Chereads / Pembalasan Sang Nyonya / Chapter 18 - Balasan Dari Abimana

Chapter 18 - Balasan Dari Abimana

Kinara melaju mobilnya dengan cepat ke arah gerai perhiasan karena sesuatu hal sukses membuatnya tercengang baru-baru ini. Bahkan, ia sampai meninggalkan Kresna yang sedang mewanti-wanti dirinya sekaligus telah memulai diskusi dengannya. Ada alasan yang kuat sampai Kinara rela meninggalkan agenda penting untuk menghadapi segala persidangan tersebut.

Karena, rupanya, Abimana tidak tinggal diam dengan serangan yang Kinara berikan, mengenai pengungkapan fakta sebenarnya di balik gugatan cerai yang wanita itu layangkan. Mendadak Abimana justru mengeluarkan ide baru, yaitu pengadaan diskon besar-besaran untuk seluruh produk perhiasan yang dijual di dalam toko itu. Hal tersebut tentu saja sukses menarik emosional yang selama ini ditahan dengan sekuat tenaga oleh calon mantan istrinya tersebut.

Mobil yang Kinara kendarai tanpa bantuan sang sopir pribadi berbelok, menuju kawasan perbelanjaan elite. Tepat di halaman parkir yang luas, ia lantas menghentikan kendaraannya tersebut. Dan tak berselang lama, ia segera menurunkan salah satu kakinya kemudian di susul kaki jenjangnya yang lain. Kinara langsung mengambil langkah cepat demi misi untuk memarahi seluruh staf yang bertugas.

Melihat sebuah baliho besar yang terpasang di depan gerainya, Kinara semakin dibuat naik pitam. Bagaimana bisa Abimana membuat dekorasi atas diskon besar-besaran yang benar-benar kampungan dan sekaligus menjengkelkan?! Apakah pria itu ingin menjatuhkan aset berharga yang baru ingin menanjak naik sebagai salah satu gerai perhiasan besar tersebut? Astaga, Kinara tidak habis pikir. Kerugian yang akan ditaksir akibat ulah Abimana pun pastinya tidak main-main. Ia tidak ingin hal itu terjadi, apalagi di dalam momen buruk seperti ini.

Perceraiannya saja bisa menurunkan harga saham karena dirinya dinilai kurang kompeten soal masalah kerja sama, setelah menggugat Abimana tak hanya sekadar perpisahan, melainkan membatalkan seluruh jalinan. Dendam Kinara pastinya akan berimbas pada kepercayaan orang lain, bisa jadi mereka pun takut bekerja sama dengan Kinara yang beberapa orang menilai bahwa dirinya mudah terbawa perasaan. Mana mungkin setelah mengambil risiko terbesar, Kinara akan diam saja ketika Abimana pun ingin memperburuk kinerjanya sekaligus nama besarnya. Oh tidak, Kinara tidak akan tinggal diam.

Kedatangan Kinara membuat seisi gerai terdiam. Tempat itu sangat ramai setelah diskon 50% disebarkan oleh Abimana. Banyak orang yang berbondong-bondong ingin membeli perhiasan. Keadaan itu tidak bisa Kinara atasi. Sebab ketika dirinya berteriak dan marah-marah, para pengunjung akan semakin menilainya sebagai wanita yang keji.

"Apa yang harus aku lakukan …?" Kinara bergumam. Otaknya berpikir keras untuk mencari ide atas kegaduhan ini.

"Nyonya Kinara! Nyonya Kinara!" Lebih sial, ketika para wartawan justru berdatangan. Mereka menyerbu Kinara dan lantas mengelilingi wanita itu.

Kinara sudah terjepit keadaan yang sangat buruk. Serangan lebih brutal benar-benar diluncurkan oleh calon mantan suaminya. Ingin melangkah maju, bahkan pergi pun sudah tidak bisa. Salahnya sendiri ketika sempat tidak berpikir panjang. Ia langsung berangkat ke gerai perhiasannya tersebut tanpa pendamping satu pun setelah Isabela memberikan kabar yang mengejutkan. Gila! Ini gila! Lantas, apa yang harus Kinara lakukan?

"Nyonya, apakah ini salah satu langkah untuk memenangkan perselisihan antara Anda dan Tuan Abimana? Apakah diskon besar-besaran ini Anda lakukan untuk menarik citra dari masyarakat luas? Bagaimana perasaan Anda ketika suami Anda melakukan perselingkuhan?"

