Ini lebih gila daripada sebelumnya. Rahasia yang sudah Abimana tutupi sebaik mungkin akhirnya terbongkar, dan itu oleh mantan istrinya. Kinara telah mendapatkan kelemahannya. Kejahatan berupa penggelapan dana dan pengambilan berlian bernilai fantastis yang dilakukan oleh Abimana sudah menjadi senjata yang digunakan oleh Kinara untuk mengancam pria itu.
Meski Abimana bisa memberikan ganti rugi, dengan harus mengambil uang perusahaan keluarganya, tampaknya Kinara tidak akan menerima hal itu begitu saja. Mengambil uang perusahaan tanpa sepengetahuan sang ayah, sama saja Abimana melakukan kejahatan yang serupa. Kinara tidak akan pernah menerima uang itu, karena jika Abimana sampai ketahuan, Kinara akan dikaitkan dengan kasus penggelapan dana di Erlangga Real Estate tersebut.
Sementara di sisi lain, uang Abimana sudah banyak terkuras untuk mengurus proses perceraiannya dengan Kinara yang tidak dibantu oleh ayahnya sama sekali. Belum lagi mengenai Bianca yang sampai saat ini sulit untuk ia abaikan karena sudah terlalu sayang terhadap wanita simpanannya itu. Meski sempat berpikir tidak masalah jika melepaskan Bianca, nyatanya Abimana tidak pernah sanggup melakukannya. Apalagi ketika dirinya sudah diceraikan oleh Kinara, Bianca selalu menjadi pendengar dan pelipur bagi Bianca. Membuat Bianca semakin berharga bagi mantan suami dari Kinara Dewi Pradipta tersebut.
"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika Kinara mengajukan tuntutan baru? Dan bagaimana jika rumor buruk tentang diriku akan semakin membesar?" gumam Abimana sembari duduk di kursi kerjanya, sementara hari kian menggelap oleh kedatangan malam.
Nama baik Abimana sudah memburuk sejak Kinara berlagak menderita. Dan jika Kinara masih bertekad ingin membuka kejahatan Abimana, maka Abimana akan benar-benar akan kehilangan muka. Para direksi akan mendesaknya untuk turun dari jabatan, para investor akan menarik dana mereka, para pembeli atau penyewa propertinya akan menghilang, beberapa real estate lainnya akan terancam sepi seperti misalnya pusat perbelanjaan. Lalu, Ayahnya pun tak akan lagi memercayainya sebagai pewaris tunggal, atau bahkan ia akan dicoret dari calon pemilik Erlangga Real Estate yang sah. Karena meski sudah diangkat sebagai CEO alias pejabat tertinggi, Abimana masih belum memiliki perusahaan itu secara sah.
Abimana menggigit bibir bawahnya. Dalam lima menit ini ia belum mendapatkan ide apa pun setelah melewati kebimbangan yang sudah mendera sejak Kinara memutuskan untuk pergi dari perusahaannya. Oh, sial, wanita itu memang sangat menakutkan. Abimana ingat betapa mengerikannya wajah Kinara saat tertawa sembari memberikan ancaman padanya. Kinara adalah iblis yang terbalut oleh wajah dan fisik yang cantik, tetapi kejam dan gila.
"Setidaknya aku harus mengembalikan berlian sialan itu!" ucap Abimana, yang tak berselang lama ia langsung berdiri. Mengambil blazer yang tergantung pada tempatnya, ponsel, dan dompet. Oh, tentunya tidak lupa kunci mobilnya, karena ia lebih sering berkendara sendiri, apalagi belakangan ini ia harus mampir ke apartemen di mana Bianca berada.
Pun pada rencananya saat ini, Abimana hendak kembali ke tempat tinggal sang wanita simpanan. Ia memasuki elevator khusus demi bisa menuju basemen tanpa kesulitan. Kurang lebih dua menit lamanya, Abimana sampai di tempat yang ia tuju tersebut. Kakinya lantas bergerak mencari keberadaan mobilnya yang lagi-lagi terparkir di area yang khusus.
Pria itu lantas melesakkan diri tanpa pikir panjang saat berhasil menghampiri sang kendaraan kesayangan. Kemudi pun diputar, dan roda dibuat melaju kencang. Abimana meninggalkan basemen sekaligus perusahaannya untuk menuju tempat di mana ia menyembunyikan Bianca, wanita simpanan yang sangat ia sayang.
