Chereads / 困在積蓄中 / Chapter 35 - Bab 35.Menjadi Seorang Simpanan

Chapter 35 - Bab 35.Menjadi Seorang Simpanan

-Terjebak Menjadi simpanan-

"Jadi namamu Kirana Danaira?" Mahesa membuka suara.

Kirana langsung mengangguk. Perasaannya was-was ketika menyadari hanya ada mereka di dalam ruangan ini. Walau ini bukan yang pertama kali, tapi tetap saja ia merasa aneh.

Sekilas tadi, ia sempat terhanyut ketika mendapati penampilan Mahesa yang luar biasa bersinar. Pakaian yang ia kenakan rapi dan bermerek. Jauh berbeda dengan dirinya yang hanya mengenakan kaos polos tertutup hoodie dan celana jins.

"Apa sekretarisku sudah mengatakan apa topik pertemuan kita?" Mahesa berseru.

"Ah, ya. Err ... soal kompensasi, benar bukan?"

"Kurang lebih seperti itu."

Tidak beberapa lama kemudian, seorang pelayan datang sambil membawa troly makanan. Menghidangkannya dengan cepat kemudian pergi lagi.

"Aku punya penawaran yang bagus untukmu. Itupun jika kau masih berniat untuk balas dendam."

Kirana langsung mendongak. Manik hitamnya membesar seketika.

"B-bagaimana kau tau," cicitnya pelan.

Kirana yakin selama ini tidak ada yang tau tentang dendamnya pada keluarga Rafael selain sahabatnya Nita.

"Apa kau berpikir aku orang yang bodoh?"

Kirana mengeling. Tentu saja. Jika laki-laki sekelas Mahesa Danaswara bodoh maka perusahaan raksasa yang dikelolanya tidak akan berjalan selancar ini.

"Aku tau hubunganmu dengan adik iparku."

"Kami sudah putus!" Kirana berseru nyaring. Nyaris berteriak.

Mahesa mengangkat sebelah alisnya. Laki-laki itu bahkan menghentikan kegiatannya memutar pasta miliknya.

"Ehmm, maksud saya. Hubungan kami sudah berakhir."

Kirana menjelaskan setengah canggung. Ia merasa seperti baru saja di introgasi oleh pacar sendiri.

"Aku tau," ucapnya dingin.

Kirana memenganguk. Suasananya semakin canggung. Ia mengambil gelas wine yang tadi dituangkan oleh pelayan, meminumnya perlahan sambil sesekali menatap sosok Mahesa yang masih tenang.

"Karena itu aku ingin menawarkan tentang hubungan palsu."

Kirana tersentak kaget. Ia hampir menumpahkan wine. Berdaham beberapa kali, kemudian mengerutkan dahinya.

"M-maksudnya apa?"

"Hubungan palsu. Kau yang menawarkannya pagi itu?"

Kirana terdiam beberapa saat. Ia memikirkan semua yang Mahesa katakan.

'Kapan?' pikirnya.

Seingat Kirana, ia hanya menawarkan hubungan affair. Menjadi wanita simpanan namun tidak diketahui oleh siapapun. Bukan hubungan palsu yang laki-laki itu tawarkan.

"Bukannya kau ingin balas dendam?"

"Ya, tapi aku membutuhkan uang bukan hubungan palsu."

'Dan juga kekuatan,' lanjutnya dalam hati.

"Itu maksudku. Aku bisa menjadikanmu kekasihku dan semua kebutuhanmu akan kupenuhi. Tapi dengan syarat kau tidak akan mengharapkan cinta dariku."

Kirana menyipitkan matanya. Otaknya berpikir cepat. Apa yang membuat sosok Mahesa berubah pikiran. Padahal laki-laki sombong itu sudah menolaknya mentah-mentah.

"Bagaimana, apa kau setuju? Jika setuju aku akan memberikanmu Penthouse malam ini juga."

"APA PENTHOUSE!! Err, maaf." Kirana berdehem, menyembunyikan rasa terkejutnya mendengar pernyataan itu.

Sekaya apa laki-laki di hadapannya itu sampai berani menawarkan sebuah hunian yang harganya fantastis.

"Apa kau serius? Maksudku kau benar-benar ingin menjadikanku kekasih simpanan?"

Mahesa mengangguk. "Aku tidak pernah menarik kata-kataku."

"Ta-tapi kenapa?"

'Aneh. Sikap Mahesa kali ini benar-benar aneh. Dia tidak salah minum obat bukan?'

"Tidak ada alasan khusus, anggap saja aku tertarik dengan pelayananmu."

'Bohong.'

Hidup bersama orang-orang banyak orang di restoran, membuat Kirana bisa melihat mana orang yang berbohong yang mana orang yang jujur hanya dengan melihat arah pandangan matanya.

