-Terjebak Menjadi Simpanan-
Malam sudah menunjukkan pukul sepuluh ketika Mahesa masuk ke dalam ruangan eksklusif dan mewah dengan tulisan CEO di depan pintunya.
Laki-laki itu tampak sedikit lelah setelah baru saja selesai menghadiri rapat pemegang saham perusahaanya.
Kepalanya sedikit pening. Bukan karena saham perusahaannya yang merosot tetapi, lebih tepatnya dia stress karena beberapa kejadian beberapa hari yang lalu.
Roy, sekretarisnya mengikuti di belakang tanpa membuka suara. Laki-laki itu membawakan jas yang Mahesa lepaskan saat berjalan di koridor.
Tuk tuk tuk.
Suara gema ketukan sepatu pantofel sedikit menggema di sepanjang koridor. Keadaan kantor sudah sangat sepi. Tidak ada seorangpun di sana selain petugas keamanan yang bertugas di mejanya.
Tuan Mahesa tidak melangkah lebih cepat. Laki-laki itu sama sekali belum membuka suara nya sedari tadi. Hanya keheningan yang menyertai mereka.
Bagi Roy, keadaan serupa bukan hal aneh lagi. Bahkan nyaris setiap hari sejak ia bekerja di bawah bimbingan tuan Mahesa.
Begitu masuk di ruangan CEO. Mahesa segera duduk di kursi putarnya. Merenggangkan otot leher dengan ekspresi kelelahan. Laki-laki itu mengangkat sebelah tangannya, memijat pelan pelipisnya. Sementara tangan lainnya membuka lembaran dokumen yang bertumpuk di atas meja kerjanya.
"Roy," panggil Mahesa.
Roy maju perlahan lalu sedikit menunduk di hadapannya.
"Bawakan aku kopi."
Roy mengangguk. Laki-laki itu langsung bergegas melakukan perintah tuannya.
Setelah semuanya selesai ia meletakan secangkir kopi hangat di atas meja.
"Tuan. Maaf, jika saya lancang, tapi sebaiknya Anda kembali untuk beristirahat. Jadwal Anda hari ini sangat padat. Saya akan menyelesaikan pekerjaan anda yang lainnya."
Mahesa mendongak. Wajahnya datar tanpa emosi masih terpatri jelas. Laki-laki itu menatap sekretarisnya beberapa saat sebelum ia menghembuskan napas singkat.
Mahesa menyadari jika ia memang kelelahan sedari tadi.
"Kalau begitu. Bagaimana hasil rekapan data yang dibahas tim inti hari ini."
Roy membuka tebnya. "Hasil rekapan data dan Time Line Project baru dengan akan segera rampung. Tim inti sudah mengirimkannya lewat email beberapa saat yang lalu. Mereka menunggu keputusan tuan untuk dilanjut atau tidak."
Mahesa mengangguk paham. Ia yakin jika semuanya masih terkendali walau tanpa pengawasan ketat dari keluarganya.
Mahesa benci mengakui itu tapi ia jelas tidak terlalu suka jika orang-orang mengatur kehidupanya termasuk keluarga besarnya.
"Hmm .... lalu, bagaimana dengan wanita itu?"
Wanita asing yang tiba-tiba membuat jadwalnya kacau beberapa hari ini.
Roy mendekat. Laki-laki itu memberikan sebuah map coklat kepada tuannya.
"Semuanya sudah saya selidiki tuan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, wanita itu sempat beberapa kali berpapasan dengan anda," serunya menjelaskan.
"Jadi wanita itu benar-benar berniat menjebakku eh?" Mahesa bergumam kesal sambil membolak balik beberapa informasi yang dibawakan Roy.
"Saya belum yakin, mungkin benar mungkin juga tidak."
Mahesa hanya mendengus pelan. Baginya tidak perlu penjelasan lebih detail lagi ketika mengingat tingkah wanita itu.
'Benar-benar menjengkelkan.'
Namun ia menghentikan kegiatannya ketika melihat beberapa foto yang terselip di dokumen informasi. Alisnya mengerut beberapa saat.
"Wanita ini-" ia menghentikan ucapannya beberapa saat sambil mendongak menatap Roy.
"Apa wanita ini yang tidur denganku malam itu?"
Pasalnya ia sedikit tidak yakin dengan ingatannya. Pagi itu penampilan wanita yang baru saja menghabiskan malam bersamanya tampak sedikit kacau. Tapi tetap saja tidak menghilangkan kesan nakal dari pakaian dan juga dandanannya.
