"Waaah! Pengacara yang kian melejit nih!"
Suara tak asing itu membuat Kresna sampai harus menghentikan langkah kakinya. Ia menunda keinginan hati untuk segera memesan kopi. Namun meski bersedia untuk berdiam diri sebentar, jujur saja hatinya tengah sibuk melontarkan kata-kata rutukan. Seseorang yang selalu menjadi rivalnya tengah berdiri di hadapannya sembari menorehkan sebuah senyuman.
"Selamat siang, Tuan Jaksa yang sering kalah belakangan ini!" sapa Kresna lalu tersenyum lebar. "Berbeda dengan saya yang semakin melejit, rupanya Tuan Jaksa harus kembali menelan pahitnya kekalahan ya?"