Chereads / Berondong Simpanan Istriku / Chapter 8 - Samsul Payah!

Chapter 8 - Samsul Payah!

Deni segera beranjak dari tempat tidur. Memunguti satu persatu pakaiannya dengan wajah terlihat kesal.

"Den. Dengarkan dulu Ibu!" Mila mencoba membujuknya.

Tapi Deni tak bergeming. Ia sudah tak mau terjerumus lagi semakin dalam ke jurang kenistaan. Berapa lama ia harus memuaskan Mila. Sementara wanita itu telah bersuami.

Sampai ia sembunyikan dosa besar yang dilakukannya bersama Mila.

"Den!" Mila membenamkan wajahnya di dada Deni.

Deni tak bergerak diam membisu.

"Tolong beri Ibu waktu. Bagaimana mungkin Ibu melepas suami Ibu tanpa ada alasan yang jelas," bujuk Mila melirih.

Deni masih diam.

Cinta Mila terhadap Samsul. Deni akui sangat besar. Lalu mengapa ia mengkhianati cinta suaminya. Lemah. Ok. Deni akui itu juga faktor utama mengapa Mila mencari kepuasan dengannya. Deni mengerti bagaimana jika seorang wanita tak pernah merasakan orgasme saat bersetubuh dengan suaminya karena suaminya lemah. Dan itu memang siksaan yang berat bagi seorang istri.

Bisa dibayangkan. Saat hasrat menggebu, saat nikmat itu memburu. Suaminya tiba- tiba menyerah begitu saja. Meninggalkan istrinya yang tinggal selangkah lagi mencapai pelepasannya.

Itulah yang Mila alami saat berhubungan dengan Samsul.

Kini dilema tengah membelit hidup Deni. Meski Deni merasakan nikmat itu. Tapi berapa banyak lagi dosa yang harus ia tampung.

Rumah tangga Mila begitu rumit. Tak ada yang salah dengan suaminya. Samsul orang baik dan pengertian. Hanya saja dia terlalu takut akan kehilangan jabatan dan pekerjaan. Hingga melupakan hal penting. Dimana perhatian dan kasih sayang suami sangat sangat dibutuhkan oleh para istri manapun.

"Baiklah Bu. Mulai sekarang, Ibu jangan temui Deni. Sebaiknya kita bersikap normal saja seperti biasa. Deni akan beri waktu satu minggu. Deni tunggu keputusan Ibu. Pilih suami Ibu atau Deni."

"Dan Ya. Deni akan menerima dengan lapang dada apapun keputusan Ibu nanti. Deni pamit Bu ... "

Deni pergi begitu saja meninggalkan Mila yang berdiri memandanginya sampai lelaki muda itu hilang dari pandangannya.

Setelah kepergian Deni. Mila merubuhkan tubuhnya di atas kasur sambil menangis. Siapa yang patut disalahkan dalam masalah ini. Suaminya memang sejak dulu seorang pekerja keras dan justru itulah yang membuat Mila jatuh hati dan kagum pada sosok suaminya itu.

Tapi saat berumah tangga. Ceritanya berbeda. Sifat dan pribadi Samsul yang tak kenal lelah mencari rupiah. Justru lambat laun jadi Boomerang bagi kehidupan rumah tangganya. Ternyata kenyataannya. Mila justru merasa di nomer duakan oleh suaminya.

Seharusnya Samsul lebih mengerti dengan keadaannya. Tak masalah Samsul mencari materi demi membahagiakannya. Tapi alangkah bijaknya. Jika semua itu diimbangi dengan situasi dan kondisi. Mila bukan burung bersangkar emas. Yang cukup diberi makan dan minum saja. Setelah itu. Sangkarnya di gantung begitu saja. Nasibnya hanya sebagai hiasan saja. Namun tak berarti apa- apa.

Jam sudah menunjuk pukul sembilan malam.

Samar- samar Terdengar suara motor Samsul dari kejauhan. Sampai akhirnya suara pintu di buka perlahan.

"Ma ... "

Suara itu tak Mila hiraukan. Mila pura- pura tertidur. Tak mau peduli lagi. Samsul pulang atau tidak.

Jenuh!

"Ma ... " suara itu semakin mendekat.

"Mama udah bobo?"

Kemudian Samsul membuka jaketnya. Lalu pergi ke kamar mandi. Mila cepat beranjak mengikuti suaminya.

Pintu kamar mandi dibiarkan terbuka lebar. Bersama munculnya Mila.

"Baru pulang Pa? Bagaimana meeting nya?" tanya Mila sedikit kecut dan terpaksa.

Samsul tersenyum.

Selesai mandi. Samsul kemudian menuntun Mila ke kamar. Handuk masih melingkar di pinggulnya.