Tapi yang ada di dalam foto saat ini adalah wanita biasa tanpa riasan, yang bahkan berpakaian biasa.
Sekilas tampak berbeda dengan wanita malam itu.
"Benar tuan. Wanita itu bernama Kirana Danaira, dia bekerja di restoran milik tuan muda Rian sebagai pelayan."
"Rian? Di restoran ayam?"
Roy langsung mengangguk mengiyakan.
"Kenapa wanita seperti itu bisa menjebakku dengan mudah? Apa kau yakin dia hanya seorang pelayan biasa. Mungkin dia memiliki koneksi yang jauh lebih besar dari perkiraan kita."
Untuk menjebaknya paling tidak membutuhkan kekuatan setara dengan Danaswara Grub, dan itu jelas tidak mungkin.
"Saya menyelidikinya dengan cepat tuan. Wanita itu tidak memiliki koneksi apapun di dunia bisnis. Dia benar-benar hanya wanita biasa."
Mahesa mendesah kesal. Ia mendengus beberapa kali. Merasa tidak puas dengan jawaban sekretarisnya.
Manik hitam itu kembali melirik foto kirana yang tersenyum. Otaknya bergerak tepat. Alisnya terangkat sebelah seolah ada yang tengah ia pikirkan.
"Kenapa foto ini terasa familiar," gumannya pelan.
Namun, Roy yang berdiri tidak jauh dari sana bisa mendengarnya dengan jelas.
"Tuan, kita melihatnya terselip di antara berkas bencarian yang dilakukan tuan Rian. Itu wanita yang sama."
"Ah ..."
Mahesa langsung ingat. Pantas saja ia merasa pernah melihatnya.
"Apa dia wanita yang menjalin hubungan dengan adik iparku? Karena itu Rian menyelidikinya."
Walau sahabatnya itu menjauh dari keluarga besarnya tapi tetap saja seorang Rian Prayoga ah, bukan tapi Rian Sebastian tidak akan bisa begitu saja lepas dari pengawasan keluarganya. Terlebih lagi ia sudah dipilih sebagai pewaris yang akan mengambil alih Diamond Hospital, sebagai anak tertua dari tuan Lukas Sebastian.
Wanita itu menjalin hubungan dengan Rafael. Sementara Rafael sendiri bertunangan dengan adiknya Rian, Aurora Sebastian.
Rasanya Mahesa paham kenapa Rian menyelidiki Wanita itu.
"Benar tuan. Wanita itu sudah mengakhiri hubungannya dengan tuan Rafael sebelum pertunangan adik ipar anda."
Mahesa tertawa. Ia tidak pernah sekalipun ikut campur masalah keluarga istrinya, apapun itu bukan urusannya.
"Apa wanita itu ingin balas dendam. Aku ingat ia meminta agar menjadi simpananku saat itu."
Jika itu benar maka ia akan menertawakannya sekali lagi.
"Sepertinya begitu. Dia tidak menerima kompensasi yang kau tawarkan bukan?"
Roy berdehem pelan.
"Kami akan bertemu lagi untuk membahasnya tuan." Roy menjelaskan.
Laki-laki itu cukup terkejut mendengar penuturan tuannya mengenai permintaan wanita itu yang terkesan berani dan ceroboh di saat yang bersamaan.
Haruskah ia mengasihi wanita malang yang salah memilih target itu?
Roy mengeling pelan. Ia tidak ingin ikut campur terlalu jauh, toh tuannya juga bukan orang yang akan menerima permintaan konyol seperti itu walau mereka sudah menghabiskan malam bersama.
Tuan Mahesa terlalu dingin untuk berhubungan dengan wanita apalagi memiliki wanita simpanan di dalam kehidupannya.
Tuan Mahesa cenderung dingin dan tegas dalam urusannya. Laki-laki itu tidak memikirkan apapun selain pekerjaannya. Bahkan istrinya sendiri nyaris seperti orang asing di hadapan tuannya.
Di saat yang bersamaan getaran pelan terdengar dari balik jas milik Roy.
Laki-laki itu meraih ponselnya. Ia langsung mengangkatnya ketika mendapat persetujuan dari tuan Mahesa.
Roy terdiam mendengarkan penjelasan dari seseorang yang menghubunginya. Sesekali melirik ke arah Mahesa, kemudian mengangguk dan mengakhiri panggilannya.
"Ada apa?" Mahesa bertanya dengan cepat.
Laki-laki itu merasa ada gelagat aneh sang sekretaris ketika menerima telpon tadi.
"Err... tuan. Nyonya Monica bersikeras masuk ke kediaman pribadi anda."
To be continued....