Chereads / Pembalasan Sang Nyonya / Chapter 23 - Turuti Perintah Saya Dulu!

Chapter 23 - Turuti Perintah Saya Dulu!

Kresna terduduk lelah di kursi kerjanya, setelah seharian penuh mengurus data-data yang perlu ia tangani. Bahkan kini waktu sudah larut malam. Hampir setiap saat ia dipaksa lembur seperti ini. Kinara membuatnya seperti tersiksa di neraka pekerjaan yang menyebabkan otaknya seolah mengepul, mengeluarkan asap pekat karena banyak berpikir permasalahan soal A&K Diamond yang masih menjadi persengketaan. Dari pihak Abimana pun belum juga berkenan untuk mundur dan menyerahkan seluruhnya pada Kinara sebagai CEO dari Diamond Palace.

Mengapa orang-orang kaya selalu memiliki pemikiran yang rumit? Apakah mereka tidak lelah jika terlalu lama memperebutkan harta dunia, sementara semua itu tidak akan dibawa mati? Padahal harta itu juga tak akan memberikan kebahagiaan yang hakiki. Pasti akan selalu menimbulkan konflik yang entah persaingan, perselisihan, ataupun yang berkaitan dengan keserahakan.

Tentu saja Kresna tidak menuduh Kinara sebagai wanita yang serakah seperti apa yang telah dikatakan oleh Abimana. Wanita itu hanya sedang terluka dan bagaimanapun caranya, wanita itu ingin meraih segala hal demi membuat sang mantan suami menjadi berantakan. Namun, bukankah cara Kinara untuk membalas dendam benar-benar salah? Bahagia dan tersenyum lebar adalah cara terbaik, bukan? Biarlah yang dulu menjadi masa lalu, dan harusnya Kinara memutuskan untuk membuka lembaran baru, mengobati lukanya dengan warna-warni kehidupan di masa depan.

"Ah ... wanita itu memang rumit." Kresna berangsur menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya itu. Matanya lantas menatap langit-langit ruangan yang menjadi pemandangan cukup membosankan. Langit kelam tanpa bintang tampaknya akan jauh lebih menakjubkan, daripada lampu ruangan yang kerap ia temui belakangan ini. Bahkan, rencana makan malam bersama sang ibu sampai saat ini harus gagal karena pekerjaan yang semakin panjang.

Beruntungnya, Pristianti alias ibunda dari Kresna tidak mempermasalahkan minimnya waktu yang diberikan oleh putranya itu. Gaun hijau mint yang polos, tetapi terkesan sangat mewah itu sudah membuatnya kegirangan. Hadiah terbaik dari Kresna yang membuat Pristianti sempat mengkhawatirkan uang yang Kresna keluarkan demi membeli pakaian tersebut.

Kresna tersenyum, semakin lebar hingga barisan gigi putihnya yang terlihat. Oh, Kresna memang memiliki senyum yang super manis.

"Wanita yang paling baik memang ibuku," gumam Kresna sembari membayangkan betapa cantik wajah ibunya, meski sudah memiliki uban di rambut.

Tepat ketika Kresna selesai bergumam, mendadak terdengar bunyi dering yang bersumber dari ponsel yang ia letakkan tak jauh dari posisi laptopnya. Ia pun segera menarik tubuh ke depan, sementara kepalanya lebih dicondongkan untuk memastikan siapa yang sedang menelepon. Hela panjang napas Kresna terdengar ketika mendapati nama 'Nyonya CEO' tertera di layar ponselnya tersebut. Malas. Oh, ia tidak ingin membicarakan pekerjaan setelah memutuskan untuk rehat sebentar. Namun, mengabaikan Kinara pastinya akan menyebabkan dampak yang besar bagi Kresna, terlebih wanita itu merupakan sosok yang sangat disiplin.

Tidak ada pilihan lain, Kresna bergegas meraih ponsel dan segera menekan tombol untuk menerima. "Malam, Nyonya CEO!" sapa Kresna yang terkesan tidak sopan. Selain tidak tahu diri, saat ini ia tengah merasa jengkel. Mau bagaimanapun Kinara telah mengganggu waktu rehatnya yang sangat minim itu.

"Halo, selamat malam, Tuan Kresna." Meski mendapatkan sapaan yang kurang pantas, Kinara tetap berbicara dengan nada elegan dan terdengar profesional. "Apakah Anda masih di kantor?"

"Ya, ya, benar. Berkat seseorang saya harus lembur lagi. Saya sudah membaca keseluruhan data yang Anda berikan tadi siang," ucap Kresna sarkastik. "Tapi tidak masalah. Ini sudah menjadi tugas saya."

"Sudah jam sembilan malam dan Anda belum kembali? Apakah Anda tidak bisa mengerjakannya di rumah saja, Tuan Kresna?"

"Terlalu sulit untuk membawa setumpuk berkas, Nyonya CEO. Tidak masalah. Rekan-rekan saya pun masih ada di sini."

