Chereads / Berondong Simpanan Istriku / Chapter 9 - Curiga

Chapter 9 - Curiga

Semalaman Samsul dan Mila disibukkan dengan keadaan barang Samsul yang tak juga kembali normal. Berbagai cara di tempuh Mila agar barang suaminya normal, tapi tetap saja gagal.

Samsul hanya menangis menyesali ulahnya. Minum obat kuat tanpa mengetahui kondisi stamina nya yang memang tak kuat menahan dosis dari obat itu sendiri.

Hingga menjelang pagi. Mila dan Samsul tambah panik. Mila kemudian mendatangi rumah Deni untuk minta pertolongan. Karena tak mungkin memanggil tetangga sekitar rumahnya. Apa nanti kata mereka. Dan tentunya Samsul pasti malu.

Tampak Deni tengah membereskan pakaiannya ke dalam koper hendak pergi.

"Den! Tolong Ibu!" pekik Mila mengejutkan Deni.

"Ada apa Bu?" balas Deni penasaran.

"Itu suami Ibu! Ayo cepat Den! Ibu gak bisa jelasin disini!"

Mila kemudian menarik tangan Deni untuk membawanya menemui Samsul.

Deni tersentak kaget melihat keadaan Samsul yang terbaring kaku dengan wajah di banjiri keringat.

"Om kenapa?" sahut Deni mendekati Samsul.

Mila langsung menyingkap selimut yang menutupi tubuh suaminya dan memperlihatkan benda suaminya yang keras dan menegang pada Deni.

Sontak Deni kaget. Mulutnya menganga tak percaya. Bukan itu saja. Benda Samsul juga tampak merah seperti kepanasan.

"Tolong suami saya Den. Semalaman miliknya tak bisa normal kembali, bagaimana ini Den!" Mila merengek dan memohon pada Deni agar menolong suaminya.

"Tapi, bagaimana bisa jadi seperti ini, Bu?" Deni tambah penasaran.

"Dia minum obat kuat Den," ucap Mila sedikit malu mengatakannya.

Deni menghembus nafas kasar. Malang sekali nasib Samsul. Karena sayangnya pada Mila dan ingin membahagiakan istrinya. Lalaki itu sampai nekad minum obat kuat tanpa mengetahui dosis dan takarannya.

Tidak semua obat kuat berpengaruh baik, malah banyak juga korban yang harus kehilangan nyawa, karena obat kuat yang bebas di jual di pasaran. Namun alangkah baiknya. Jika konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Deni tak tahu harus berbuat apa. Segera Deni mengambil ponselnya ke rumah untuk mencari tahu cara menanggulangi efek obat kuat yang berdosis tinggi di geogle.

Dan ternyata untuk menanggulanginya. Cukup mandi air hangat dan minum air kelapa muda juga harus banyak minum air putih.

Segera Deni menyuruh Mila untuk masak air sementara Deni pergi untuk membeli kelapa muda.

Mila lekas mengerjakan semua yang di perintahkan Deni. Memberi air putih pada Samsul lalu memandikan Samsul dengan air hangat.

Dalam hitungan jam, milik Samsul kembali normal setelah Deni memberinya air kelapa muda.

Akhirnya Samsul bisa bernafas lega. Burung kesayangannya kembali normal.

"Terima kasih ya, Den."

Samsul memegang tangan Deni dengan erat yang masih duduk di sampingnya.

"Tidak apa- apa Om. Tapi lain kali kalau mau mengkonsumsi obat kuat. Baiknya Om konsul dulu dengan dokter, Om," saran Deni sambil tersenyum.

"Iya Den. Tadi nya Om hanya ingin membahagiakan istri Om." Samsul menjawab pertanyaan Deni dengan wajah menunduk karena malu.

Samsul kemudian berjalan pelan untuk menggerakkan ototnya. Sesekali ia menatap wajah Deni yang begitu tampan. Umurnya pun masih tampak muda.

"Den. Kamu masih sekolah?" tanya Samsul kemudian.

"Tidak Om. Deni males sekolah. Mau cari kerja saja, Om," balas Deni.

"Dimana orang tuamu?"

"Deni dari kecil sudah yatim piatu Om."

"Terus, kamu selama ini tinggal dimana sebelum kamu ngontrak di sini?"

"Deni tinggal sama paman Deni, Om."

Samsul tersenyum tipis menanggapi perkataan Deni. Lelaki muda itu begitu tampan dan sepertinya dekat sekali dengan istrinya.

Dengan matanya sendiri. Samsul melihat bagaimana sikap Mila yang tak sungkan bicara pada Deni. Padahal mereka berdua baru saja kenal. Tapi sikap keduanya seperti sudah mengenal satu sama lain sebelumnya.

