Chereads / Segel Cinta Zayyan / Chapter 37 - Kenapa jaket Zayyan kamu yang pakai?

Chapter 37 - Kenapa jaket Zayyan kamu yang pakai?

Mereka berdua terlibat dalam banyak perdebatan kecil saat berboncengan berduaan diatas motor Vespa antik milik Daffa itu.

Namun bedanya, jika di sekolah mereka berdebat dengan penuh rasa emosi dan kekesalan yang mendalam, saat diatas motor antik ini mereka berdebat dengan penuh canda tawa dan tidak terlalu menyeriusinya.

Hanya ada 2 jam waktu yang bisa mereka habiskan di luar karena Papa sudah menitip pesan agar mereka tidak pulang terlalu larut, jam 10 malam adalah batasnya.

Awal mendengar aturan dari papa keduanya merasa itu adalah waktu yang cukup lama yang harus mereka habiskan, tapi setelah menjalaninya barulah mereka sadar kalau waktu 2 jam itu ternyata sangatlah singkat.

Semua karena keduanya saling nyaman dalam perjalanan itu.

Mereka menghabiskan banyak waktu diatas motor, dari rumah mereka pergi ke salah satu pancuran yang sangat indah jika dilihat malam hari karena pancuran itu berubah menjadi air warna warni akibat dari bias cahaya yang diarahkan pada air mancur tersebut.

Butuh waktu sekitar 40 menit bagi mereka untuk tiba di sana, yang artinya mereka hanya bersantai di sana selama 40 menit sebelum harus beranjak pulang agar tiba di rumah tepat pada jam 10 malam.

"Dingin?" melirik ke spion kiri dalam perjalanan pulang dari lokasi air pancuran itu, Zayyan melihat Dhita mulai mengelus elus telapak tangan dan bahunya.

"Lumayan" jawab Dhita sembari menghembuskan napas hanyat ke kedua telapak tangannya agar tubuhnya sedikit lebih hangat.

Zayyan kemudian langsung menghentikan motornya dan melepas jaketnya untuk diberikan pada Dhita.

"Nih pake jaket gue, ntar lo sakit lagi." Dhita belum pernah naik motor sebelumnya apalagi di malam hari, jadi wajar sana kalau dia merasa sangat kedinginan.

"Gue gapapa, kan lo yang bawa motor udah pasti lo lebih kedinginan dari gue dong, jadi lo aja yang pake" Dhita menolak.

Tapi Zayyan tidak mengindahkannya sama sekali, dia turun dari motor dan memakaikan jaketnya pada Dhita.

"Gue udah biasa naik motor malam malam gini, pas ujan juga pernah! ga pake jaket lagi. Jadi gue jauh lebih tahan dengan udara malam hari daripada lo," kata Zayyan sambil membenahi jaket yang ia pakaikan dengan paksa pada Dhita.

"Jadi lo mau sombong gitu?" jawab Dhita sambil sedikit tersenyum. Rasanya malam ini dia hampir tidak melihat sosok Zayyan yang biasanya ia lihat saat di sekolah.

"Yaa harus dong, kan gue lebih unggul dari lo kali ini." Dengan mengedikkan bahunya Zayyan menjawab, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.

Butuh waktu sekitar 35 menit lagi sebelum mereka tiba di rumah, dan karena dingin yang menyerang membuat Dhita mengantuk ditengah perjalanan.

Tanpa sadar dagunya jatuh di pundak kiri Zayyan, dan Zayyan yang menyadari itu langsung meraih kedua tangan Dhita agar memeluknya, jika tidak bisa jatuh ni orang karena tidur di jalan seperti ini.

Saat tiba di rumah betapa terkejutnya Dhita karena ia terbangun dalam posisi tangannya yang mendekap kuat Zayyan dari belakang.

"Ehh Za! sorry banget gue gak bermaksud--" Dhita langsung melompat turun dari motor setelah Zayyan membangunkannya dari tidur.

Bukan karena tidur saat dalam perjalanan yang membuatnya terkejut dan seketika minta maaf sama Zayyan, tapi karena posisi tidurnya itu, ia juga gak ingat kapan dia meluk Zayyan sampek kenceng banget gitu.

Mana dagunya nempel di bahu Zayyan lagi, pantas saja itu serasa mencium aroma parfum Zayyan saat tidur tadi.

Aroma kopi itu sangat melekat di hidungnya, bahkan sampai sekarang ia masih bisa merasakannya dengan sangat jelas.

