Chereads / Segel Cinta Zayyan / Chapter 38 - Bawa Masalah Pribadi Ke Perusahaan

Chapter 38 - Bawa Masalah Pribadi Ke Perusahaan

"Aku kedinginan tadi pas jalan pulang jadi dia kasi jaketnya," jawab Dhita dengan polos sementara mama malah makin senyum senyum sendiri setelah mendengar itu.

"Dah ah aku mau balik kamar dulu ya ma! Good night mom!" Mamanya sedang bertingkah aneh malam ini jadi dia memilih untuk menghindari perbincangan panjang dengan mama, daripada dia nanya aneh aneh tentang dirinya dan Zayyan.

"Night sayang!" ucap mama dengan lembut. Melihat kedekatan anaknya dengan pacarnya itu Mama semakin merasa kalau anaknya ini sudah mulai tumbuh dewasa.

Sementara itu Dhita masuk kedalam kamarnya dalam keadaan kesal. Ia mengomel dengan dirinya sendiri guna menuangkan segala kekesalan yang terpendam didalam dirinya.

Sebenarnya tidak ada hal yang membuatnya kesal malam ini karena waktu yang ia habiskan bersama Zayyan saat jalan bareng diluar tadi sangat nyaman dan tidak seperti yang ia pikirkan. Satu satunya hal yang membuatnya kesal hanyalah karena dirinya yang lupa mengembalikan jaket cowok itu.

"Asli lo bodoh banget Ta! bisa bisanya lupa balikin ni jaket," sambil membenamkan wajahnya di dalam bantal ia terus mengumpat dirinya yang ceroboh ini.

"Terus gimana dong cara balikinnya?" ucapnya sekali lagi.

"Duuh gimana dong!" ia terus memikirkannya sambil menatap jaket yang di sangkutnya di sisi kamarnya itu sampai ia tertidur.

Di tempat lain, Zayyan menatap langit langit kamarnya yang polos itu seakan ia melihat bintang dan pemandangan indah lain didalamnya. Wajahnya senyum senyum sendiri saat memperhatikan benda diatasnya itu.

Itu semua terjadi karena ia memikirkan momen momen yang sekali lagi ia habiskan bersama seorang gadis yang selalu berdebat dengannya di sekolah.

Saat mereka mulai akrab dan jauh dari perdebatan, ia merasa ada sesuatu yang berbeda didalam benaknya dan itu membuat jantungnya berdegup tidak seperti biasanya.

Yah walaupun hal seperti itu selalu berlangsung sangat singkat karena mereka akan segera menemukan celah untuk saling menyerang dengan argumen yang berbeda ditengah keakraban itu.

Tapi tetap saja ada sesuatu yang tidak biasa mengalir dalam perasaannya, dan itu sama sekali belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Apa di sekolah kami bisa seperti itu juga?" gumamnya sambil memejamkan mata.

Seketika ia membayangkan bagaimana garangnya Dhita saat memarahi orang orang yang sedang terlambat dan dia kebetulan berada diantara orang orang yang terlambat itu.

"Tidak! sepertinya hal seperti itu tidak akan pernah bisa terjadi di sekolah!" segera ia menyanggah apa yang ia pikirkan sebelumnya.

Banyak perbedaan diantara mereka berdua saat berada di sekolah, jadi tidak mungkin mereka bisa akur ketika berada di sana.

Atau mungkin lebih tepatnya keakraban yang sudah terjadi 2 kali ini hanyalah kebetulan belaka? ia juga tidak mengerti.

"Baiklah! aku akan menemukan jawabannya besok!" tambah Zayyan sambil tersenyum dan menenggelamkan kesadarannya.

***

Pagi harinya, Zayyan bangun dan bersiap untuk pergi ke sekolah seperti biasa. Perlu di ingat kalau hari ini ia bangun sangat awal jadi ia tidak perlu buru buru seperti yang biasa ia lakukan.

"Kabar ayah gimana Bun?" sambil menyantap sarapannya Zayyan bertanya pada bunda, ada kak Clara juga yang makan di sebelah bunda.

"Ayah kamu masih harus berada disana dalam beberapa minggu kedepan karena kontrak baru akan diputuskan jatuh ketangannya atau tidak dalam masa itu," jawab Bunda sambil menghela napas. Sebenarnya ia juga sudah sangat rindu sama suaminya itu.