Samsul mulai curiga terhadap Deni dan Mila. Tapi melihat usia Deni yang masih muda tak mungkin ada hubungan khusus antara keduanya. Deni lebih pantas jadi adik istrinya daripada kekasihnya.

Lagipula tak mungkin Mila melakukan hal bodoh dengan berselingkuh dengan lelaki yang lebih muda dari usianya.

Samsul kembali duduk.

"Kalau begitu saya pamit dulu Om." Deni beranjak dari duduknya.

"Tunggu Den!" Mila tiba- tiba keluar dari dapur dan menghambur ke arah Deni.

Samsul diam terpaku melihat sikap istrinya yang gelisah saat Deni akan pamit pulang.

"Den. Kamu tinggalah dulu sebentar. Ibu sudah masak makanan kesukaanmu!" sahut Mila sambil memegang erat tangan Deni.

Deni mulai kikuk mendapati sikap Mila.

Samsul mengernyit melihat sikap istrinya. Kemudian Samsul mendekati Mila, sambil menarik tangan istrinya.

"Ma. Deni mungkin ada perlu, ada apa sih? Mama sepertinya khawatir sekali!"

"Maaf Bu. Tapi Deni harus mengejar kereta," ucap Deni. Jantungnya bergetar saat Samsul menyorot mata Deni dengan tatapan aneh.

"Tidak! Kamu harus makan dulu!" sentak Mila emosi.

Melihat sikap Mila. Tentu saja Samsul terperangah kaget tak percaya. Sebenarnya ada apa dengan istrinya. Yang begitu ngotot mencegah Deni pergi.

"Maaf Bu. Lain kali saja. Deni buru- buru. Permisi Om." Gegas Deni berjalan tergesa menuju rumahnya.

Tapi kejadian tak terduga terjadi di depan mata Samsul. Mila mengejar Deni ke rumahnya. Tak percaya dengan tingkah polah istrinya.

Cepat Samsul menyusul istrinya, tapi langkahya terhenti karena suara ponselnya berbunyi.

Samsul kembali untuk menerima panggilan masuk di ponselnya.

"Helo!"

"Pa. Bapa dimana? Jam segini belum datang! Pa Wisnu menunggu Bapa!" pekik dari seberang sana.

"Oh, iya, iya, tolong bilang sama Pa Wisnu. Saya tak enak badan. Paling agak siangan saya ke kantor." balas Samsul kemudian.

"Bapak sakit?" jawaban dari seberang sana kemudian.

"Iya. Hanya sedikit deman. Tapi saya sudah minum obat. Tolong, ya! Beritahu Pa Wisnu, saya datang agak siangan!"

"Ok. Pa!"

Samsul langsung memutuskan sambungan telponnya.

Cepat ia beranjak untuk menyusul Mila yang pergi menemui Deni.

"Ma! Mama!" teriak Samsul sambil membuka pintu rumah Deni yang memang tak terkunci.

Samsul dibuat kaget saat melihat Mila yang menangis merintih di kaki Deni.

"Mama! Apa- apaan ini!!" kecam Samsul dengan wajah merah padam karena murka. Melihat Mila yang menangisi Deni yang hendak pergi.

"Pa! Tolong cegah Deni Pa! Jangan biarkan dia tinggalin Mama, nanti Mama kesepian Pa!" Mila bicara ngawur di depan Samsul karena masih tak terima jika Deni pergi dari sisinya.

Deni mematung ketakutan. Tak percaya dengan ulah Mila. Di depan suaminya sendiri Mila nekad berbicara yang bisa membuat Samsul curiga.

"Mama sudah gila, ya?" bentak Samsul.

"Pa! Memang Mama sudah gila karena Papa! Cobalah mengerti Pa! Mama seringkali bilang sama Papa! Mama ini butuh perhatian! Tapi Papa tak pernah peduli semua keinginan Mama!" protes Mila sambil menangis histeris.

Samsul semakin tak mengerti. Sebenarnya kemana arah tujuan perkataan Mila. Mengetahui Deni akan pergi. Istrinya macam orang kesurupan dan marah- marah tak jelas sambil menangis. Membuat Samsul semakin yakin. Bahwa Deni dan Mila memang mempunyai hubungan khusus.

Tak ada asap kalau tak ada api. Itu yang tengah dialami istrinya. Tak mungkin Mila begitu bernafsu mencegah kepergian Deni kalau diantara keduanya tak terjalin hubungan spesial. Dan hubungan itu bukan hubungan sebagai teman. Tapi lebih dari sekedar teman.

Tindakan Mila pagi itu. Membuat Samsul terbuka mata hatinya. Bahwa keduanya menyembunyikan sesuatu yang besar di belakangnya.