"Apakah Anda menangani kasus lain, selain kasus saya?"

Kresna menggeleng cepat, meskipun sang lawan bicara tidak akan mengetahui sikapnya itu. "Tentu saja tidak. Saya hanya bekerja untuk Anda saat ini, Nyonya Kinara. Dan yah, kasus-kasus Anda sudah membuat saya nyaris tak bisa bernapas."

"Baiklah kalau begitu, terima kasih. Saya akan ke sana, setidaknya harus berterima kasih dengan cara yang lebih pantas."

Mata Kresna langsung terbelalak lebar. Bahkan tak hanya itu, ia sampai berdiri secara sempurna. "A-anda ingin datang? Ta-tapi ...?"

"Tidak masalah. Saya pun ingin memastikan berkas apa yang bisa kita jadikan sebagai pemberat untuk tuntutan kepemilikan A&K Diamond."

"Be-besok saj—" Kresna semakin terperanjat saat bunyi telepon dimatikan terdengar di telinga. "Aduuuh! Sial! Sang Nyonya Penguasa itu!"

Pengacara muda itu lantas menggebrak papan mejanya sendiri, kesal dengan cara Kinara yang seenaknya saja membuat keputusan untuk datang ke kantornya di malam hari seperti ini. Ayolah! Kresna hanya ingin beristirahat sejenak, setengah jam, lalu melanjutkan aktivitasnya yang entah akan berakhir di jam berapa. Namun, mengapa wanita super judes itu justru ingin datang dan mengacaukan rencana kecil Kresna?!

***

Kinara membelokkan mobilnya menuju area basemen gedung firma hukum besar itu. Karena malam hari yang lengang, Kinara hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai di sana dari keberadaan hotel penginapannya. Pram Indonesian consultant, tempat di mana ia akan berpijak pada malam hari ini. Ia ingin bertemu dengan Kresna, tanpa peduli nada kesal yang terkandung di dalam suara pria itu beberapa saat sebelumnya.

Setelah sampai di basemen Kinara lantas menghentikan mobilnya. Kemudian bergegas untuk turun. Ia tidak segera melanjutkan perjalanan, melainkan membuka pintu mobil bagian belakang, lalu mengambil paperbag yang berisi akan makanan, serta sebuah map berisi beberapa lembar berkas.

Hanya tujuh mobil yang masih berada di basemen itu, selain mobil Kinara. Sepertinya tidak banyak yang lembur. Salah satu mobil tak asing pun terlihat di matanya. Mobil milik Kresna, yang membuktikan bahwa Kresna memang tidak berbohong tentang lembur yang ia ambil pada malam ini. Baiklah, mungkin Kinara harus segera naik dan membuat pengacara muda tersebut semakin kesal padanya. Elevator merupakan alat yang akan mengantarkan Kinara untuk sampai di lantai atas tanpa perlu menghabiskan banyak tenaga.

Ketukan di pintu ruangan kerja itu sukses membuat Kresna terperanjat. Oh, sialan, sepertinya Kinara sudah sampai. Kinara benar-benar tidak berbohong. Hari yang sudah malam tak menjadi halangan bagi wanita itu untuk datang ke tempat kerja seorang pria, dan pria itu masih muda. Apakah setelah bercerai, Kinara sudah mengalami kesepian? Apalagi kabarnya Kinara menempati salah satu kamar di hotel milik Diamond Palace agar tidak mudah dicari oleh orang lain. Namun, nyatanya, kabar itu justru merebak karena mulut salah satu staf hotel seperti ember yang sudah bocor parah.

"Oh, selamat malam, Nyonya Kinara," sapa Kresna sembari tersenyum setulus mungkin.

Kinara tersenyum tipis, kemudian masuk ke dalam ruangan itu meski belum dipersilakan. Ia hanya risih ketika menjadi pusat perhatian para rekan Kresna yang masih bekerja.

Kresna menghela napas dalam dan mengembuskannya secara perlahan. Ia menatap keempat rekan sesama pengacaranya itu tampak berkumpul di satu titik serta saling berbisik sembari menatap keberadaan Kinara. Sikap mereka membuat Kresna langsung mengambil sikap dengan cara mengibas-ngibaskan tangannya untuk menyudahi mulut julid dua rekan wanita dan dua lainnya merupakan pria tersebut.

"Anda merasa lapar, bukan?" tanya Kinara sesaat setelah Kresna menutup pintu. Tangannya sibuk membuka paperbag yang berisi satu burger lengkap dengan daging besar. "Maaf karena datang tanpa meminta izin." Ia menyodorkan makanan tersebut dengan sikap yang sopan.

Kresna ingin berlagak sok jual mahal, tetapi ketika matanya menatap burger, air liurnya justru sangat ingin menetes. Selera makannya mendadak bangkit dan perutnya bergolak minta diisi dengan cepat.

