik untuk Abimana atau bahkan dirinya yang terluka.
Si pengacara tengil itu tak lagi mendapatkan nilai buruk di mata Kinara. Cara Kresna menghiburnya sangatlah berbeda. Ada pengalaman baru yang cukup menyebalkan, tetapi juga menyenangkan. Ada tawa yang bisa ia keluarkan berkat tingkah dan keusilan pria muda tersebut. Di mana ia pun harus melanggar janjinya sendiri untuk pulang tepat waktu. Ya, pada akhirnya Kresna mengantarkannya pulang ke gedung hotel nyaris di tengah malam. Namun, hati Kinara justru tidak kecewa atau marah layaknya sebelumnya. Padahal ia adalah wanita yang paling benci ketidaktepatan waktu, tetapi tadi malam rasanya sangat berbeda.