Lagi pula ia kaku saat itu, jelas tidak memuaskan.

Kirana memejamkan matanya.

'Jangan pedulikan Kirana. Bohong atau jujur tidak ada bedanya. Yang penting tujuanmu tercapai. Ingat Kak Nina dan ibu yang bekerja keras.'

"Baik, aku setuju," serunya mantap.

Mahesa tersenyum tipis. Kirana kembali terkagum. Ini pertama kalinya ia melihat senyuman dari seorang laki-laki sombong namun tampan itu. Jangan sampai ia jatuh cinta nantinya.

"Bagus. Datanglah malam ini, sekretarisku akan menjemputmu."

Mahesa bangkit dari tempat duduknya. Merapikan pakaiannya kembali sebelum ia menatap Kirana.

"Satu lagi. Jika aku membutuhkanmu dalam beberapa kesempatan kau jangan bertanya, ikuti semua skenarionya dan berpura-puralah menjadi wanita yang kucintai."

"Apa ini salah satu pekerjaanku sebagai seorang simpanan?"

"Anggap saja begitu."

Kirana mengangguk, "Tidak sulit aku rasa."

"Aku akan mengatakan hal yang lainnya malam ini. Jadi jangan terlambat, aku tidak suka jadwalku berantakan."

****

Kirana berdiri menatap papan pamflet iklan yang besar tepat di depan diamond hospital. Bertuliskan ucapan selamat atas pertunangan anak bungsu dari pemilik diamond hospital dengan Putra satu-satunya keluarga Atmaja.

Kirana mencekam erat dadanya. Disana terasa sakit. Bukan lagi karena cemburu. Melainkan sakit hati atas pengkhianatan.

Wanita itu memejamkan matanya. Di saat yang bersamaan ponselnya bergetar. Satu notifikasi muncul dari kakaknya, Nina.

from : Kak Nina

'Kaka dinas keluar kota dua hari. Jaga rumah, jangan lupa makan.'

Kirana mematikan ponselnya. Meletakkan kembali ke dalam tas kecilnya.

Wanita itu terdiam beberapa saat. Kakaknya sudah terlalu sering pergi keluar atau hanya sekedar lembur. Di tinggal satu atau dua malam bukan hal aneh lagi baginya.

Sejak awal kakaknya sudah banting tulang untuknya. Kirana bahkan tidak pernah melihat kakaknya itu istirahat lama di rumah.

Bahkan setelah ia lulus kuliah, ia tidak bisa membantu banyak. Ia bahkan merasa masih menjadi beban untuk kakaknya.

Harusnya ia yang bekerja keras. Memberikan kebahagian untuk kakak dan ibunya. Mengirimi banyak uang saku, membiarkan mereka merawat diri ke salon tiap bulannya. Atau berbelanja baju setiap minggu.

'Kau bisa melakukanya mulai saat ini Kirana. Kau memiliki kartu As sekarang.'

Degh...

Kirana menggigit bibir bawahnya. Menahan dirinya untuk mengumpat kasar karena keputusannya tadi di restoran. Setidaknya ia mendapatkan uang muka yang fantastis.

Kirana menghela napas panjang beberapa kali. Bibirnya tersungging, berusaha tegar karena inilah yang ingin ia lakukan.

'Memiliki uang dan kekuatan. Meski ia harus bersembunyi dalam hubungan terlarang.'

"Setidaknya Kak Nina tidak ada malam ini."

Ia tidak perlu membuat alasan untuk keluar malam.

Kirana melirik arlojinya. Wanita itu langsung beranjak masuk ke dalam sebuah rumah sakit yang direkomendasikan oleh tuan Mahesa.

Diamond hospital..

Kirana awalnya menolak, mengingat rumah sakit ini merupakan milik calon mertuanya Rafael. Tapi Mahesa memaksanya. Laki-laki itu ingin ia memasang kontrasepsi sebelum mereka bertemu malam ini.

Dan Diamond hospital memiliki fasilitas terbaik di seluruh rumah sakit di negara ini.

Kirana menghela napas berulang kali. Rasa gugupnya mulai muncul ketika ia mendekati resepsionis.

Ini pertama kali ia akan bersonswltasi dengan doktor kandungan. Apalagi untuk memasang kontrasepsi.

"Tenang... semua akan baik-baik saja." gumamnya pada diri sendiri.

Namun belum sempat ia maju, tubuhnya menabrak pasangan lain yang tiba-tiba menabraknya.

"Maaf, kami tidak senga- ah, Kirana?"

Degh...

Kirana mendongak. Manik hitamnya langsung membeku ketika menatap sosok yang berdiri di depannya.

"Rafael."

To be continued....