"Ahaha ...." Kresna menggaruk tengkuk belakangnya. Dengan malu-malu, ia lantas meraih makanan pemberian Kinara tersebut. "Terima kasih, Nyonya!"

Rupanya bocah ini punya rasa malu juga, batin Kinara yang mampu membaca rona merah jambu di wajah Kresna. Sementara ia mengambil sikap duduk, Kresna berjalan ke arah meja kerja dan duduk sembari menyantap burger tersebut.

"Anda tidak makan?" tanya Kresna ketika teringat pada Kinara yang justru tak menyantap apa pun. Detik berikutnya, matanya menatap paperbag yang masih terbuka, di mana sebuket kentang goreng tampak di sana.

Kinara menghela napas lalu menggeleng. Ia pun duduk di kursi kosong, tepat di hadapan Kresna. Tangan kanannya segera meraih paperbag serta seisinya lalu menyerahkan pada Kresna. "Saya sudah kenyang. Semua ini untuk Anda. Saya merasa bersalah karena telah membuat Anda lembur sampai malam."

"Ya, dan tidak ada data apa pun yang bisa menjadi persenjataan kita, Nyonya," sahut Kresna. "Dan terima kasih makanannya." Ia kembali melahap burger untuk suapan ketiga. "Anda boleh mengambil satu atau dua kentang goreng. Tidak perlu malu-malu."

Dahi Kinara berkerut. "Apa?"

"Hehe! Hanya bercanda!" Kresna terkekeh pelan. "Jadi, Anda tidak datang hanya demi mengantarkan makanan untuk saya, bukan?"

Kinara tidak langsung menjawab, melainkan masih bergeming sembari menatap map berisi berkas yang ia bawa bersamaan dengan makanan itu. Detik berikutnya, ia menyodorkan berkas tersebut di hadapan Kresna.

"Catatan penggelapan dana yang saya dapatkan belum lama ini. Meski sudah menjadi CEO di perusahaan keluarganya sendiri, Abimana masih tetap kekurangan uang. Sampai dia memanfaatkan A&K Diamond untuk mengambil sejumlah dana tanpa sepengetahuan saya sekaligus seisi Diamond Palace. Tampaknya uang itu dia gunakan untuk keperluan sang wanita simpanan. Saya sudah memeriksa dari divisi keuangan setelah merasa ada yang tidak beres beberapa bulan terakhir. Namun, karena dia masih bebas keluar masuk A&K Diamond sekaligus Diamond Palace, dia mampu menutupi kejahatannya. Meski dana yang dia ambil belum sampai menimbulkan banyak kerugian, bukankah masih ada kesempatan untuk membuatnya jatuh dengan bukti ini, Tuan Kresna?" jelas Kinara.

"Kita bahkan bisa menuntutnya," ucap Kresna. "Ini bukti bagus untuk mengambil alih A&K Diamond secara sepenuhnya, Nyonya Kinara. Jika Tuan Abimana berhasil ditahan atas kasus penggelapan dana, rasanya tujuan Anda—"

"Saya hanya menginginkan aset itu, gerai itu, dan bukan memenjarakan Abimana, Tuan Kresna. Mungkin bukti ini bisa kita jadikan untuk mengancamnya, agar dia bersedia menyerahkan aset itu secara sepenuhnya."

Kresna kurang setuju. "Penggelapan dana sekecil apa pun merupakan tindak kriminal, Nyonya Kinara. Dan mengancam? Tentu bukan cara kerja saya. Saya ingin bekerja sesuai data, bukti, dan sesuai hukum yang berlaku. Mengancam pun merupakan tindakan—"

"Masih ada banyak hal yang ingin saya lakukan sebelum benar-benar menjebloskan Abimana ke penjara. Setidaknya sampai saya puas membuatnya tersiksa, Anda baru boleh menuntutnya, bahkan dengan pasal berlapis! Pasti banyak sekali kejahatan lain yang Abimana sembunyikan selama ini."

"Nyonya ...?"

"Anda sedang bekerja untuk saya, setidaknya tolong dengarkan pendapat dan keinginan saya sebagai klien Anda, Tuan Kresna. Jadi, saya mohon dengan sangat, turuti dulu perintah saya."

Pancaran mata Kinara yang begitu buas membuat Kresna terdiam seribu bahasa. Api dendam masih menyala terang dan panas di mata Kinara. Ucapan Kinara sekian hari yang lalu sepertinya memang bukan isapan jempol semata. Kinara benar-benar ingin membalas perbuatan Abimana. Haruskah Kresna menuruti keinginan wanita itu? Jika memang harus, berapa kali Kresna perlu menuruti permintaan Kinara yang selalu bertentangan dengan prinsipnya? Mengancam? Padahal menjebloskan Abimana ke sel tahanan jauh lebih mudah, tetapi mengapa Kinara justru ingin menempuh cara yang sulit?

***