"Udah gak apa kok." Zayyan langsung memotong klarifikasi Dhita.

"Kok lo gak bangunin gue aja sih? kan bahaya banget kalau gue ketiduran pas motornya jalan gitu." Dhita merasa bersalah karena udah ngerepotin Zayyan.

Pasti susah dia bawa motornya karena dirinya yang ketiduran di tengah perjalanan.

"Gue kan jago, mau lo sambil joget di atas motor juga mah ga bakal bahaya kalau yang bonceng gue," sahut Zayyan dengan senyum manisnya itu.

"Yaudah gue balik dulu ya? eh tapi harus masuk dulu ga sih pamit sama mama lo?" sambil turun dari Vespa dan memberikan kuncinya pada Dhita, Zayyan pamit pulang.

"Jam segini dia udah balik kamar, gapapa lo balik terus aja ntar keburu kemalaman lagi!"

"Kalau gitu sampai jumpa besok ya?"

"Eh eh, ntar dulu, cara buka helmnya ini gimana?" Dhita baru sadar kalau dia masih make helm, dan sialnya dia gak pandeh bukanya.

Kan Zayyan baru ngajarin cara masangnya aja.

"Yaampun, bukannya tadi udah gue ajarin ya?" ucap Zayyan.

"Perasaan lo aja kali, lo kan cuma ngajarin cara masangnya aja tadi." sahut Dhita.

"Yauda ngelepasnya juga sama, tekan aja ni tombol disamping ujung yang kotak itu, ntar juga kebuka sendiri talinya," ucap Zayyan sambil menekan tombol yang dimaksud.

"Ya kan gue gak tau!" tambah Dhita denga cemberut, rasanya kalau diluar sekolah sulit banget mengungguli orang ini, pikirnya.

"Yaudah gue balik dulu ya!" ucap Zayyan sekali lagi.

"Hati hati, jangan ngebut lo!" sambil menyilangkan tangannya di dada, Dhita menjawab pamitan Zayyan. Padahal terakhir kali dia diem doang.

"Gapapa dong, kan udah gak bonceng lo lagi!" Menyalakan motornya, Zayyan menjawab santai

"Serah lo deh!" Dhita hanya mengedikkan bahu cuek, percuma aja ngelarang sesuatu yang udah jadi kebiasaan. Asal gak sama dia aja ngebutnya gak ada masalah sama sekali, Eh? emang mau di bonceng lagi sama dia?

Tidak lagi menjawab, Zayyan hanya melambaikan tangannya sambil melaju pergi dari rumah Dhita dan Dhita membalas lambaian itu dengan wajah datarnya.

Masuk kedalam rumah, Dhita langsung disambut dengan mama yang ternyata masih duduk di ruang tengah sambil membaca majalah.

"Anak mama udah pulang? Zayyannya mana?" tanya mama dengan senyum semringah.

"Udah pulang, tadi dia mau pamit sama mama tapi aku bilang ga usah karena biasanya mama udah tidur jam segini. Lagian mama kok tumben banget masih di sini jam segini sih?" dengan kerutan di alisnya, Dhita kembali bertanya.

"Oh dia udah pulang," gumam mama pelan, padahal dia sengaja bela belain ga tidur biar anak itu bisa pamit sama dia sebelum pulang. Kecewa banget nih!

"Jadi jaketnya kenapa bisa kamu yang pake?" mam tanda dengan jaket yang sedang dikenakan Dhita itu. Itu adalah jaket yang sebelumnya dipakai oleh Zayyan.

"Jaket?" Dhita tersentak dengan melebarkan matanya, ia segera melihat kearah tubuhnya yang ternyata ia masih mengenakan jaket yang sebelumnya dipakaikan sama Zayyan padanya karena dia merasa kedinginan.

"Yaampun ma! aku lupa balikin! gimana dong?" perasaannya campur aduk, ia bingung tapi juga panik. Ia panik karena berpikir bisa aja Zayyan marah karena dia gak balikin ni jaket.

"Yaudah biasa aja dong, kan bisa balikin besok! ngomong ngomong kenapa bisa kamu yang pake jaketnya?" mama mengerutkan kening melihat anaknya yang tiba tiba panik saat sadar kalau dia masih mengenakan jaket pacarnya.

Tapi kemudian ia bertanya sambil menaik turunkan alisnya berkali kali dengan senyum manis di bibirnya itu.