"Sini Ma. Papa punya sesuatu ... " bisik Samsul ke telinga istrinya.

"Apaan Pa," ucap Mila tanpa ekspresi.

Sebuah pil warna putih. Samsul perlihatkan pada Mila.

Mila mengernyit. "Apa ini Pa?"

"Ini obat kuat Ma. Malam ini, Papa ingin buktikan keampuhan obat ini," kata Samsul begitu bersemangat.

"Mama males ah! Nanti Papa begitu lagi, kaya kemarin- kemarin," tolak Mila sambil menatap tajam wajah suaminya.

"Ini beda Ma. Teman Papa di kantor udah pernah coba," ucap Samsul meyakinkan.

"Pa. Udah berapa kali. Papa beli obat ginian. Tapi apa kenyataannya? Papa tetap saja loyo!" bentak Mila kesal.

Dengan wajah ketus. Mila menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, menyelimuti seluruh tubuhnya dan tertidur mengabaikan Samsul yang masih berdiri terpaku.

"Jadi Mama gak mau melayani Papa?" Samsul menarik selimut yang tengah di pakai Mila. Kilat amarah mulai jelas tergambar di wajahnya.

Mila memiringkan tubuhnya. Tak mau meladeni perkataan suaminya.

Samsul mendengus kesal. Ia lalu berjalan tergesa menuju dapur. Mengambil air minum kemudian obat kuat yang sedari tadi di pegangnya. Ia teguk bersamaan dengan air putih.

Selesai meminumnya. Samsul kemudian melangkah ke ruang tamu, duduk di sofa sambil menunggu reaksi obat itu. Tapi matanya langsung mengarah pada uang ratusan lima lembar yang terdampar di atas meja.

"Loh! Ini kan uang tadi."

Samsul menyambarnya dan menghitungnya. Uang lima ratus ribu. Masih utuh.

"Ma ... Mama gak jadi nonton?" teriak Samsul.

Hening.

Tak ada jawaban.

Samsul beranjak bangkit. Tapi sebelum kakinya mengayuh. Benda miliknya menegang meski Samsul tak merasakan rangsangan apapun. Bukan itu saja. Tubuhnya menggigil dan berkeringat. Jantungnya memompa kuat. Dada sesak. Samsul mulai merasakan hal aneh. Tapi bukan rangsangan melainkan detak jantungnya seakan bergetar cepat, membuat Samsul panik.

Iapun menghambur mendekati istrinya yang tengah tidur.

"Ma ... ! Tolong Papa Ma!" sentak Samsul sambil memegang benda kepunyaan nya.

"Ada apa sih Pa?" Mila kaget dan terbangun.

"Ini Ma. Punya Papa menegang keras sekali. Bagaimana ini Ma?" Wajah Samsul pucat.

"Aduh! Papa ini! Sudah Mama bilang, jangan minum obat kuat sembarangan!" Bentak Mila sambil bangkit dari tidurnya lalu menghampiri suaminya.

"Sini Mama lihat!" Mila kemudian membuka handuk yang dipakai Samsul.

Dan!

Alangkah terkejutnya Mila melihat kepunyaan suaminya yang keras dan menegang seperti rudal yang siap meluncur di medan perang.

"Astaga! Obat apa, sih? Yang Papa minum?"

"Itu Ma. Papa beli dari Bu Dewi. Teman Papa di kantor!"

"Makanya Pa, lain kali kalau Papa beli obat kuat. Harus konsultasi dulu dengan dokter ahli!" Mila kemudian mengambil air hangat dari dapur untuk membasuh milik suaminya. Tapi tetap saja benda milik suaminya tak beraksi. Malah seperti samurai ninja yang siap menghunus lawannya.

"Bagaimana ini Ma? Papa besok harus kerja. Kalau tegang terus. Kan, Papa malu Ma ... " rengek Samsul dengan wajah menyedihkan.

"Kerjaaaannn ... terus yang dipikirkan. Gak tahu ah! Mama pusing, Papa coba deh. Siram pake air!" bentak Mila sambil meraih tangan suaminya dan membawanya ke kamar mandi.

Berkali- kali Mila menyiramnya dengan air. Tapi milik suaminya tetap saja mengeras. Membuat Samsul panik dan menangis karena bukan saja miliknya yang menegang tapi jantungnya pun berdebar- debar tak karuan.

Niat ingin memuaskan istrinya. Samsul malah menyusahkan Mila yang berusaha keras mengembalikan milik suaminya agar kembali normal.

Obat kuat yang dibelinya dari Bu Dewi ternyata memang ampuh nyatanya. Tapi terlalu ampuh. Sampai- sampai belum ada rangsangan sedikitpun, miliknya sudah menegang.

Hadeuhh ... Samsul ... Samsul ...payah!