"Bagaimana dengan wanita simpanan Tuan Abimana? Apakah Anda mengetahui identitasnya?"

"Apakah Anda tidak mampu menjadi istri yang baik, karena terlalu banyak bekerja?"

"Apakah selama ini Anda mengabaikan Tuan Abimana, sampai beliau memilih untuk mencari wanita lain?"

"Kapan perceraian akan diputuskan sampai resmi, Nyonya?"

"Nyonya, apakah keputusan Anda untuk menghentikan segala kerja sama dengan Tuan Abimana karena didasarkan atas rasa sakit hati? Bukankah hal itu justru membuat Anda tidak profesional sama sekali? Bisnis tidak boleh membawa-bawa masalah pribadi, bukan? Dan bagaimana dengan rencana merger antara Diamond Palace dan Erlangga Real Estate?"

Segala macam pertanyaan dilontarkan oleh para pencari berita tersebut. Kinara masih memilih diam, tetapi, tubuhnya mulai memanas karena kesal. Ketika matanya beralih menatap para karyawan gerai yang bertugas, mereka memiliki rona cemas di wajah masing-masing. Bahkan sang manajer pun sampai kebingungan, ia sibuk mengusir para wartawan, tetapi tampak ketakutan.

Abimana … apakah pria itu sempat mengancam mereka? Pikir Kinara menduga-duga. Kinara harus bertindak cepat sebelum keadaan semakin runyam.

Helaan napas begitu dalam, Kinara ambil setelah akhirnya ia memutuskan untuk mengulas sebuah senyuman. "Perselingkuhan Tuan Abimana memang membuat saya sangat sakit hati. Tidak ada istri yang baik-baik saja setelah melihat suaminya melakukan kecurangan dan bahkan penipuan selama satu tahun pernikahan, bukan?"

"Penipuan? Bagaimana Anda bisa mengatakan jika Tuan Abimana telah menipu Anda, Nyonya? Apakah hal tersebut berkaitan dengan perusahaan?" Salah seorang wartawan pria berkacamata langsung ambil suara paling lantang di sela-sela kebisingan suara para rekannya.

"Sebenarnya saya tidak ingin berpikir seperti itu." Kinara berlagak memasang wajah sedih. "Tapi, bagaimana jika kalian yang selalu mengedepankan seorang pasangan justru dicurangi? Selelah apa pun kalian, seletih dan sesibuk apa pun kalian justru diabaikan begitu saja? Akan sakit sekali, 'kan? Saya memang selalu memiliki banyak pekerjaan. Namun, jika waktu sudah mulai menjelang malam, saya selalu berusaha untuk pulang."

"Namun, setibanya di rumah, yang saya temukan hanyalah kehampaan. Suami yang saya tunggu tidak kunjung pulang sampai larut malam. Bahkan, beberapa kali beliau pulang di keesokan hari. Beliau nyaris seperti menipu saya. Beliau tidak memiliki pekerjaan apa pun di kantor! Beliau bersama seorang wanita! Beliau menikah dengan saya hanya karena ingin melakukan merger dengan Diamond Palace. Beliau ingin merenggut perusahaan yang akan saya warisi. Beliau … uh …!" Kinara menunduk dan menutupi wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangan. Namun, sungguh, ia tidak ingin menangis, karena sama saja ia akan berakhir menangisi pria yang bengis.

"Air mata saya bahkan sudah kering karena teringat atas penipuan yang beliau lakukan terhadap saya. Bagaimana … bagaimana bisa saya melanjutkan kerja sama dengan seseorang yang telah berbuat curang? Bagaimana jika perusahaan saya terkena imbas dari segala kebohongan yang kerap beliau lakukan …? D-dan, wanita itu, kenapa begitu tega?" lanjut Kinara. "Hari ini pun beliau membuat kegaduhan besar dengan mengancam para karyawan di gerai ini. Mereka diancam akan dipecat jika menolak untuk mengadakan diskon besar-besaran. Saya akan mengadakan diskon, tentu saja, tapi tolong untuk beliau yang merasa berkontribusi paling besar dan nyatanya justru tidak, jangan membuat kebijakan sendiri."