***
Bianca ingin keluar, sekadar mencari kesenangan di salah satu klub favoritnya. Namun, tiba-tiba saja abimana mengirimkan pesan bahwa pria itu akan datang. Ini bukan sesuatu yang Bianca inginkan. Pasalnya, ia sudah cukup bersabar setelah sekian lama. Menjadi seseorang yang harus bersembunyi membuatnya tak jauh berbeda dari seorang tahanan kota. Padahal ia sudah sangat ingin berkumpul dengan teman-temannya, tetapi Abimana masih sering membatasi pergerakannya. Kalau begini caranya, lebih baik ia berada di Bali saja. Meski tak banyak orang yang ia kenal, setidaknya ia masih bebas untuk keluyuran. Lagi pula, di klub malam, ia bisa mendapatkan seorang kenalan. Bersenang-senang, lalu bisa menghamburkan uang pemberian Abimana.
Well ya, Bianca bersedia menjadi simpanan dari Abimana, sebab Abimana sangat kaya. Selain itu, Abimana lebih mudah untuk dibujuk rayu. Setidaknya, ia pun tahu bahwa Kinara tidak mampu menyenangkan hati pria itu. Di situlah celah bagi Bianca untuk memasuki kehidupan mereka dan menjadi perusak rumah tangga orang. Ia sempat ketakutan saat Kinara datang memergoki perselingkuhannya dengan Abimana, tetapi belakangan ini ia menyadari bahwa target Kinara bukanlah dirinya, melainkan sang mantan suami. Sebab pada beberapa bukti yang disebarluaskan oleh Kinara, wajah Bianca masih ditutupi.
"Wanita yang bijak," gumam Bianca lalu tersenyum culas. "Dia tahu pihak mana yang lebih bersalah. Ya, rumah tangga tak akan rusak jika sang pria tetap setia, bukan? Dia sangat pintar rupanya. Meski begitu, aku tetap tidak boleh lengah. Aku harus berhati-hati, karena mau bagaimanapun, Kinara tetap orang terhormat. Jika aku sampai membuatnya kesal untuk kedua kali, dia bisa melibasku dengan cepat."
"Aku hanya ... ingin memiliki sedikit saja yang pernah dia miliki. Dan suaminya-lah yang mampu aku gapai saat ini. Dia sudah kaya dan hidup makmur, perceraian tak akan membuatnya terlalu terluka, bukan?" Wajah Bianca berubah kebas. Bukan karena merasa bersalah, melainkan sedang mengasihani dirinya sendiri. Wanita miskin yang selalu bersusah-payah hanya untuk mencari sedikit uang. Dan tiba saatnya, ketika dirinya menjajal sebagai seorang penggoda suami orang. Suami Kinara, si wanita kaya raya.
Bianca agak tersentak ketika pintu apartemen itu tampak dibuka oleh seseorang dengan menekan tombol kunci di luar. Hela napas panjang harus Bianca ambil untuk memperbaiki sikapnya saat ini. Ia perlu memasang topeng manis dan agak genit, seperti biasanya. Abimana selalu menyukai dirinya yang manja. Dan demi mempertahankan pria itu, Bianca harus berhasil menjadi wanita yang sangat imut dan menawan. Namun, karakter demikian memang selalu melekat pada dirinya sejak dulu. Ia sangat pandai menyenangkan hati pria dan ia selalu bangga untuk melakukannya.
Kaki mungil itu berjalan menyusuri lantai marmer dan meninggalkan ruang tamu serta televisi yang masih menyala. Lalu berhenti tepat di hadapan pintu utama apartemen, disusul dengan gerakan tangan yang mulai menyatu di depan badan. Wajah manis penuh keimutan terpasang tepat ketika sang tamu kelihatan. Abimana Erlangga telah tiba, dugaan Bianca sangat benar.
"Selamat malam, Tuan Abi, selamat datang ke istana cinta kita lagi," sapa Bianca lalu bergegas untuk merangkul tubuh Abimana. Mengecup pipi pria itu dengan mesra.
Abimana tersenyum. Senyum yang sangat ia paksakan. Ia senang disambut dengan semanis itu oleh kekasihnya, tetapi rencana yang hendak ia lakukan cukup membuat hatinya gusar. Mengambil kembali cincin berlian yang bahkan sedang tersemat di jari manis Bianca, lantas, apakah hal itu sangat wajar? Entah mengapa, Abimana mendadak tidak ingin mengecewakan wanita simpanannya. Di sisi lain, ia harus mengembalikan apa yang bisa dikembalikan, sebelum Kinara kembali mengendalikan keadaan.
"Bianca sayang," ucap Abimana sembari menarik lengan Bianca ke arah ruang tamu di apartemen itu.
Setelah tiba di salah satu kursi sofa berukuran panjang, Abimana mengambil sikap duduk dan meminta Bianca untuk lantas duduk di sampingnya. Bianca mencoba memberikan kecupan lagi untuknya, tetapi ia langsung menahan dengan cara menangkup kedua pipi wanita itu.
"Bianca, begini ... mm, dengarkan aku," ucap Abimana.
Bianca mengernyitkan dahi. "Ada apa, Tuan? Apa ada masalah lagi?"
"Mm, be-begini ...."
***