"Kapan terakhir kali lo ngobrol sama Ayah sampek harus nanya kabarnya sama bunda?" tanya Clara.

Kebangetan ni anak! nanya ayahnya sendiri aja melalui bunda gak nanya sendiri.

"Ngobrol bareng papa via telepon itu bosen tau gak? nanya kabar Cuma basa basi doang selebihnya dia ngebahas perusahaan sama aku, pusing tau ngejelasin semuanya padahal aku udah kirim semua file laporan ke dia." Zayyan mengeluh.

Kalau di rumah Ayah asik banget orangnya, sering becanda dan ngobrolin hal hal lain sama dia. Tapi semenjak dia berangkat ke luar negri jadi rada kaku orangnya.

"Dosa banget ih bilangin Ayah kalau nanya kabar Cuma basa basi," sahut Clara sambil tertawa kecil karena ia tau kalau adiknya itu bercanda.

"Ayah sering kok nanyain kamu kalau lagi ngomong sama bunda, hanya saja dia harus konsentrasi dengan proyek yang harus ia dapatkan ini jadi ia sangat teliti dengan perkembangan yang kamu urus di sini." Bunda menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban Zayyan.

Hal paling mendasar yang membuat Ayahnya tidak lagi bercengkrama sebagaimana saat mereka berada dirumah adalah karena Ayah ingin Zayyan lebih dewasa saat tidak bersamanya. Itulah yang dijelaskan suaminya padanya.

"Iya aku tau," jawab Zayyan. Kali ini sarapannya sudah habis.

"Bunda ke kantor hari ini?" tanya Clara.

"Iya, bunda harus susun beberapa hal terkait proyek baru di cikarang, kamu juga ikut ada banyak tugas yang kamu tinggalkan saat kuliah!" memalingkan wajahnya ke putri kesayangannya, bunda menjawab dengan serius.

"Kak ingat ya! jangan kasi proyek ini ke PT. Kerja Bersama !" tambah Zayyan, itu adalah perusahaan yang ia kunjungi kemarin, ia harus mem blacklist mereka dari persaingan.

"Lah kenapa memangnya? mereka buat masalah?" Clara terkejut.

"Iya, kemarin gue ke kantornya dan pelayanan yang gue dapet buruk banget! pokoknya gue gak mau liat mereka dapet proyek itu." Bencinya sama tu manager udah membekas jadi dia gak mau tau mereka harus dihilangkan dari persaingan.

"Kalau mereka berkualitas gimana?" masih bingung dengan permintaan adiknya yang sedikit aneh, Clara menoleh ke arah Bunda berharap mendapat penjelasan.

"Biar bunda yang urus, lagipula belum ada dari mereka yang presentasi jadi kita tidak bisa menilai apakah mereka berkualitas atau tidak," sahut bunda dengan tenang.

Zayyan mengangguk pelan, ia sudah menceritakan detailnya dengan bunda jadi bunda pasti mengerti apa yang ia inginkan.

"Kebiasaan nih bawa masalah pribadi ke perusahaan!" mendengar penjelasan bunda Clara kembali menyoroti Zayyan yang sedang duduk tenang sambil scroll hp karena sarapannya udah abis.

"Bukan cuma karena masalah pribadi, udah deh lo liat aja ntar gimana presentasi mereka dan nilai sendiri kualitasnya!" Zayyan udah yakin banget kalau perusahaan yang ia datangi kemarin memang bukan tipe yang bisa mereka ajak kerjasama.

"Zayyan berangkat dulu ya bun," kemudian Zayyan langsung menyalam tangan ibu dan kakaknya, ini saatnya ia berangkat ke sekolah!

Mengendarai motornya dengan santai karena masih banyak waktu sebelum kelas dimulai, Zayyan tiba 10 menit sebelum bel masuk dan kebetulan ia masuk gerbang berbarengan dengan Dhita dan Daffa yang turun dari mobil.

'Tumben tu anak datang cepat?' Dhita yang melihat motor Zayyan terus melaju dan belok ke parkiran sekolah bergumam dalam hati.

"Ehem! liatin banget, rindu banget apa karena tadi malam jalan bareng!" Daffa menyenggol bahu kakaknya yang terus mengikuti Zayyan dengan lirikan matanya.