Salah seorang wartawati hendak menyela, tetapi rencananya harus batal ketika seseorang mendadak memasuki kerumunan. Melainkan Kresna yang tiba-tiba saja datang. Dengan sigap, Kresna merangkul Kinara dan membawa klien VVIP-nya tersebut untuk masuk ke dalam toko perhiasan tersebut.

"Mohon maaf, karena adanya kegaduhan yang tidak kami sengaja, kami terpaksa harus menutup toko dan menolak pengunjung baru. Cukup pengunjung yang sudah melakukan transaksi saja," ucap Kresna. "Dan tolong beri waktu untuk Nyonya kami yang sedang mengalami banyak duka baru-baru ini. Kami memohon maaf pada para wartawan yang bertugas. Namun, sepertinya sudah cukup bagi Nyonya kami dalam memberikan pernyataan. Alangkah baiknya, jika kita menunggu hasil di sidang selanjutnya, yang tentu saja akan kami menangkan sebagai pihak penggugat untuk segala gugatan apa pun."

Kresna merundukkan badan di hadapan semua wartawan. Detik berikutnya, ia mengamankan Kinara di dalam toko dan meminta sang manajer untuk segera menutup sepenuhnya rolling door otomatis dari tempat itu. Kresna juga bertanya di mana ruang yang pas untuk beristirahat. Sebuah kantor kecil di dalamnya segera ia datangi bersama Kinara.

"Anda mengikuti saya?" tanya Kinara sesaat setelah memasuki ruangan tersebut. Sikapnya sudah berubah seperti sediakala.

"Tentu saja. Bukankah saya sudah berkata bahwa setelah konferensi pers, Anda akan menjadi sasaran para wartawan , Nyonya CEO?" Kresna menyahut lalu mengambil posisi duduk di salah satu kursi admin yang kosong. "Kalau saya tidak menyusul, Anda akan membuat pernyataan sepanjang apa lagi?"

Kinara menghela napas. "Baik, mungkin saya memang harus berterima kasih pada Anda."

"Haha, tidak hanya harus, tapi wajib! Tapi, ngomong-ngomong kemampuan akting Anda bagus sekali, Nyonya."

"Bukankah hal itu justru bagus? Untuk membenarkan pertanyaan salah satu wartawan yang menilai jika saya sedang ingin menarik citra publik."

"Waaah! Anda begitu berani. Rupanya kasus ini sudah berada di tahap saling adu kemampuan untuk menyerang. Anda benar-benar ingin melakukan hal kekanak-kanakan ini, Nyonya Kinara? Ini sama saja seperti para selebriti yang setelah bercerai justru saling menjelekkan satu sama lain. Satu kali mendayung dua pulau terlampaui, ingin balas dendam sekaligus mencari sensasi. Anda ...."

"Tidak masalah, asalkan Abimana bisa hancur. Tidak masalah jika saya tidak lagi tergolong sebagai wanita elegan ataupun berkelas. Dan lagi, bukankah Anda harus selalu ingat akan posisi, Tuan Kresna? Anda hanya pengacara saya dan tidak perlu mengurus apalagi ingin tahu keinginan pribadi saya. Anda cukup berfokus pada kasus yang wajib Anda menangkan saja dan juga tugas-tugas yang saya berikan!"

Kinara memberikan penegasan dengan wajah yang jauh berbeda dengan saat di mana dirinya menghadapi para wartawan. Ketegasan, keeleganan, dan kharismanya kembali melekat pada dirinya saat ini. Dan tentu saja hal tersebut membuat Kresna agak tidak nyaman. Namun, bukan Kresna namanya jika tidak mampu mencairkan keresahan di dalam dirinya atas sikap orang lain. Ia hanya cengengesan dalam menanggapi ucapan kliennya tersebut.

Kinara menghela napas, kemudian kembali berkata, "Satu kali lagi saja. Saya ingin Anda memenangkan semua gugatan yang saya layangkan terhadap Abimana. Bahkan rumah yang kami tempati bersama harus menjadi milik saya. Saya masih berhak atas harta gono-gini, bukan? Tidak ada pernyataan tentang larangan meminta gono-gini di surat perjanjian pra-nikah kami, dan hal tersebut membuat saya bisa menuntut atas rumah tersebut."

Kresna manggut-manggut. Ia tidak memberikan balasan apa pun, karena langsung sibuk memikirkan cara untuk memenangkan sidang nantinya. Dan ia juga sudah cukup muak dengan segala drama yang terjadi belakangan ini.

***